3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan- kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan- kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan.
G. Macam- Macam Motivasi
Macam- macam motivasi belajar disini akan dibahas dua macam sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang intrinsik
dan yang berasal dari luar diri seseorang ekstrinsik. 1. Motif Intrinsik
Menurut Uno 2007: 4, motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri
individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik
dapat ditimbulkan
dengan menumbuhkan
dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai
contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan intruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang
menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran. 2. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif
terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara
lain Uno, 2007: 40:
a. Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya,
maupun keyakinannya. b. Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan
kegiatan pendidikannya. c. Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga
pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun
akademis. d. Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan
penguasa bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya.
e. Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.
H. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif
berpartisipasi dalam kegiatan. Ketidakminatan terhadap suatu pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik menjadi malas berpartisipasi
dalam belajar. Itulah sebagi pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi belajar. Kemiskinan terhadap motivasi intrinsik ini merupakan
masalah yang memerlukan bantuan suntikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik.
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena
ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicariitu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya
dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari
tahu. Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Disini anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian
tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah
perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar. 2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian
terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal
pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan
dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana,
prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya.
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan Anak didik mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan
yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran
tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana
tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar
itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Dengan tekun anak didik belajar. Dengan penuh
konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin diketahui dimengerti itu cepat tercapai. Segala sesuatu yang
menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh- jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat
mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
I. Bentuk- Bentuk Motivasi dalam Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu:
1. Memberi angka Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik
biasanya bervariasi, sesuai dengan hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru, bukan karena belas kasihan guru.
Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih
meningkatkan prestasi belajar si masa mendatang. 2. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang- kenangan cendramata. Hadiah yang
diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari keinginan pemberi. Atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi yang
dicapai seseorang. Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan, profesi, dan usia seseorang. Semua orang berhak menerima hadiah dari
seseorang dengan motif- motif tertentu. 3. Kompetisi
Kompetisi merupakan persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.
4.
Ego- Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
5. Memberi Ulangan Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh- jauh hari untuk menghadapi ulangan.
6. Mengetahui Hasil Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan
mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik
berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan pretasi belajar yang lebih baik.
7. Pujian Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai
alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Pujian diberikan sesuai
dengan hasil kerja bukan dibuat- buat. 8. Hukuman
Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negative, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijaksana akan merupakan alat motivasi
yang baik dan efektif. 9. Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala
kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang
tentu hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar.
10. Minat Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
11. Tujuan yang Diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh anak didik
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna
dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.
J. Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin dalam Agus Suprijono, 2009:15 mengemukakan, “In
cooperative learning methods, students work together in four member teams to
master material initially presented by the teacher.” Dari uraian tersebut dapat
dikemukakan bahwa
cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang
berjumlah 4- 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalah belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas- tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar
belaj kelompok atau kerja kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok Sugandi, 2002: 14, dalam Riyadi
Purworedjo, 2009: 2, dalam Agus Suprijono, 2009: 16. Menurut pendapat Lie 2008: 29 bahwa model pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur- unsur dasar pembelajaran
cooperative learning
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal- asalan. Pelaksanaan prosedur
model
cooperative learning
dengan benar- benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pada dasarnya
cooperative learning
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperative learning
juga dapat diartikan sebagai suatu stuktur tugas bersama dalam suasana
kebersamaan di antara sesama anggota kelompok Solihatin, E., dan Rahardjo, 2007:4 dalam Agus Suprijono 2009: 16.
K. Unsur- Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif