12
perbudakan dosa. Janji Allah itu telah nyata sampai Ia mati di kayu salib. Sebagai hamba hina dina Maria menjadi Bunda Mesias Eddy Kristiyanto, 1987 :31-33.
c. Maria Putri Sion
Maria sebagai Puteri Sion, dalam Lumen Gentium mengatakan sebagai berikut:
Akhirnya sesudah lama menantikan pemenuhan janji, dalam dia, Puteri Sion yang termulia, tibalah waktu dan dibangunlah tata keselamatan
baru, ketika dari dia Putera Allah menerima kodrat manusia, supaya membebaskan manusia dari dosa dengan misteri penjelmaan-Nya
menjadi daging LG, art. 55.
Penulis melihat bahwa janji Allah untuk menyelamatkan manusia terpenuhi lewat diri Maria sebagai Puteri Sion yang telah melahirkan Yesus Kristus.
Lewat diri Yesus Kristus segala rencana dan kehendak Allah demi membebaskan manusia kini terlaksana dalam seluruh hidup Yesus yang rela wafat dan bangkit dari
antara orang mati. Maria sebagai Puteri Sion menjadi tempat Allah masuk ke dalam sejarah umat manusia demi menggenapi harapan umat Allah dahulu yaitu
menantikan Sang Mesias. Maria sebagai Puteri Sion menjadi awal jalan masuk kepada keselamatan dan harapan masa depan. Dalam diri Maria janji keselamatan
terpenuhi secara defenitif karena ia telah menyatakan sikapnya yang rela dan siap untuk menjalankan kehendak Allah di dalam hidupnya, sebagaimana tertulis dalam
Kitab Suci Eddy Kristiyanto, 1987 :33-36.
2. Keistimewaan Maria
Sebagai simbol manusia beriman Maria telah menjadi teladan bagi umat beriman Kristiani. Dalam diri Maria tentunya ada keunggulan atau keistimewaan
13
yang membuat dirinya dipilih oleh Allah untuk menjadi perantara kelahiran Sang Juru Selamat. Pada bagian berikut ini akan dipaparkan hal tentang keistimewaan
Maria sehingga dipilih oleh Allah.
a. Iman Maria
Iman adalah terjadinya relasi harmonis antara manusia dengan Allah. Maka, iman itu ada selama manusia menjalin relasi dengan Allah. Sebelum Maria
mengunjungi Elisabeth, ia terlebih dahulu menerima kabar gembira dari Allah melalui malaikat Gabriel. Maksud Maria mengunjungi Elisabeth adalah untuk
memberitakan kabar gembira dari malaikat Gabriel. Tanggapan Elisabeth atas kunjungan itu adalah dengan mengucapkan kata-kata kebahagiaan Luk 1:45.
Penerimaan kabar gembira itu menggambarkan bahwa Maria percaya dan menyerahkan apa yang ada dalam dirinya kepada kehendak Allah. Maria yang
hidup dalam sejarah, juga mengalami penderitaan, godaan dosa seperti yang dialami oleh manusia yang lain. Keteguhan dan ketaatan Maria menjadi simbol
kekuatan bahwa Maria tetap setia pada kehendak Allah. Allah mengikutsertakan Maria dalam karya keselamatan Eddy Kristiyanto, 1987 :37-38.
