56
yang mengungkapkan kadang-kadang sebanyak 14 responden 70. Dalam kolom ini ada beberapa responden tidak menjawab sama sekali.
Saat iman kering para ibu-ibu berdevosi kepada Maria guna menguatkan iman kepada Tuhan. Hal ini terbukti dari 6 responden 30 menyatakan selalau,
yang menyatakan setuju 8 orang 40, sedangkan yang mengungkapkan kadang- kadang sebanyak 6 orang 30. Dengan demikian dapat dilihat bahwa sebanyak 3
responden 15 menyatakan selalu meluangkan waktu untuk berdevosi kepada Maria, yang menyatakan setuju 9 orang 45, sedangkan yang mengungkapkan
kadang-kadang 8 orang 40. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata kaum ibu sudah menghayati Maria dengan cara berdevosi. Kerelaan dan kemauan seorang
ibu berdevosi dalam hidup sehari-hari didukung oleh kaum ibu yang ada di lingkungan St. Yohanes Pemandi, di mana ketika kaum ibu mengalami masalah
keluarga mereka dapat bersabar, tabah dan pasrah kepada Tuhan seperti Maria. Seperti yang diungkapkan oleh responden I ketika diwawancarai:
Makna atau arti meneladani Bunda Maria terhadap panggilan sebagai seorang ibu keluarga Katolik adalah membuat saya semakin sabar, tabah
dan kuat dalam menghadapi masalah. Bunda Maria menjadi senjata dalam hidup sehari-hari hasil wawancara.
Kaum ibu yang mau menghayati kehidupan keluarga Maria berarti ada
semacam perubahan dalam diri kaum ibu untuk menjadi yang terbaik dan baik. Mau bertindak seperti Maria berarti kaum ibu semakin menghayati Maria dalam
keluarga. Hal yang demikian sangat relevan ketika peneliti melakukan Karya Bakti Paroki KBP di lingkungan tersebut, para kaum mengalami permasalahan keluarga
yang sangat berat namun mereka masih mampu bertahan sampai sekarang. Meskipun, ada beberapa keluarga mengalami permasalahan yang rumit.
57
c. Kesetiaan Maria
Tabel 3.3. Kesetiaan Maria sebagai Teladan dalam Hidup Berkeluarga bagi Kaum ibu
N= 20 No
Pernyataan Jumlah
Sll S
K
11 Maria menjadi senjata hidup saya dalam
menghadapi segala suka-duka dalam hidup berkeluarga
5 25
14 70
1 5
12 Saya
tidak mudah
mengeluh ketika
dirundung duka keluargaku 1
5 12
60 7
35 13
Walaupun suami saya marah, saya tidak pernah berontak
- 6
30 12
60 14
Meskipun keadaan ekonomi keluarga saya lemah,
tingkah laku
anak yang
menjengkelkan tidak mempengaruhi saya untuk lari dari masalah
3 15
14 70
3 15
Tabel 3.3 di atas, responden mengungkapkan bahwa kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga. Gambaran ini menunjukkan bahwa 5
responden 25 menyatakan selalu bahwa Maria menjadi senjata hidup dalam menghadapi segala suka-duka kehidupan berkeluarga, yang menyatakan setuju
dengan jumlah 14 orang 70, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 1 orang 5. Maria menjadi sejata hidup ketika kaum ibu mengalami masalah yang
terkadang tak dapat diselesaikan secara tuntas. Mereka ungkapkan bahwa membina keluarga itu tidak semuda yang mereka bayangkan ketika masa-masa pacaran,
terkadang hal sepele menjadi masalah besar. Berangkat dari situ mereka mengingat
58
bagaimana kesetiaan Maria dalam keluarganya lewat janji nikah yang mereka ungkapkan. Hal ini dikuatkan oleh responden ke II dalam wawancara:
Kesetiaan dalam hidup berkelurga dipahami dan dimengerti sebagai segala-galanya saling berjanji di hadapan Tuhan baik suami maupun istri
dalam menjaga kesetiaan dan keutuhan rumah tangga. Janji kesetiaan yang diucapkan saat menerima Sakramen Perkawinan adalah moment
yang tidak bisa diabaikan begitu saja, hal ini berguna untuk seumur hidup kecuali kematian yang memisahkan hasil wawancara.
