Hasil Penelitian Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu ibu di lingkungan Santo Yohanes Pemandi Paroki Santo Albertus Agung Jetis, Yogyakarta

56 yang mengungkapkan kadang-kadang sebanyak 14 responden 70. Dalam kolom ini ada beberapa responden tidak menjawab sama sekali. Saat iman kering para ibu-ibu berdevosi kepada Maria guna menguatkan iman kepada Tuhan. Hal ini terbukti dari 6 responden 30 menyatakan selalau, yang menyatakan setuju 8 orang 40, sedangkan yang mengungkapkan kadang- kadang sebanyak 6 orang 30. Dengan demikian dapat dilihat bahwa sebanyak 3 responden 15 menyatakan selalu meluangkan waktu untuk berdevosi kepada Maria, yang menyatakan setuju 9 orang 45, sedangkan yang mengungkapkan kadang-kadang 8 orang 40. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata kaum ibu sudah menghayati Maria dengan cara berdevosi. Kerelaan dan kemauan seorang ibu berdevosi dalam hidup sehari-hari didukung oleh kaum ibu yang ada di lingkungan St. Yohanes Pemandi, di mana ketika kaum ibu mengalami masalah keluarga mereka dapat bersabar, tabah dan pasrah kepada Tuhan seperti Maria. Seperti yang diungkapkan oleh responden I ketika diwawancarai: Makna atau arti meneladani Bunda Maria terhadap panggilan sebagai seorang ibu keluarga Katolik adalah membuat saya semakin sabar, tabah dan kuat dalam menghadapi masalah. Bunda Maria menjadi senjata dalam hidup sehari-hari hasil wawancara. Kaum ibu yang mau menghayati kehidupan keluarga Maria berarti ada semacam perubahan dalam diri kaum ibu untuk menjadi yang terbaik dan baik. Mau bertindak seperti Maria berarti kaum ibu semakin menghayati Maria dalam keluarga. Hal yang demikian sangat relevan ketika peneliti melakukan Karya Bakti Paroki KBP di lingkungan tersebut, para kaum mengalami permasalahan keluarga yang sangat berat namun mereka masih mampu bertahan sampai sekarang. Meskipun, ada beberapa keluarga mengalami permasalahan yang rumit. 57