b. Penuh Rahmat
Rencana penyelamatan Allah menyangkut semua manusia. Rencana itu tergenapi dan terpenuhi dalam diri Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juru
Selamat. Maria dalam mewujudkan rencana Allah mendapat tempat yang istimewa yakni menjadi ibunda pribadi, oleh Bapa yang dipercayakan karya keselamatan
Paus Yohanes Paulus II, 1987 :11. Karya penyelamatan Allah disampaikan
14
kepada Maria melalui malaikat Gabriel. Hal itu dilakukan dengan mendatangi rumah Maria dan menyampaikan salam Lukas 1:28. Salam yang disampaikan
kepada Maria mengandung arti yang dalam dan bermakna. Maria sendiri terkejut dan mulai memikirkan perkataan malaikat itu. Bahwa ia akan mengandung dan
melahirkan Sang Mesias Tuhan memberikan rahmat yang penuh kepada Maria. Kepenuhan
rahmat itu menunjukkan betapa besar kasih Allah kepada Maria atas dasar kepenuhan rahmat itu Maria menyerahkan diri kepada apa yang menjadi kehendak
Allah, sehingga pembicaraan Maria yang penuh rahmat selalu mengacu pada kesuciannya bukan kepada keibuannya. Melalui kepenuhan rahmat, Maria
menjalankan fungsi tertentu dan turut serta menjadi pengantara keselamatan bagi dunia Eddy Kristiyanto, 1987 :40.
c. Bersatu dengan Kristus dalam Karya Penyelamatan
Maria telah mendapat rahmat yang berlimpah dari Allah karena kasih karunia-Nya. Kehidupan Maria setelah menerima kabar gembira dari Allah
semakin bersatu dengan Allah. Karena iman Maria menerima kabar itu karya penyelamatan Allah yang mencapai puncaknya pada peristiwa kebangkitan Kristus
juga melibatkan Maria LG, art. 62. Maka, secara jelas dan nyata Maria terlibat dalam kehidupan Kristus, mulai dari mengandung sampai kematian-Nya di kayu
salib. Kristus yang hidup di dunia, sengsara, wafat, dan akhirnya bangkit di antara orang mati juga dialami oleh Maria, bahwa ia turut dalam kemuliaan Kristus.
Kehidupan bersama Kristus tidak hanya menyangkut segi biologis atau fisik saja namun juga dari segi spiritual. Keterlibatan Maria dalam karya
15
keselamatan Allah terlihat pertama kali dalam peristiwa perkawinan di Kana. Dalam peristiwa digambarkan bahwa tuan rumah kehabisan anggur. Keadaan ini
harus segera diatasi, karena akan membuat malu tuan rumah. Maria melihat kejadian itu lalu memohon kepada Yesus untuk bertindak dan berbuat sesuatu agar
pesta itu tetap berjalan lancar. Yesuspun ingin mengabulkan permintaan ibu-Nya yang menyelamatkan situasi pesta dengan mengadakan mujizat merubah air
menjadi anggur. Peristiwa perkawinan di Kana sangat jelas menunjukkan suatu hubungan
yang sangat erat antara Maria dengan Yesus. Maria memegang peranan penting yang tak tergantikan oleh orang lain. Maria telah merelakan dirinya menjadi ibu
Yesus dan ikut menderita bersama dengan Yesus. Secara personal Maria diikutsertakan dalam penyelamatan yang menyangkut semua orang pria dan
wanita. Maria juga mempunyai kedudukan yang istimewa dan tinggal dalam karya penyelamatan Eddy Kristiyanto, 1987: 41-43.
3. Bunda Maria Teladan Hidup Beriman Sejati
Maria adalah seorang yang sangat perkasa dan penuh keistimewaan. Ia memberikan teladan bagi semua umat beriman tentang penyerahan diri secara total
kepada rencana Allah, teladan dalam keterbukaan hati, teladan dalam keterbukaan terhadap karya Allah, dan teladan sebagai orang yang peka terhadap keprihatinan
bersama. Keteladanan yang penulis ingin sampaikan adalah sikap dan tindakan Maria sendiri yang selalu percaya akan kuasa Allah yang menyertai dan
membimbing segala hidupnya, dapat dilihat dari penyerahan diri Maria. Teladan yang Maria berikan menjadi inspirasi besar bagi semua umat Kristiani khususnya
16
bagi umat Katolik untuk sampai kepada yang ilahi. Berikut ini akan diberikan penjabaran mengenai keteladanan Maria sebagai orang beriman.
a. Maria Teladan dalam Penyerahan Diri
Kabar yang disampaikan malaikat Gabriel kepada Maria, bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak yaitu Yesus. Kebingungan dan
kebimbangan yang dialami Maria. Bagaimana mungkin hal itu terjadi sedangkan ia sendiri belum bersuami, peristiwa itu sungguh tidak masuk akal. Jika hal itu
dipikirkan dengan rasio adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Namun, bagi Allah, sesuatu yang tidak mungkin bagi manusia adalah sangat mungkin bagi-Nya.