Pernyataan di atas, bahwa kaum ibu masih mengingat janji setianya kepada suami maupun terhadap Tuhan. Mengingat janji perkawinan adalah salah
satu cara untuk mengatasi keretakan dalam keluarga. Ada 1 responden 5 menyatakan selalu bahwa tidak mudah mengeluh meskipun dirundung duka
keluarganya, yang mengungkapkan setuju dengan jumlah 12 orang 60, sedangkan menyatakan kadang-kadang 7 responden 75. Terlebih lagi ada 6
orang 30 menyatakan selalu walaupun suami marah tidak pernah berontak, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sangat besar jumlahnya yaitu 12
responden 60. Hampir sama dengan yang di atas bahwa ada beberapa responden tidak mengisi kolom yang sudah disediakan, juga ada seorang responden peneliti
belum menikah secara sah dalam Perkawinan Katolik hamil di luar nikah. Responden yang mengungkapkan setuju sebanyak 3 orang 15
walaupun keadaan ekonomi keluarga lemah, tingkah laku anak yang menjengkelkan tidak mempengaruhi untuk lari dari masalah yang menyatakan setuju sebanyak 14
orang 70, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang dengan jumlah 3 responden 15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kaum ibu sudah
mengerti bahwa kesetiaan Maria merupakan teladan bagi hidup berkeluarga, kaum
59
ibu yang mendalaminya sekitar 50. Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga didukung oleh tindakan dan sikap kaum ibu dalam keluarga.
2. Ibu-Ibu
a. Keluarga Katolik
Tabel 3.4. Suasana Keluarga Katolik N= 20
No Pernyataan
Jumlah Sll
S K
15 Hidup dalam keluarga Katolik membuat
saya semakin tegang karena tidak bisa cerai
1 5
4 20
11 55
16 Saya tetap setia mencintai suami dan
anak-anak saya baik suka maupun duka 4
20 14
70 2
10 17
Saya jarang mendampingi anak-anak karena saya capek
- 3
15 15
75
18 Menjadi seorang ibu Katolik membuat
saya semakin menderita 1
5 3
15 11
55 19
Saya tidak cinta lagi kepada suami saya karena penghasilannya sudah minim
- 3
15 10
50
Tabel 3.4 di atas, mengungkapkan suasana dalam keluarga Katolik. Seiring dengan suasana keluarga Katolik ada 1 orang 5 yang menyatakan selalu
bahwa hidup dalam keluarga Katolik membuatnya semakin tegang karena tidak bisa cerai, yang menyatakan setuju dengan jumlah 4 responden 20, sedangkan yang
mengungkapkan kadang-kadang 11 orang 55. Pada tingkat ini ada 4 responden 20 tidak mengisi kolom yang sudah disediakan oleh peneliti, sedangkan seorang
60
responden tidak mengisi karena belum mempunyai suami yang sah secara perkawinan Katolik. Empat responden 20 menyatakan selalu tetap setia
mencintai suami maupun anak-anak baik suka maupun duka, yang menjawab setuju dengan jumlah 14 orang 70, sedangkan yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 2 orang 10. Pernyataan ini dikuatkan oleh salah seorang dari responden ke II saat diwawancara:
Kesabaran maupun kesetiaan saya semakin kuat meskipun banyak tantangan baik dari suami maupun dari tetangga tidak mempengaruhi
saya untuk meninggalkan keluarga seperti Maria juga mengalami hal yang demikian banyak cacian terhadap Putranya sendiri hasil
wawancara. .
Terdapat 3 responden 15 menyatakan setuju bahwa jarang
mendampingi anak-anak karena capek, sedangkan menyatakan kadang-kadang sebanyak 15 responden 75. Hal ini terjadi karena kaum ibu memiliki waktu
sedikit untuk tinggal di rumah sehingga terkadang kaum ibu tidak sempat meluangkan waktu bagi anak-anak. Juga dinyatakan bahwa ada 1 responden 5
menyatakan selalu bahwa menjadi seorang ibu Katolik membuatnya semakin menderita, yang menyatakan setuju 3 responden 15, sedangkan yang menjawab
kadang-kadang 11 responden 55. Semakin menunjukkan bahwa yang menjawab setuju ada sebanyak 33
responden 15 tidak cinta lagi kepada suami karena penghasilan sang suami sudah minim, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 10 responden
50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum ibu belum secara total menghadirkan suasana keluarga Katolik yang damai dan harmonis seperti suasana
dalam keluarga Nazaret, karena jikalau kaum ibu mengalami masalah dalam keluarga mereka juga ingin berontak kepada suami, kadang-kadang meluangkan
61
waktu untuk mendampingi anak karena banyak pekerjaan atau capek, kadang kaum ibu juga mengatakan bahwa hidup dalam keluarga Katolik menderita. Hal ini
menjadi faktor penghambat bagi kaum ibu yang ada di lingkungan St. Yohanes Pemandi dalam meneladani Bunda Maria. Pernyataan ini dikuatkan oleh kaum ibu
saat diwawancarai pada tanggal 28 Oktober 2012, mereka selalu mengatakan, masih manusia biasa jadi belum bisa meneladani Maria secara penuh Hasil wawancara.
