B. Data dan Analisis Data 1. The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire R-SPQ-2F
Hasil dari kuesioner berfungsi untuk menampilkan kecenderungan peserta didik dalam menggunakan satu jenis pendekatan belajar tertentu
dalam mempelajari fisika. Dari hasil tersebut maka dapat ditentukan subjek yang akan diwawancarai. Adapun tabel-tabel yang ditampilkan sudah
dimodifikasi demi mempermudah analisis.
a. Penyajian Data
Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan SMP ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam SMP Joannes Bosco
Siswa Mendalam
Permukaan selisih
M-P MPM
SPM total
MPP SPP
total
3 23
19 42
17 18
35 7
13 22
20
42
19 19
38
4 55
19 19
38 17
17 34
4 12
17 20
37 12
11 23
14 14
18 19
37
10 13
23
14 31
17 19
36 14
15 29
7 49
17 19
36 6
11 17
19 7
17 18
35
14 15
29
6 43
17 18
35 8
16 24
11 54
17 18
35 7
9 16
19 2
19 13
32
14 12
26
6 40
17 15
32 12
15 27
5 44
16 16
32 8
11 19
13 48
15 17
32
6 10
16
16 1
15 16
31 9
9 18
13 32
10 20
30 8
15 23
7 8
15 14
29 13
11 24
5 20
15 13
28 13
13 26
2 10
15 12
27 14
10 24
3
Siswa Mendalam
Permukaan selisih
M-P MPM
SPM total
MPP SPP
total
15 15
12 27
15 14
29 -2
39 10
17 27
23 20
43 -16
51 13
14
27
15 15
30
-3 23
12 14
26 9
9 18
8 29
12 14
26 13
15 28
-2 4
12 13
25
9 10
19
6 5
12 13
25 12
12 24
1 11
12 13
25 17
15 32
-7 19
12 13
25
8 11
19
6 33
11 14
25 13
18 31
-6 26
14 10
24 14
16 30
-6 28
12 12
24 8
12 20
4 36
12 12
24 8
11 19
5 57
13 11
24 11
9 20
4 6
10 13
23 17
18 35
-12 22
12 11
23 14
14 28
-5 24
11 12
23
11 14
25
-2 38
12 11
23 9
13 22
1 41
11 12
23 11
13 24
-1 45
10 13
23
10 13
23
47 13
10 23
9 9
18 5
21 11
11 22
14 14
28 -6
35 11
11
22
18 18
36
-14 9
10 11
21 15
13 28
-7 17
10 11
21 8
12 20
1 18
10 11
21
11 15
26
-5 50
11 10
21 11
10 21
30 11
9 20
12 14
26 -6
42 11
9 20
8 9
17 3
46 13
7 20
11 15
26 -6
25 10
9 19
11 12
23 -4
52 9
9
18
9 13
22
-4 53
9 9
18 14
13 27
-9 34
9 8
17
15 19
34
-17 56
7 9
16 11
12 23
-7 37
8 7
15 16
13 29
-14 27
7 7
14 12
9 21
-7 16
6 7
13 9
10 19
-6
Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan SMA ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Siswa Mendalam
Permukaan selisih
M-P MPM
SPM total
MPP SPP
total
3 20
21 41
17 17
34 7
4 19
20 39
16 18
34 5
16 15
21 36
5 8
13 23
10 16
17 33
17 17
34 -1
8 15
15 30
14 14
28 2
6 13
14 27
14 11
25 2
7 13
14 27
10 15
25 2
23 14
12 26
8 11
19 7
33 12
14 26
12 12
24 2
11 12
13 25
17 16
33 -8
15 8
17 25
11 16
27 -2
18 11
14 25
13 15
28 -3
17 12
12 24
12 15
27 -3
5 11
12 23
21 12
33 -10
24 11
12 23
13 15
28 -5
28 10
13 23
13 15
28 -5
31 10
13 23
11 17
28 -5
12 11
11 22
8 14
22 21
13 9
22 11
17 28
-6 26
10 10
20 6
9 15
5 30
9 11
20 11
13 24
-4 1
8 9
17 11
12 23
-6 9
8 8
16 14
13 27
-11 2
9 6
15 15
18 33
-18 14
7 8
15 8
11 19
-4 20
8 7
15 12
13 25
-10 25
7 8
15 15
13 28
-13 19
5 9
14 11
16 27
-13 22
6 8
14 18
15 33
-19 32
9 5
14 15
15 30
-16 29
7 6
13 9
10 19
-6
Siswa Mendalam
Permukaan selisih