c. Kesetiaan Maria

Tabel 3.3. Kesetiaan Maria sebagai Teladan dalam Hidup Berkeluarga bagi Kaum ibu N= 20 No Pernyataan Jumlah Sll S K 11 Maria menjadi senjata hidup saya dalam menghadapi segala suka-duka dalam hidup berkeluarga 5 25 14 70 1 5 12 Saya tidak mudah mengeluh ketika dirundung duka keluargaku 1 5 12 60 7 35 13 Walaupun suami saya marah, saya tidak pernah berontak - 6 30 12 60 14 Meskipun keadaan ekonomi keluarga saya lemah, tingkah laku anak yang menjengkelkan tidak mempengaruhi saya untuk lari dari masalah 3 15 14 70 3 15 Tabel 3.3 di atas, responden mengungkapkan bahwa kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga. Gambaran ini menunjukkan bahwa 5 responden 25 menyatakan selalu bahwa Maria menjadi senjata hidup dalam menghadapi segala suka-duka kehidupan berkeluarga, yang menyatakan setuju dengan jumlah 14 orang 70, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 1 orang 5. Maria menjadi sejata hidup ketika kaum ibu mengalami masalah yang terkadang tak dapat diselesaikan secara tuntas. Mereka ungkapkan bahwa membina keluarga itu tidak semuda yang mereka bayangkan ketika masa-masa pacaran, terkadang hal sepele menjadi masalah besar. Berangkat dari situ mereka mengingat 58 bagaimana kesetiaan Maria dalam keluarganya lewat janji nikah yang mereka ungkapkan. Hal ini dikuatkan oleh responden ke II dalam wawancara: Kesetiaan dalam hidup berkelurga dipahami dan dimengerti sebagai segala-galanya saling berjanji di hadapan Tuhan baik suami maupun istri dalam menjaga kesetiaan dan keutuhan rumah tangga. Janji kesetiaan yang diucapkan saat menerima Sakramen Perkawinan adalah moment yang tidak bisa diabaikan begitu saja, hal ini berguna untuk seumur hidup kecuali kematian yang memisahkan hasil wawancara. Pernyataan di atas, bahwa kaum ibu masih mengingat janji setianya kepada suami maupun terhadap Tuhan. Mengingat janji perkawinan adalah salah satu cara untuk mengatasi keretakan dalam keluarga. Ada 1 responden 5 menyatakan selalu bahwa tidak mudah mengeluh meskipun dirundung duka keluarganya, yang mengungkapkan setuju dengan jumlah 12 orang 60, sedangkan menyatakan kadang-kadang 7 responden 75. Terlebih lagi ada 6 orang 30 menyatakan selalu walaupun suami marah tidak pernah berontak, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sangat besar jumlahnya yaitu 12 responden 60. Hampir sama dengan yang di atas bahwa ada beberapa responden tidak mengisi kolom yang sudah disediakan, juga ada seorang responden peneliti belum menikah secara sah dalam Perkawinan Katolik hamil di luar nikah. Responden yang mengungkapkan setuju sebanyak 3 orang 15 walaupun keadaan ekonomi keluarga lemah, tingkah laku anak yang menjengkelkan tidak mempengaruhi untuk lari dari masalah yang menyatakan setuju sebanyak 14 orang 70, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang dengan jumlah 3 responden 15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kaum ibu sudah mengerti bahwa kesetiaan Maria merupakan teladan bagi hidup berkeluarga, kaum 59 ibu yang mendalaminya sekitar 50. Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga didukung oleh tindakan dan sikap kaum ibu dalam keluarga.

2. Ibu-Ibu

a. Keluarga Katolik

Tabel 3.4. Suasana Keluarga Katolik N= 20 No Pernyataan Jumlah Sll S K 15 Hidup dalam keluarga Katolik membuat saya semakin tegang karena tidak bisa cerai 1 5 4 20 11 55 16 Saya tetap setia mencintai suami dan anak-anak saya baik suka maupun duka 4 20 14 70 2 10 17 Saya jarang mendampingi anak-anak karena saya capek - 3 15 15 75 18 Menjadi seorang ibu Katolik membuat saya semakin menderita 1 5 3 15 11 55 19 Saya tidak cinta lagi kepada suami saya karena penghasilannya sudah minim - 3 15 10 50 Tabel 3.4 di atas, mengungkapkan suasana dalam keluarga Katolik. Seiring dengan suasana keluarga Katolik ada 1 orang 5 yang menyatakan selalu bahwa hidup dalam keluarga Katolik membuatnya semakin tegang karena tidak bisa cerai, yang menyatakan setuju dengan jumlah 4 responden 20, sedangkan yang mengungkapkan kadang-kadang 11 orang 55. Pada tingkat ini ada 4 responden 20 tidak mengisi kolom yang sudah disediakan oleh peneliti, sedangkan seorang 60 responden tidak mengisi karena belum mempunyai suami yang sah secara perkawinan Katolik. Empat responden 20 menyatakan selalu tetap setia mencintai suami maupun anak-anak baik suka maupun duka, yang menjawab setuju dengan jumlah 14 orang 70, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 2 orang 10. Pernyataan ini dikuatkan oleh salah seorang dari responden ke II saat diwawancara: Kesabaran maupun kesetiaan saya semakin kuat meskipun banyak tantangan baik dari suami maupun dari tetangga tidak mempengaruhi saya untuk meninggalkan keluarga seperti Maria juga mengalami hal yang demikian banyak cacian terhadap Putranya sendiri hasil wawancara. . Terdapat 3 responden 15 menyatakan setuju bahwa jarang mendampingi anak-anak karena capek, sedangkan menyatakan kadang-kadang sebanyak 15 responden 75. Hal ini terjadi karena kaum ibu memiliki waktu sedikit untuk tinggal di rumah sehingga terkadang kaum ibu tidak sempat meluangkan waktu bagi anak-anak. Juga dinyatakan bahwa ada 1 responden 5 menyatakan selalu bahwa menjadi seorang ibu Katolik membuatnya semakin menderita, yang menyatakan setuju 3 responden 15, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 11 responden 55. Semakin menunjukkan bahwa yang menjawab setuju ada sebanyak 33 responden 15 tidak cinta lagi kepada suami karena penghasilan sang suami sudah minim, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 10 responden 50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum ibu belum secara total menghadirkan suasana keluarga Katolik yang damai dan harmonis seperti suasana dalam keluarga Nazaret, karena jikalau kaum ibu mengalami masalah dalam keluarga mereka juga ingin berontak kepada suami, kadang-kadang meluangkan 61 waktu untuk mendampingi anak karena banyak pekerjaan atau capek, kadang kaum ibu juga mengatakan bahwa hidup dalam keluarga Katolik menderita. Hal ini menjadi faktor penghambat bagi kaum ibu yang ada di lingkungan St. Yohanes Pemandi dalam meneladani Bunda Maria. Pernyataan ini dikuatkan oleh kaum ibu saat diwawancarai pada tanggal 28 Oktober 2012, mereka selalu mengatakan, masih manusia biasa jadi belum bisa meneladani Maria secara penuh Hasil wawancara.