b. Peranan Ibu
Tabel 3.5. Peranan ibu dalam keluarga Katolik N= 20
No Pernyataan
Jumlah Sll
S K
20 Saya selalu peduli terhadap sesama
meskipun mereka tidak beragama katolik
9 45
11 55
-
21 Saya selalu meluangkan waktu untuk
mengikuti sembayangan
baik di
lingkungan maupun tingkat paroki 9
45 7
35 4
20
22 Sebelum bekerja saya selalu berdoa
supaya Tuhan memberkati segala yang saya lakukan
5 25
11 55
4 20
23 Melahirkan,
membesarkan anak,
menciptakan kehangatan keluarga dan mengurus rumah adalah tanggungjawab
saya sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik
9 45
11 55
-
24 Saya tidak menuntut balas budi
terhadap anak-anak 6
30 14
70 -
62
25 Lebih baik saya kelaparan dari pada
anak saya kelaparan 8
40 12
60 -
Tabel 3.5 di atas, responden diajak untuk mengungkapkan peranan ibu dalam keluarga Katolik. Responden yang mengungkapkan selalu peduli terhadap
sesama meskipun mereka tidak beragama Katolik sebanyak 9 responden 45, yang menyatakan setuju 11 responden 55. Pernyataan ini juga diungkapkan oleh
responden saat diwawancara : Dalam meneladani Bunda Maria lewat hidup sehari-hari yaitu berdoa dan
berdevosi kepada Maria tanpa kenal lelah, dan membantu orang lain yang berkesusahan misalnya kalau saya jualan banyak orang tua minta
jualan saya tanpa dibayar karena tidak mempunyai uang hasil wawancara ke II.
Ungkapan di atas tersebut sangat jelas, ternyata peran kaum ibu tidak
hanya diwujudnyatakan di dalam keluarga saja melainkan juga membantu orang lain yang berkekurangan. Dapat dibuktikan bahwa responden selalu meluangkan waktu
untuk mengikuti sembayangan baik di lingkungan maupun tingkat paroki sebanyak 9 responden 45, yang menjawab setuju 7 orang 35, sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang sebanyak 4 orang 20. Ada sebanyak 5 responden 25 menyatakan selalu berdoa sebelum bekerja kepada Tuhan demi memohonkan
berkat, yang menjawab setuju berjumlah 11 orang 55, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 4 responden 20.
Terdapat sebanyak 9 responden 45 menyatakan selalu bahwa melahirkan, membesarkan anak, menciptakan kehangatan keluarga dan mengurus
rumah adalah tanggungjawab seorang ibu rumah tangga yang baik, yang menjawab setuju sebanyak 11 responden 55. Dapat dilihat sebanyak 6 orang 30
menyatakan selalu tidak menuntut balas budi bagi anak-anak, sedangkan yang
63
menyatakan setuju dengan jumlah 14 responden 70. Responden yang menyatakan selalu bahwa lebih baik ibu-ibu kelaparan daripada anak-anak sebanyak
8 responden 40, sedangkan yang mengungkapkan setuju sebanyak 12 responden 60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum ibu belum secara total
menghadirkan suasana keluarga Katolik yang damai dan harmonis seperti keluarga Nazaret, meskipun ada beberapa keluarga. Dapat dilihat, kalau kaum ibu mengalami
masalah baik terhadap suami maupun anak masih ada rasa egois di sana-sini. Pernyataan yang demikian menjadi faktor penghambat bagi kaum ibu yang ada di
lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Pernyataan ini dikuatkan oleh kaum ibu saat diwawancarai pada tanggal 28 Oktober
2012, responden mengatakan masih sulit meneladani Maria di jaman sekarang hasil wawancara.
D. Pembahasan Penelitian
1. Pengetahuan akan Kesetiaan Maria
Pembahasan hasil penelitian sesuai pada hasil laporan penelitian mengenai kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu-ibu.