Malaikat Gabriel memberikan jawaban kepada Maria menyatakan, bahwa Roh Kudus akan turun dalam diri Maria dan kuasa Allah yang Maha tinggi
menaunginya Luk 1:35. Perkataan malaikat Gabriel itu sebenarnya untuk meyakinkan bahwa rencana tentang kelahiran sebagai Juru Selamat ada pada
dirinya. Darminta 1994 :11-14 mengatakan penyerahan diri Maria kepada Allah
melalui malaikat Gabriel melambangkan bahwa Maria taat pada kehendak Allah yang menyelenggarakan dan membimbing hidupnya. Maria dalam kebimbangan
dan keragu-raguannya tidak memohon suatu tanda atau syarat apapun, namun menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Allah. Ketaatan iman Maria
menunjukkan bahwa ia mempunyai relasi yang erat dengan Allah. Sedangkan lambang penyerahan diri Maria terlihat dan terbukti dengan perkataannya “Aku ini
hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan- Mu itu” Luk 1:38.
17
Dalam masyarakat Yahudi yang memegang erat hukum Taurat ternyata bereaksi tentang apa yang dialami oleh Maria. Reaksi tentang wanita mengandung
namun tidak bersuami adalah berzinah. Sebenarnya resiko yang dialami Maria adalah sungguh-sungguh berat. Kehidupan Yahudi saat itu tidak mendukung, dalam
arti bahwa hukum sebagai seorang yang berzinah adalah berat. Ia bisa dikucilkan dan disiksa sampai mati. Namun, bagi Maria karena keteguhan iman dan
penyerahan diri secara total itu, Allah sungguh-sungguh berkarya dalam dirinya. Bagi umat beriman Kristiani menyerahkan diri berarti membiarkan
kehendak-Nya berkarya dalam diri masing-masing orang. Ketaatan melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Nya merupakan tanda bahwa manusia menerima dan
menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Sikap yang demikian jelas dan nyata dimiliki oleh Maria. Keteladanan Maria dalam menyerahkan diri
sepenuhnya kepada kehendak Allah dapat menjadi gambaran bagi umat beriman Kristiani. Iman sebagai tanda adanya relasi dengan Allah menunjukkan bahwa
Maria adalah simbol orang beriman. Penyerahan secara total seperti yang telah dilakukan oleh Maria hendaknya juga diwujudkan oleh umat beriman Kristiani
lainnya dalam kehidupan konkret bagi ibu-ibu Katolik yang ada di paroki Jetis dalam hidup berkeluarga baik untung maupun malang.
Maria sudah menjadi teladan bagi ibu-ibu Kristiani dalam hidup berkeluarga, suka dan duka ia alami baik lewat Putera-nya sendiri maupun lewat
suaminya sebagai tukang buruh. Namun, Maria tetap setia dalam menjalani panggilannya sebagai ibu dalam keluarga, ia menjalankan segala tugas dan
tanggung jawab sebagai seorang ibu. Penyerahan diri Maria kepada Allah secara langsung juga mengikutsertakan semua orang untuk diselamatkan oleh Allah. Allah
18
melalui Maria juga menyelamatkan semua orang, jika mereka menyerahkan diri sepenuhnya kepada semua orang. Umat beriman Kristiani telah meneladani sikap
dan hidup Maria juga harus mewartakan ajaran-ajaran Yesus seperti cinta kasih dan kedamaian. Pelaksanaan ajaran Yesus itu harus dilandasi dengan penyerahan diri
sepenuhnya seperti yang dilakukan Maria dalam menanggapi sapaan dari malaikat Gabriel.