b. Peranan Ibu

Tabel 3.5. Peranan ibu dalam keluarga Katolik N= 20 No Pernyataan Jumlah Sll S K 20 Saya selalu peduli terhadap sesama meskipun mereka tidak beragama katolik 9 45 11 55 - 21 Saya selalu meluangkan waktu untuk mengikuti sembayangan baik di lingkungan maupun tingkat paroki 9 45 7 35 4 20 22 Sebelum bekerja saya selalu berdoa supaya Tuhan memberkati segala yang saya lakukan 5 25 11 55 4 20 23 Melahirkan, membesarkan anak, menciptakan kehangatan keluarga dan mengurus rumah adalah tanggungjawab saya sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik 9 45 11 55 - 24 Saya tidak menuntut balas budi terhadap anak-anak 6 30 14 70 - 62 25 Lebih baik saya kelaparan dari pada anak saya kelaparan 8 40 12 60 - Tabel 3.5 di atas, responden diajak untuk mengungkapkan peranan ibu dalam keluarga Katolik. Responden yang mengungkapkan selalu peduli terhadap sesama meskipun mereka tidak beragama Katolik sebanyak 9 responden 45, yang menyatakan setuju 11 responden 55. Pernyataan ini juga diungkapkan oleh responden saat diwawancara : Dalam meneladani Bunda Maria lewat hidup sehari-hari yaitu berdoa dan berdevosi kepada Maria tanpa kenal lelah, dan membantu orang lain yang berkesusahan misalnya kalau saya jualan banyak orang tua minta jualan saya tanpa dibayar karena tidak mempunyai uang hasil wawancara ke II. Ungkapan di atas tersebut sangat jelas, ternyata peran kaum ibu tidak hanya diwujudnyatakan di dalam keluarga saja melainkan juga membantu orang lain yang berkekurangan. Dapat dibuktikan bahwa responden selalu meluangkan waktu untuk mengikuti sembayangan baik di lingkungan maupun tingkat paroki sebanyak 9 responden 45, yang menjawab setuju 7 orang 35, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 4 orang 20. Ada sebanyak 5 responden 25 menyatakan selalu berdoa sebelum bekerja kepada Tuhan demi memohonkan berkat, yang menjawab setuju berjumlah 11 orang 55, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 4 responden 20. Terdapat sebanyak 9 responden 45 menyatakan selalu bahwa melahirkan, membesarkan anak, menciptakan kehangatan keluarga dan mengurus rumah adalah tanggungjawab seorang ibu rumah tangga yang baik, yang menjawab setuju sebanyak 11 responden 55. Dapat dilihat sebanyak 6 orang 30 menyatakan selalu tidak menuntut balas budi bagi anak-anak, sedangkan yang 63 menyatakan setuju dengan jumlah 14 responden 70. Responden yang menyatakan selalu bahwa lebih baik ibu-ibu kelaparan daripada anak-anak sebanyak 8 responden 40, sedangkan yang mengungkapkan setuju sebanyak 12 responden 60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum ibu belum secara total menghadirkan suasana keluarga Katolik yang damai dan harmonis seperti keluarga Nazaret, meskipun ada beberapa keluarga. Dapat dilihat, kalau kaum ibu mengalami masalah baik terhadap suami maupun anak masih ada rasa egois di sana-sini. Pernyataan yang demikian menjadi faktor penghambat bagi kaum ibu yang ada di lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Pernyataan ini dikuatkan oleh kaum ibu saat diwawancarai pada tanggal 28 Oktober 2012, responden mengatakan masih sulit meneladani Maria di jaman sekarang hasil wawancara.