Pembahasan ini diuraikan sesuai dengan urutan variabel yang didukung berbagai sumber serta pemahaman penulis sendiri. Adapun urutan pembahasannya sebagai
berikut:
a. Pengetahuan Ibu tentang Kesetiaan Maria
Mengetahui kesetiaan Maria sangat membantu kaum ibu agar tetap setia dalam keluarga. Seorang ibu yang setia terhadap panggilannya akan mencintai anak-
64
anaknya maupun suami baik suka maupun duka. Kesetiaan merupakan modal utama dalam membentuk sebuah rumah tangga, sehingga keluarga tersebut akan utuh
untuk selama-lamanya kecuali kematian yang memisahkan. Mendasarkan diri pada kesetiaan Maria dalam hidup berkeluarga akan
membawa kaum ibu sampai kepada yang ilahi, seperti hubungan intim kasih Maria kepada Yesus yang selalu taat akan kehendak Yesus. Begitu juga kaum ibu selalu
taat, tunduk serta hormat kepada suami sejauh itu baik bagi keluarga. Tunduk, taat, serta hormat kepada suami merupakan lambamg cinta kasih kaum ibu kepada Yesus
Kristus. Yesus Kristus tidak pernah meninggalkan umat-Nya meskipun kita sudah jatuh ke dalam dosa, namun Ia tetap mengasihi dan mencintai kita dengan sepenuh
hati. Kesetiaan dalam keluarga akan menciptakan keluarga yang damai, sejahtera dan harmonis, karena cara berpikir dan bertindak kaum ibu didasari oleh sikap
Maria yang selalu setia baik untung maupun malang. Sosok dan sikap ibu yang demikian sangat diharapkan di jaman
sekarang ini demi menaklukan segala perkara-perkara rumah tangga baik besar kecilnya perkara hidup keluarga. Responden yang mengisi kuesioner ini adalah
responden yang aktif di lingkungan maupun di paroki atau dengan kata lain aktif dalam hidup menggereja sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Herybertus ketua
lingkungan St. Yohanes Pemandi, Bangunrejo.
b. Penghayatan Kesetiaan Maria dengan Berdevosi
Bagi kaum ibu jaman sekarang menghayati kesetiaan Maria secara penuh masih sulit untuk diterapkan di keluarga, karena pengaruh arus jaman modern
65
sekarang yang sangat menakjubkan. Tetapi tidak semua kaum ibu, di lingkungan St. Yohanes Pemandi kaum ibu mau menghayati kesetiaan Maria dengan cara berdevosi
demi menguatkan panggilan mereka. Berdevosi adalah salah satu alternatif yang dilakukan kaum ibu dalam menghayati kesetiaan Maria. Mampu menghayati
kesetiaan Maria berarti mengikuti teladan keluarga Nazaret di dalam keluarga secara terus-menerus. Pernyataan ini akan membantu kaum ibu untuk lebih mengerti dan
memahami roda-roda kehidupan keluarga yang terkadang suka, duka, malang dan pahitnya kehidupan. Roda kehidupan keluarga perlu dihayati dan disadari oleh kaum
ibu untuk sampai pada penghayatan kesetiaan Maria lewat kehidupan sehari-hari. Namun dalam tingkat ini, masih banyak responden yang belum menyadari betapa
pentingnya berdoa dan berdevosi. Kaum ibu melaksanakan devosi hanya sebatas untuk mendapatkan rejeki. Sebab ada beberapa responden masih enggan berdevosi
kepada Maria karena tidak mendapatkan rejeki dan sebagainya. Mendapat rejeki menjadi tujuan utama untuk berdevosi, padahal
berdevosi kepada Maria adalah penyerahan diri, mau belajar seperti Maria dan berpasrah diri kepada Tuhan sebagaimana yang telah diteladankan oleh Maria.
Sejauh pengamatan penulis ada beberapa kaum ibu menyadari bahwa tujuan utama untuk berdevosi bukan untuk meminta rejeki melainkan untuk mampu belajar dan
berpasrah diri kepada kehendak Tuhan.
c. Kesetiaan Maria sebagai Teladan dalam Hidup Berkeluarga bagi Ibu-Ibu
Meneladani kesetiaan Maria membuat kaum ibu untuk tetap setia terhadap keluarga yang dibina. Kesetiaan dalam keluarga menjadi kunci utama bagi
66
kaum ibu dalam menjalani panggilannya seumur hidup. Keluh-kesah, suka-duka tidak menjadi masalah lagi bagi kaum ibu karena kaum ibu belajar dari kesetiaan
Maria. Dengan demikian kaum ibu menjadi mampu menerima apa adanya keluarga. Kesetiaan Maria menjadi cahaya bagi keluarga baik siang maupun
malam. Cahaya sosok Maria yang akan menerangi hati dan pikiran kaum ibu dalam menciptakan keluarga yang damai dan harmonis. Kesetiaan Maria menjadi tonggak
utama dalam menopang segala rintangan yang menghadang keluarga, misalnya suami marah, keadaan ekonomi lemah dan tingkahlaku anak yang menjengkelkan
tidak memengaruhi mereka untuk meninggalkan keluarga. Pernyataan yang demikian perlu diterapkan lewat hidup sehari-hari demi menghadirkan Kerajaan
Allah dalam keluarga.