b . Maria Teladan Kerendahan Hati
Keteguhan iman Maria telah menjadi teladan bagi umat beriman Kristiani, keteguhan iman dibangun melalui relasi dengan Allah. Relasi antara
Maria dengan Yesus juga tampak dalam magnifikat atau nyanyian pujian Maria. Jiwaku memuliakan Tuhan, dan karena hatiku bergembira. Sebab Ia telah
memperhatikan kerendahan hamba-nya. Sesungguhnya mulai sekarang segala keturunan menyebut aku bahagia, karena Yang Mahakudus telah
melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya yang kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai beraikan orang-orang yang congkak hatinya, Ia menurunkan
orang-orang yang berkuasa dari tahta-Nya dan meninggikan orang yang rendah Luk 1:46-50.
Madah magnifikat selain merupakan pujian atas karya Allah yang besar,
menyatakan kekudusannya, menggambarkan penebusan serta pembebasan manusia dengan cara khas Allah. Madah magnifikat ini juga mengungkapkan bagaimana
Allah mendudukkan wanita pada martabat yang sangat tinggi di dalam sejarah penyelamatan Allah. Kehadiran Allah dalam diri manusia akan menumbuhkan
kesadaran bahwa tatanan yang tidak adil dan manusiawi akan dapat diubah. Dari kesadaran itu akan tumbuh suatu komitmen untuk menata suatu keadaan yang adil
dengan memberikan penghormatan kepada martabat kaum wanita. Meskipun Maria
19
menjadi Ibunda Yesus, tetapi Maria tetap menjadi seorang hamba yang miskin dan rendah hati di hadapaan Allah. Lewat kerendahan hati Maria menjadi jalan masuk
Allah untuk menjadi manusia seperti yang telah tertulis dalam Kitab Suci Darminta, 1995 :51.
c. Maria Teladan Pendengar yang Baik
Darminta 1995 :53 mengatakan dalam bukunya, bahwa lambang penyerahan diri Maria kepada kepada Allah lewat malaikat Gabriel mau
menunjukkan ketaatan Maria kepada Allah. Ia menyadari bahwa dirinya adalah manusia biasa dan hina dina. Bagi Allah justru dialah yang berkenan dan dipilih
Allah untuk mengandung Putera Allah. Maria menerima perannya dengan senang hati, meskipun dia tidak tau konsekwensi dari apa yang ia terima. Bahwa tidak
mungking mengikuti Kristus tanpa menderita. Peristiwa yang dialaminya itu terjadi karena Maria mendengarkan kehendak Allah. Maria telah membuka diri dan
mendengarkan apa yang dikehendaki oleh Allah. Sikap Maria atas peristiwa itu adalah menyimpan segala perkara ilahi dan merenungkannya Luk 2:19-51.
Sikap Maria menjadi pendengar yang baik itu juga menjadi teladan bagi umat beriman Kristiani. Banyak peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Allah
yang sangat menusuk hati Maria, peristiwa itu kadang-kadang manusia sulit untuk memahami makna dari setiap peristiwa. Berkat iman Maria akan Allah, sehingga ia
mampu memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Lewat imanlah Maria semakin Keteladanan Maria dalam keterbukaan hendaknya sungguh
diteladani oleh umat beriman Kristiani. Keterbukaan terhadap sapaan-sapaan Allah
20
melalui sabda-Nya. Ajaran Allah secara terus-menerus akan selalu dipahami dan direnungkan oleh umat beriman Kristiani sesuai dengan masalah
yang dihadapi.