D. Pembahasan Penelitian

1. Pengetahuan akan Kesetiaan Maria

Pembahasan hasil penelitian sesuai pada hasil laporan penelitian mengenai kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu-ibu. Pembahasan ini diuraikan sesuai dengan urutan variabel yang didukung berbagai sumber serta pemahaman penulis sendiri. Adapun urutan pembahasannya sebagai berikut:

a. Pengetahuan Ibu tentang Kesetiaan Maria

Mengetahui kesetiaan Maria sangat membantu kaum ibu agar tetap setia dalam keluarga. Seorang ibu yang setia terhadap panggilannya akan mencintai anak- 64 anaknya maupun suami baik suka maupun duka. Kesetiaan merupakan modal utama dalam membentuk sebuah rumah tangga, sehingga keluarga tersebut akan utuh untuk selama-lamanya kecuali kematian yang memisahkan. Mendasarkan diri pada kesetiaan Maria dalam hidup berkeluarga akan membawa kaum ibu sampai kepada yang ilahi, seperti hubungan intim kasih Maria kepada Yesus yang selalu taat akan kehendak Yesus. Begitu juga kaum ibu selalu taat, tunduk serta hormat kepada suami sejauh itu baik bagi keluarga. Tunduk, taat, serta hormat kepada suami merupakan lambamg cinta kasih kaum ibu kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak pernah meninggalkan umat-Nya meskipun kita sudah jatuh ke dalam dosa, namun Ia tetap mengasihi dan mencintai kita dengan sepenuh hati. Kesetiaan dalam keluarga akan menciptakan keluarga yang damai, sejahtera dan harmonis, karena cara berpikir dan bertindak kaum ibu didasari oleh sikap Maria yang selalu setia baik untung maupun malang. Sosok dan sikap ibu yang demikian sangat diharapkan di jaman sekarang ini demi menaklukan segala perkara-perkara rumah tangga baik besar kecilnya perkara hidup keluarga. Responden yang mengisi kuesioner ini adalah responden yang aktif di lingkungan maupun di paroki atau dengan kata lain aktif dalam hidup menggereja sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Herybertus ketua lingkungan St. Yohanes Pemandi, Bangunrejo.