2. Ibu-Ibu
a. Keluarga Katolik
Membangun keluarga Katolik memang tidak semudah kaum ibu bayangkan ketika pada masa-masa pacaran, sangat jauh perbedaannya. Hal kecil
bisa menjadi masalah besar keluarga sehingga dapat mengakibatkan retaknya sebuah keluarga. Oleh sebab itu, kaum ibu perlu mempersiapkan diri baik-baik
sebelum memasuki jenjang pernikahan keluarga Katolik. Hidup dalam keluarga Katolik ini belum secara total kaum ibu sadari, di mana kaum ibu masih mengeluh
dan menderita ketika dirundung duka keluarganya. Hidup dalam keluarga Katolik menjadi tantangan berat bagi kaum ibu. Rasa kekeluargaan Kekatolikan ini ternyata
semakin hari semakin pudar. Kaum ibu kurang memahami dan tidak mau belajar
67
secara penuh dari keluarga Nazaret, bahwa keluarga Nazaret menjadi teladan, panutan dan jembatan bagi kaum ibu untuk hidup dalam keluarga Katolik. Kaum ibu
selayaknya dapat belajar bagaimana mereka hidup dengan keadaan yang sederhana, cara mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga, Yusuf suami Maria meninggal
dunia sampai Putera-nya sendiri disalibkan. Meskipun demikian, kaum ibu yang mau belajar dari keluarga Nazaret
ini sekitar 10, sangat disayangkan terhadap apa yang terjadi dalam keluarga di lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta.
Dapat dibuktikan dari setiap kolom yang diisi oleh kaum ibu. Sejauh penulis amati, membangun keluarga Katolik menjadi tantangan berat bagi kaum ibu apalagi
berhadapan dengan realitas zaman sekarang. Di mana kaum ibu merasakan menderita, tertekan dalam keluarga Katolik. Oleh sebab itu, pastor paroki
diharapkan untuk dapat memperhatikannya dengan sepenuh hati, dalam membantu kaum ibu. Akhirnya, lama-kelamaan kaum ibu dapat mengatasi permasalahan
tersebut secara pelan-pelan.
b. Peranan Ibu
Peranan seorang ibu, pada awalnya dapat dirasakan ketika berada dalam keluarga sebelum kaum ibu menikah. Orangtua melakukannya dengan sepenuh
hati, mulai dari hal-hal kecil sampai kepada hal yang besar. Peranan ini mulai dikenalkan orang tua sewaktu anak-anaknya masih kecil, antara lain: cara mencuci
piring, pakaian, menyetrika, memasak dan menyapu rumah serta merawat tanaman. Sehingga ketika kaum ibu membentuk keluarganya tidak kaget lagi terhadap peran
68
yang akan dilakukannya dalam keluarga. Pernyataan di atas terbukti bahwa kaum ibu sudah menjalankan perannya dengan baik dalam keluarga, tanpa kenal lelah,
meskipun ada beberapa kaum ibu belum mampu secara semaksimal mungkin. Sejauh pengamatan penulis, bahwa ketika kaum ibu mengalami masalah
terhadap suami. Namun, mereka tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik sebagaimana mestinya. Permasalahan dalam keluarga bukan
menjadi alasan utama bagi kaum ibu untuk tidak melaksanakan perannya. Begitu juga dengan sikap sibuah hati yang terkadang mencemaskan, namun kaum ibu tetap
mencintainya, menjaga serta merawat. Kaum ibu tidak pernah menuntut balas budi kepada anak-anaknya, namun kaum ibu berharap supaya sukses dan bahagia di masa
yang kelak. Selain peran ibu dalam keluarga, kaum ibu juga masih menyisihkan waktu untuk bersosialisasi bagi masyarakat sekitar tanpa pandang bulu.
3. Refleksi Kateketis
Dari uraian hasil penelitian di atas dapat direfleksikan secara kateketis bahwa kaum ibu kurang memahami dan menghayati kesetiaan Maria lewat
kehidupan keluarga. Di sana sini masih banyak keluhan-keluhan di temukan, antara lain karena sangat sulit untuk meneladan Maria. Pernyataan di atas menjadi jurang
pemisah yang dalam bagi kaum ibu untuk menghayati kesetiaan Maria dalam keluarga, keluhan-keluhan tersebut merasuki hati dan pikiran mereka. Dapat ditinjau
pada variabel I pertama bagian b, hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa kaum ibu melakukan devosi kepada Maria hanya ingin mendapatkan rejeki dan