M-P MPM
SPM total
MPP SPP
total
13 5
7 12
10 11
21 -9
27 5
5 10
12 9
21 -11
Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam Universitas Sanata Dharma
Mahasiswa Mendalam
Permukaan selisih
M-P total
MPM SPM
total MPP
MPM SPM
8 22
19 41
6 6
12 29
33 21
20 41
10 8
18 23
13 17
22 39
12 11
23 16
24 19
20 39
9 9
18 21
17 18
20 38
7 9
16 22
21 18
20 38
11 8
19 19
48 21
17 38
7 7
14 24
49 19
19 38
7 10
17 21
4 20
16 36
13 14
27 9
6 19
17 36
8 8
16 20
28 18
18 36
7 10
17 19
12 19
16 35
9 7
16 19
23 19
16 35
12 13
25 10
27 19
16 35
10 11
21 14
34 19
16 35
13 11
24 11
35 19
16 35
6 6
12 23
50 20
15 35
7 8
15 20
25 16
18 34
7 10
17 17
29 16
18 34
8 9
17 17
39 16
18 34
5 9
14 20
9 16
17 33
9 13
22 11
10 16
17 33
12 16
28 5
18 17
16 33
9 7
16 17
3 17
15 32
12 12
24 8
20 14
18 32
12 11
23 9
Mahasiswa Mendalam
Permukaan selisih
M-P total
MPM SPM
total MPP
MPM SPM
26 16
16 32
13 11
24 8
31 12
20 32
11 10
21 11
32 16
16 32
10 13
23 9
36 16
15 31
9 12
21 10
45 17
14 31
15 17
32 -1
47 18
13 31
11 13
24 7
22 13
17 30
17 16
33 -3
40 14
16 30
10 12
22 8
11 14
15 29
11 13
24 5
30 14
15 29
9 8
17 12
37 13
16 29
9 9
18 11
19 15
13 28
13 19
32 -4
44 14
14 28
10 15
25 3
42 11
16 27
8 9
17 10
7 14
12 26
9 14
23 3
15 13
13 26
10 11
21 5
16 13
13 26
12 14
26 38
12 14
26 11
8 19
7 1
15 10
25 17
15 32
-7 5
12 13
25 8
9 17
8 14
13 12
25 9
12 21
4 43
13 11
24 12
18 30
-6 46
9 14
23 13
11 24
-1 2
12 9
21 10
15 25
-4 41
6 6
12 8
10 18
-6
b. Analisis Data
Dengan menggunakan persamaan 2 dan persamaan 3 maka analisis kuesioner dilakukan pada setiap jenjang pendidikan dan
masing-masing jenis pendekatan belajar. 1 Pendekatan Belajar Siswa SMP
a Pendekatan Mendalam PM Dari tabel 4.1 analisis untuk pendekatan mendalam
siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai berikut. Menghitung batas bawah :
Mean : 25.94737
Standar Deviasi : 6,8905
1 =
. ,
X
i
= 32, 83787
Menghitung selisih minimal : Selisih Minimal = 2 x standar deviasi
Selisih Minimal = 2 x 6,8905 = 13,781
Dari perhitungan tersebut maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam
dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 32, 84 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor
PM dan skor PP adalah 13,78.
b Pendekatan Permukaan PP Dari tabel 4.1 analisis untuk pendekatan permukaan
siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai berikut. Menghitung batas bawah :
Mean : 25.15789
Standar Deviasi : 5,966541
1 =
. ,
X
i
= 31,12444
Menghitung selisih minimal : Selisih Minimal = 2 x standar deviasi
Selisih Minimal = 2 x 5,966541 = 11,93308
Dari perhitungan tersebut maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan permukaan
dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 31,12 untuk skor PP dan selisih minimal antara skor
PM dan skor PP adalah 11,93. Dalam tabel 4.1 selisih antara skor mendalam dan skor permukaan untuk pendekatan
permukaan bernilai negatif -.