b. Penghayatan Kesetiaan Maria dengan Berdevosi

Bagi kaum ibu jaman sekarang menghayati kesetiaan Maria secara penuh masih sulit untuk diterapkan di keluarga, karena pengaruh arus jaman modern 65 sekarang yang sangat menakjubkan. Tetapi tidak semua kaum ibu, di lingkungan St. Yohanes Pemandi kaum ibu mau menghayati kesetiaan Maria dengan cara berdevosi demi menguatkan panggilan mereka. Berdevosi adalah salah satu alternatif yang dilakukan kaum ibu dalam menghayati kesetiaan Maria. Mampu menghayati kesetiaan Maria berarti mengikuti teladan keluarga Nazaret di dalam keluarga secara terus-menerus. Pernyataan ini akan membantu kaum ibu untuk lebih mengerti dan memahami roda-roda kehidupan keluarga yang terkadang suka, duka, malang dan pahitnya kehidupan. Roda kehidupan keluarga perlu dihayati dan disadari oleh kaum ibu untuk sampai pada penghayatan kesetiaan Maria lewat kehidupan sehari-hari. Namun dalam tingkat ini, masih banyak responden yang belum menyadari betapa pentingnya berdoa dan berdevosi. Kaum ibu melaksanakan devosi hanya sebatas untuk mendapatkan rejeki. Sebab ada beberapa responden masih enggan berdevosi kepada Maria karena tidak mendapatkan rejeki dan sebagainya. Mendapat rejeki menjadi tujuan utama untuk berdevosi, padahal berdevosi kepada Maria adalah penyerahan diri, mau belajar seperti Maria dan berpasrah diri kepada Tuhan sebagaimana yang telah diteladankan oleh Maria. Sejauh pengamatan penulis ada beberapa kaum ibu menyadari bahwa tujuan utama untuk berdevosi bukan untuk meminta rejeki melainkan untuk mampu belajar dan berpasrah diri kepada kehendak Tuhan.

c. Kesetiaan Maria sebagai Teladan dalam Hidup Berkeluarga bagi Ibu-Ibu

Meneladani kesetiaan Maria membuat kaum ibu untuk tetap setia terhadap keluarga yang dibina. Kesetiaan dalam keluarga menjadi kunci utama bagi 66 kaum ibu dalam menjalani panggilannya seumur hidup. Keluh-kesah, suka-duka tidak menjadi masalah lagi bagi kaum ibu karena kaum ibu belajar dari kesetiaan Maria. Dengan demikian kaum ibu menjadi mampu menerima apa adanya keluarga. Kesetiaan Maria menjadi cahaya bagi keluarga baik siang maupun malam. Cahaya sosok Maria yang akan menerangi hati dan pikiran kaum ibu dalam menciptakan keluarga yang damai dan harmonis. Kesetiaan Maria menjadi tonggak utama dalam menopang segala rintangan yang menghadang keluarga, misalnya suami marah, keadaan ekonomi lemah dan tingkahlaku anak yang menjengkelkan tidak memengaruhi mereka untuk meninggalkan keluarga. Pernyataan yang demikian perlu diterapkan lewat hidup sehari-hari demi menghadirkan Kerajaan Allah dalam keluarga.

2. Ibu-Ibu

a. Keluarga Katolik

Membangun keluarga Katolik memang tidak semudah kaum ibu bayangkan ketika pada masa-masa pacaran, sangat jauh perbedaannya. Hal kecil bisa menjadi masalah besar keluarga sehingga dapat mengakibatkan retaknya sebuah keluarga. Oleh sebab itu, kaum ibu perlu mempersiapkan diri baik-baik sebelum memasuki jenjang pernikahan keluarga Katolik. Hidup dalam keluarga Katolik ini belum secara total kaum ibu sadari, di mana kaum ibu masih mengeluh dan menderita ketika dirundung duka keluarganya. Hidup dalam keluarga Katolik menjadi tantangan berat bagi kaum ibu. Rasa kekeluargaan Kekatolikan ini ternyata semakin hari semakin pudar. Kaum ibu kurang memahami dan tidak mau belajar 67 secara penuh dari keluarga Nazaret, bahwa keluarga Nazaret menjadi teladan, panutan dan jembatan bagi kaum ibu untuk hidup dalam keluarga Katolik. Kaum ibu selayaknya dapat belajar bagaimana mereka hidup dengan keadaan yang sederhana, cara mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga, Yusuf suami Maria meninggal dunia sampai Putera-nya sendiri disalibkan. Meskipun demikian, kaum ibu yang mau belajar dari keluarga Nazaret ini sekitar 10, sangat disayangkan terhadap apa yang terjadi dalam keluarga di lingkungan St. Yohanes Pemandi paroki St. Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Dapat dibuktikan dari setiap kolom yang diisi oleh kaum ibu. Sejauh penulis amati, membangun keluarga Katolik menjadi tantangan berat bagi kaum ibu apalagi berhadapan dengan realitas zaman sekarang. Di mana kaum ibu merasakan menderita, tertekan dalam keluarga Katolik. Oleh sebab itu, pastor paroki diharapkan untuk dapat memperhatikannya dengan sepenuh hati, dalam membantu kaum ibu. Akhirnya, lama-kelamaan kaum ibu dapat mengatasi permasalahan tersebut secara pelan-pelan.