4. Maria Sinar Kegelapan
Sesudah umur Yesus genap 12 tahun, Ia dipersembahkan di Bait Allah sebagaimana telah tertulis dalam Kitab Suci. Yesus adalah Putera Maria satu-
satunya ataupun harta yang paling berharga bagi dia. Dengan berat hati Maria mempersembahkan seutuhnya bersama Putera-nya kepada Allah. Yesus bagi Maria
adalah segala-galanya. Simeon yang berada di Bait Allah telah mengambil Yesus dari tangan Maria dan meramalkan bahwa Putera-
nya akan menjadi “kemuliaan bagi bangsa Israel” bdk. Luk 2:32.
Dalam penderitaan Yesus Kristus, Maria juga ikut menderita karena ia mau menjadi hamba Allah semata-mata. Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk
menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu
sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang Luk 2:34-35. Ungkapan ini sangat menusuk hati Maria, namun ia tidak menginginkan penghormatan dari
manusia, tetapi hanya menginginkan kehormatan untuk mengabdi kepada Yesus Kristus Penyelamat Dunia. Maria benar-benar menerima pelajaran dari Roh Kudus,
bahwa mengabdi Kristus tidak mungkin tanpa menderita. Berbagai sinar kegelapan menembus hati Maria Maloney, 1990 :127. Selain itu, Maria telah menduduki
tempat khusus dalam rencana karya penyelamatan di mana dikatakan:
21
Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada Hukum Taurat. Ia diutus
untuk menebus mereka, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam
hati ki
ta, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa” Gal 4:4-6. Kata “kegenapan” ini mau menunjukkan apa yang telah ditetapkan dari
semua kekekalan ketika Bapa mengutus Putera, “Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan berol
eh hidup yang kekal” Yoh 3:16. Hal ini mau menunjuk kepada kekudusan waktu Sang Sabda yang bersama-sama dengan
Allah telah menjadi manusia dan diam di antara kita” Yoh 1:1,14 dan membuat dirinya menjadi saudara kita. Hal tersebut mau menandai saat Roh Kudus mau
menuangkan rahmat sepenuhnya kepada Maria, membentuk kandungannya yang perawan kodrat manusia Kristus.
“Kegenapan” ini menandai dengan masuknya Yang Abadi ke dalam manusia hingga menunjukkan awal terselubungnya perjalanan
Gereja di dunia ini Yohanes Paulus II, 1987 :5-6.
5. Maria Bunda Dukacita
Maria sebagai Bunda Allah telah dengan rela, setia dan sabar menanggung segala konsekwensi dari penyerahan dirinya kepada kehendak Allah
mulai dari peristiwa inkarnasi sampai di kayu salib. Banyak perkara yang telah menimpa hidup Maria. Saat penentuan penebusan dunia, Maria berdiri di bawah
kaki salib Yesus dengan tabah, setia dan dengan duka hati yang mendalam ketika Yesus mengatakan, “Ya Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Mat
27:46. Pada waktu itu, Maria mengalami penderitaan yang amat mendalam seperti Yesus sendiri. Maria sangat menderita ketika memangku jenazah Puteranya sambil
mengungkapkan fiatnya “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku
22
menurut perkataan-Mu itu Luk 1:38. Maria sungguh-sungguh solider dengan Yesus Puteranya di dalam penderitaan yang dialami. Sikap solider Maria
diungkapkan melalui ketabahan serta kesetiaan mendampingi Yesus dengan tuntas sampai Yesus menyerahkan nyawa ke dalam tangan Bapa-Nya.
Bersama Yesus dia menderita demi dosa-dosa kita, Maria yang murni tak bernoda dan tidak pernah dijangkiti oleh dosa manapun. Duka citanya
mengungkapkan iman dan kasih yang mendalam Härring, 1992 :126-127. Setelah menerima kehendak Allah, berbagai dukacita ia terima mulai dari melahirkan Anak-
nya sampai di salibkan. Maria juga penuh dengan sukacita ketika mengunjungi saudaranya Elisabeth, Maria adalah seorang ibu di zaman ini sekarang yang penuh
dengan dukacita yang tiada henti-hentinya menimpa hidupnya dalam hidup sehari- hari.