2 Pendekatan Belajar Siswa SMA a Pendekatan Mendalam PM
Dari tabel 4.2 analisis untuk pendekatan mendalam siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta sebagai berikut.
Menghitung batas bawah : Mean
: 22,12121 Standar Deviasi
: 7,765137 1 =
, ,
X
i
= 29,88635
Menghitung selisih minimal : Selisih Minimal = 2 x standar deviasi
Selisih Minimal = 2 x 7,765137 = 15,53027
Maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika
adalah siswa yang memperoleh skor minimal 29,90 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah
15,54.
b Pendekatan Permukaan PP Berikut adalah analisis untuk pendekatan permukaan
siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta sebagai berikut. Menghitung batas bawah :
Mean : 26,15152
Standar Deviasi : 5,472209
1 =
, ,
X
i
= 31,62372
Menghitung selisih minimal : Selisih Minimal = 2 x standar deviasi
Selisih Minimal = 2 x 5,472209 = 10,94442
Maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika
adalah siswa yang memperoleh skor minimal 31,62 untuk skor PP dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 11.
Dalam tabel 4.2 selisih antara skor mendalam dan skor permukaan untuk pendekatan permukaan bernilai negatif -.
3 Pendekatan Belajar Mahasiswa Perguruan Tinggi a Pendekatan Mendalam PM
Berikut adalah analisis untuk pendekatan mendalam mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.
Menghitung batas bawah : Mean
: 31,46 Standar Deviasi
: 5,639547 1 =
, ,
X
i
= 37,09955
Menghitung selisih minimal : Selisih Minimal = 2 x standar deviasi
Selisih Minimal = 2 x 5,639547 = 11,27909
Maka mahasiswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika
adalah mahasiswa yang memperoleh skor minimal 37,10 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP
adalah 11,28.
b Pendekatan Permukaan PP Berikut adalah analisis untuk pendekatan permukaan
mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma. Menghitung batas bawah :
Mean : 21,2
Standar Deviasi : 5,283783
1 =
, ,
X
i
= 26,48378
Menghitung selisih minimal : Selisih Minimal = 2 x standar deviasi
Selisih Minimal = 2 x 5,283783 = 10,56757
Maka mahasiswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika
adalah siswa yang memperoleh skor minimal 26,48 untuk skor PP dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah
10,57. Dalam tabel 4.3 selisih antara skor mendalam dan skor permukaan untuk pendekatan permukaan bernilai negatif -.
Dari analisis The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire R-SPQ-2F, diperoleh skor-skor yang menjadi acuan dalam menentukan
subjek penelitian yang diwawancarai. Berikut adalah rangkuman dari analisis kuesioner.
Tabel 4.4 Rangkuman Analisis R-SPQ-2F
Jenjang Pendidikan
Pendekatan Mendalam Pendekatan Permukaan
Skor min.
Selisih min.
No. subjek
Skor min.
Selisih min.