b. Peranan Ibu

Peranan seorang ibu, pada awalnya dapat dirasakan ketika berada dalam keluarga sebelum kaum ibu menikah. Orangtua melakukannya dengan sepenuh hati, mulai dari hal-hal kecil sampai kepada hal yang besar. Peranan ini mulai dikenalkan orang tua sewaktu anak-anaknya masih kecil, antara lain: cara mencuci piring, pakaian, menyetrika, memasak dan menyapu rumah serta merawat tanaman. Sehingga ketika kaum ibu membentuk keluarganya tidak kaget lagi terhadap peran 68 yang akan dilakukannya dalam keluarga. Pernyataan di atas terbukti bahwa kaum ibu sudah menjalankan perannya dengan baik dalam keluarga, tanpa kenal lelah, meskipun ada beberapa kaum ibu belum mampu secara semaksimal mungkin. Sejauh pengamatan penulis, bahwa ketika kaum ibu mengalami masalah terhadap suami. Namun, mereka tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik sebagaimana mestinya. Permasalahan dalam keluarga bukan menjadi alasan utama bagi kaum ibu untuk tidak melaksanakan perannya. Begitu juga dengan sikap sibuah hati yang terkadang mencemaskan, namun kaum ibu tetap mencintainya, menjaga serta merawat. Kaum ibu tidak pernah menuntut balas budi kepada anak-anaknya, namun kaum ibu berharap supaya sukses dan bahagia di masa yang kelak. Selain peran ibu dalam keluarga, kaum ibu juga masih menyisihkan waktu untuk bersosialisasi bagi masyarakat sekitar tanpa pandang bulu.

3. Refleksi Kateketis

Dari uraian hasil penelitian di atas dapat direfleksikan secara kateketis bahwa kaum ibu kurang memahami dan menghayati kesetiaan Maria lewat kehidupan keluarga. Di sana sini masih banyak keluhan-keluhan di temukan, antara lain karena sangat sulit untuk meneladan Maria. Pernyataan di atas menjadi jurang pemisah yang dalam bagi kaum ibu untuk menghayati kesetiaan Maria dalam keluarga, keluhan-keluhan tersebut merasuki hati dan pikiran mereka. Dapat ditinjau pada variabel I pertama bagian b, hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa kaum ibu melakukan devosi kepada Maria hanya ingin mendapatkan rejeki dan

Dokumen yang terkait

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo.

4 72 183

Manfaat video siaran penyejuk imani katolik indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

3 19 178

Hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.

1 36 163

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari.

0 8 159

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo

1 28 181

Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu-ibu di lingkungan Santo Yohanes Pemandi Paroki Santo Albertus Agung Jetis, Yogyakarta.

0 0 134

Sistem pengendalian inti pada organisasi religius : studi kasus pada Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

2 21 215

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 8 175

SISTEM PENGENDALIAN INTI PADA ORGANISASI RELIGIUS Studi Kasus pada Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta SKRIPSI

0 1 213