6. Maria Teladan Hidup Keluarga Katolik
Maria pantas menjadi teladan bagi seluruh keluarga Kristiani secara khusus bagi keluarga Katolik. Figur Maria yang sungguh luar biasa dan tidak dapat
diimbagi oleh siapapun juga. Maria menyimpan semua perkara ilahi dan merenungkannya dalam hati Mat 2:51. Banyak perkara-perkara yang menimpa
hidupnya. Antara lain: Maria hamil sebelum dinikahi. Saat ia sedang hamil, ia harus jalan dari Nazaret ke Betlehem untuk sensus penduduk. Melahirkan Putera-nya di
kandang yang hina, setelah bersalin ia harus pergi ke Mesir untuk menyelamatkan Putera-nya, sesampai di Mesir malaikat meminta untuk kembali ke Israel dan
sebagainya. Perkara-perkara ini tidak gampang untuk dilaksanakan, namun Bunda Maria sudah mendahului para ibu dalam menanggung segala konsekwensi hidup
23
berumah tangga. Hatinya yang tak ternoda ditembus sinar kegelapan oleh sengsara Putera-nya di kayu salib. Duka cita yang tiada henti-henti menusuk hatinya, demi
kemuliaan Tuhan. Tujuh duka yang menusuk hati Maria yaitu: nubuat Simeon, lari ke
Mesir, Yesus hilang di Bait Allah, menangisi jalan salib Yesus, memandang wajah Yesus di kayu salib, memeluk jenazah Yesus dan pemakaman Yesus Jost Kokoh,
2009 :152-153. Maria adalah model seorang ibu yang penuh dengan kemesraan bagi keluarganya, pengunjung atau tetangganya. Demi membangun keluarga
kerajaan Allah orang harus bercermin kepada Maria yang selalu setia dalam perkara dan peka setiap peristiwa.
B. Keluarga Katolik
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar-Nya Kej 1:27. Allah memberkati laki-laki dan perempuan itu supaya beranakcucu serta
menguasai bumi. Hakikat dari perkawinan itu adalah persatuan antara seorang pria dan seorang wanita, yang diberkati oleh Allah sendiri, dan diberi tugas bersama
oleh-Nya untuk meneruskan generasi manusia serta memelihara dunia Hardiwardoyo, 1988 :12-
13. Ciri perkawinan Katolik bersifat “monogam” dan “tak-terceraikan”, seperti hubungan cinta kasih Yesus Kristus dan Gereja setia
sepenuhnya. Sebab Allah bersa
bda, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu. Oleh karena itu
apa yang dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan manusia” Mat 19:6-7. Kutipan teks yang demikian dapat disimpulkan, bahwa keturunan bukanlah satu-
24
satunya tujuan dari perkawinan walaupun merupakan tujuan yang utama darinya. Perkawinan lebih pada kesetiaan, cinta kasih dan penyempurnaan timbal-balik
antara suami-istri. Cita-cita ini menuntut adanya suatu kerelaan untuk mengendalikan diri
dari semua hal yang dapat merusak cinta antara suami-istri yang luhur itu. Secara positif bahwa seseorang harus rela untuk membuat apa yang bisa dibuatnya demi
menyatakan cintanya. Meskipun, berbagai rintangan yang akan menghadang keluarga, kecuali dipisahkan oleh kematian Bernard, 1981 :22. Dalam hidup
berkeluarga, diharapkan kepada ibu-ibu untuk mampu menerapkan sikap dan tindakan Maria baik dalam keluarga maupun di masyarakat. Penerapan tindakan dan
sikap Maria semakin mendewasakan hidup berumah tangga seseorang, dan setia pada panggilan hidupnya sebagai seorang ibu Katolik sejati.
1. Pengertian Keluarga Katolik
Keluarga Katolik ialah ”Gereja mini” artinya persekutuan dasar iman dan tempat persemaian iman sejati. Maka dalam keluarga Katolik, diharapkan iman
dapat berkembang dalam menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengahnya. Iman
mulai tumbuh dan berkembang semenjak seseorang berada dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat yang utama dan pertama dalam mempelajari hidup
sesuai dengan Tradisi Gereja Katolik. Kehidupan hidup berkeluarga tidak boleh berdiri sendiri, karena asling berkaitan satu sama lain. Iman dimaksud bukanlah
pertama-tama pengetahuan agama yang sangat penting meskipun itu juga penting, namun lebih pada sikap atau penghayatan agama yang diwujudkan dalam hidup
sehari-hari. Penghayatan iman dan sikap perlu diujudnyatakan dalam keluarga, agar
25
seseorang dapat memahami apa yang menjadi tujuan dan pedoman hidupnya di dunia ini. Setiap anggota keluarga diharapkan untuk berusaha dalam menjaga
suasana kedamaian, kerjasama dan kerukunan dalam keluarga Gilarso, 1996 :13. Keluarga inti terdiri atas ayah ibu dan anak-anaknya. Keluarga juga
merupakan tempat kita saling berbagi rasa, saling memperhatikan, saling menyanyangi dan membantu satu dengan yang lainnya. Dalam keluarga kita diajari
untuk menjadi orang yang berguna bagi semua orang, misalnya bagaimana sikap dan tindakan kita kepada orang lain dan lain sebagainya. Semuanya itu kita
dapatkan dalam keluarga selain di sekolah Jost Kokoh, 2009 :149. Lingkungan pertama bagi setiap individu adalah lingkungan keluarga, di mana ia mengenal dan
menerima nilai-nilai kehidupan serta merasakan kebersamaan. Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari dua atau lebih orang yang terikat karena hubungan
darah, perkawinan, atau karena adopsi dan hidup bersama untuk periode waktu yang cukup lama Bernad Raho, 2004 :139.
Kehidupan keluarga diawali dengan upacara perkawinan, namun sebenarnya kehidupan berkeluarga sudah mulai tampak dalam masa pertunangan
karena pada masa itu pria dan wanita secara definitip bersiap-siap untuk menjalani kehidupan berkeluarga. Merupakan awal terbentuknya keluarga yang terdiri dari
bapak, ibu dan anak-anak. Bila keluarga kita ingin menjadi Gereja mini, kita harus dapat menunjukkan kasih dalam keluarga kita. ”Kasihilah dengan sungguh-sungguh
seorang yang akan lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa 1 Petrus 4:8. Sabda ini sungguh benar dan penting dalam keluarga, dimana kita perlu mencintai
pasangan dan anak-anak kita sedemikian rupa sehingga dosa tidak mungkin lagi meracuni hubungan kita Indra, manuskrip :20.
26
Paus Yohanes Paulus II 1994:9, dalam suratnya mengatakan: Keluarga, sebagai persekutuan pendidikan yang fundamental dan
esensial, merupakan sarana yang pertama dan paling istimewa untuk mewariskan nilai-nilai agama dan budaya yang membantu manusia
memperoleh identitasnya sendiri. Karena didirikan atas dasar cinta kasih dan terbuka bagi anugerah kehidupan, keluarga dalam dirinya sendiri
berisikan masa depan masyarakat, dan tugasnya yang paling khusus ialah untuk secara efektif memberikan sumbangannya untuk masa depan yang
penuh kedamaian.
Hal ini dapat dicapai melalui kasih cinta antara pasangan suami-istri, yang dipanggil pada persekutuan hidup yang penuh dan menyeluruh berkat
perkawinannya dalam arti kodrati lewat perkawinan yang ditingkatkan menjadi sakramen. Keluarga Kristiani dipanggil untuk mengalami persatuan yang baru, sejati
yang mengukuhkan, menyempurnakan persatuan yang kodrati dan manusiawi. Maka, diharapkan keluarga Kristiani dapat bersatu padu baik suka maupun duka
demi mempertahankan kesetiaan dalam hidup berumah tangga. Persatuan keluarga dapat dilestarikan dan disempurnakan dengan
semangat berkorban yang besar. Semangat berkorban sangat penting dalam keluarga demi mengokohkan keharmonisan dan kedamaian hidup berkeluarga. Maka, setiap
anggota keluarga dituntut dapat memiliki sikap terbuka yang siap sedia dan besar jiwa untuk memahami, sabar, mengampuni, dan berdamai Familiaris Consortio,
art. 21.
2. Peranan Keluarga Katolik
Sinode para uskup di Roma pada tanggal 26 September - 25 Oktober 1980 menyampaikan ”pesan kepada keluarga-keluarga Kristiani se-dunia” bahwa
27
penting bagi keluarga untuk memperhatikan empat tugas umum keluarga Familiaris Concortio, 1994: 5 antara lain:
a. Membentuk Persekutuan Pribadi
Keluarga yang dibentuk dan didasarkan oleh cinta kasih dan menghidupi cinta kasih merupakan persekutuan pribadi suami istri, orang tua dan anak, serta
sanak saudara. Tugas utama keluarga adalah berusaha mengembangkan, menghayati dan mewujudkan terus menerus kehidupan antar pribadi mereka yang rukun secara
tulus FC, art 18. Maka pentinglah di dalam keluarga ada cinta kasih. Tanpa ada cinta kasih, keluarga tidak akan dapat hidup dan berkembang sebagai persekutuan
pribadi. Persekutuan suami istri secara alamiah mempunyai sifat untuk saling
melengkapi, dan dikukuhkan oleh kerelaan pribadi suami istri untuk bersama-sama mewujudkan rencana hidup mereka, sehingga mampu berbagi dalam hidup yang
mereka alami, maka persekutuan suami istri sebagai tanda kebutuhan manusiawi yang diteguhkan dalam sakramen perkawinan. Lewat sakramen perkawinan Roh
Kudus yang dicurahkan dalam perayaan sakramen itu memberikan kepada suami istri karunia persatuan cinta kasih yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup mereka
FC, art 19.
b. Mengabdi kepada Kehidupan
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ”Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
28 binatang yang merayap di bumi” Kej 1:28. Allah menciptakan manusia laki-laki
dan perempuan agar mereka bersatu dan memanggil mereka untuk bekerja sama secara bebas dan bertanggungjawab untuk memelihara kehidupan. Dengan beranak
cucu dan memelihara ciptaan maka manusia yang diciptakan memenuhi panggilan Allah dan menunjukkan cinta kasih persekutuan suami-istri dengan memberikan
keturunan melalui kelahiran anak. Kesuburan merupakan buah tanda cinta kasih suami-istri yang sejati
maka diharapkan bahwa suami-istri mampu memelihara kebutuhan cinta kasih itu dengan kasih yang tiada terbatas, membina kasih yang mesra dan membina kekuatan
rohani moral yang ditugaskan kepada suami-istri sehingga mereka mampu mengemban tugas sebagai ayah dan ibu dan kemudian diteruskan kepada anak dan
melalui anak diteruskan kepada Gereja FC, art 28.
c. Ikut serta dalam Pembangunan Masyarakat
„Keluarga sebagai sarana yang pertama dan paling istimewa untuk mewariskan nilai-nilai agama dan budaya untuk membantu manusia memperoleh
identitasnya sendiri ‟. Di mana keluarga dibangun atas dasar cinta kasih dan terbuka
bagi anugerah kehidupan. Keluarga juga bagian dari masa depan masyarakat yang penuh dengan kedamaian Yohanes Paulus II, 1994 :9.
Pada dasarnya keluarga mempunyai ikatan yang sangat erat dengan masyarakat. Untuk menjalankan peran sosial mereka tidak dapat menutup diri
melainkan harus terbuka pada keluarga-keluarga lain yang hidup berdampingan dengan mereka sambil berbagi dan memperhatikan. Maka, ada keterkaitan antara
keluarga dan masyarakat karena keluarga tidak dapat hidup sendiri, Pencipta Alam