No. subjek
SMP 32,84
13,78 12; 14;
49; 54 31,12
11,93 6; 34;
35; 39 SMA
29,90 15,54
16 31,62
11 2; 22
PT 37,10
11,28 8; 13;17;
21; 24; 33; 48;
49 26,48
10,57 -
Dari hasil R-SPQ-2F pada ketiga jenjang pendidikan, secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan pendekatan
belajar yang digunakan peserta didik. Siswa SMP memiliki kecenderungan yang merata dalam menggunakan kedua jenis pendekatan belajar. Tabel 4.4
menunjukkan terdapat 4 siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dan 4 siswa yang menggunakan pendekatan permukaan. Sedangkan siswa-
siswa lain masuk dalam kategori “rata-rata”, yaitu siswa yang tidak secara tegas dan konsisten dalam menggunakan salah satu jenis pendekatan. Siswa
SMA memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan belajar yang berbeda. Sebagian besar siswa memiliki skor PP yang tinggi dibandingkan
dengan skor PM. Ada dugaan bahwa tingkat kerumitan materi fisika yang diajarkan di SMA membuat siswa SMA cenderung lebih menggunakan
pendekatan permukaan dalam belajar fisika. Peserta didik pada tingkat perguruan tinggi memiliki kecenderungan mengggunakan pendekatan
mendalam dalam belajar fisika. Hal ini ditunjukkan dari tidak ada peserta didik yang memenuhi kriteria yang menggunakan pendekatan permukaan
dalam belajar fisika. Ada dugaan bahwa jurusan atau program studi yang dipilih peserta didik sudah sesuai dengan minat dan membuat mereka
tertarik untuk memahami secara mendalam. Tahap selanjutnya dari penelitian ini adalah menentukan subjek
yang akan diwawancarai. Subjek yang diwawancarai dipilih oleh peneliti dengan melihat rangkuman analisis R-SPQ-2F pada tabel 4.4. Untuk
jenjang pendidikan SMP subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika
adalah siswa dengan nomor 49 yang selanjutnya disebut S
1
dan siswa dengan nomor 54 yang selanjutnya disebut S
2
. Sedangkan subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan
permukaan dalam belajar fisika adalah siswa dengan nomor 34 yang selanjutnya disebut S
7
dan siswa dengan nomor 39 yang selanjutnya disebut S
8
.
Untuk jenjang pendidikan SMA subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan mendalam
dalam belajar fisika adalah siswa dengan nomor 16 yang selanjutnya disebut S
3
. Sedangkan subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika
adalah siswa dengan nomor 2 yang selanjutnya disebut S
9
dan siswa dengan nomor 22 yang selanjutnya disebut S
10
. Untuk jenjang pendidikan perguruan tinggi subjek yang dipilih
untuk diwawancarai sebagai mahasiswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah mahasiswa dengan nomor 8 yang
selanjutnya disebut S
4
, mahasiswa dengan nomor 33 yang selanjutnya disebut S
5
, dan mahasiswa dengan nomor 48 yang selanjutnya disebut S
6.
Tidak ada subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika karena tidak ada
subjek yang memenuhi acuan untuk pendekatan permukaan seperti yang ditampilkan pada tabel.
Berikut adalah tabel rangkuman subjek yang sudah ditentukan untuk diwawancarai.
Tabel 4.5 Subjek Wawancara
Pendekatan Mendalam S
1
, S
2
, S
3
, S
4
, S
5,
S
6
Pendekatan Permukaan S
7
, S
8
, S
9
, S
10
2. Hasil Wawancara
Hasil wawancara, selanjutnya dikategorisasikan sesuai dengan karakteristik yang muncul.
a. Pengkodean Coding
Proses pemberian kode dalam penelitian ini adalah berdasarkan karakteristik yang sering muncul pada data hasil wawancara. Ada
beberapa karakter yang sering muncul dalam hasil wawancara pada
subjek yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar. Pengkodean hanya dilakukan untuk hasil wawancara terhadap subjek
yang menggunakan pendekatan mendalam. Berikut adalah kode-kode untuk pendekatan mendalam.
Tabel 4.6 Kode Hasil Wawancara PM
Konteks Skala pertama
Skala kedua
Motivasi Urutan kesukaan mata
pelajaran Urutan kedua
Urutan ketiga Alasan menyukai fisika
Penasaran Senang mengerjakan soal
Faktor guru Fisika menyangkut kehidupan sehari-
hari Lain-lain : penalaran, hitung-hitungan,
rumus-rumus Strategi
Teman belajar Mandiri
kelompok Cara belajar
Catat rumus Menghapal rumus
Membaca rumus Mengerjakan soal
Les privat Mengulang kisi-kisi
Membuat soal sendiri dan menjawabnya
Setiap karakteristik yang muncul dalam hasil wawancara diberi skor 1 untuk masing-masing skala kedua. Pemberian skor tidak
berdasarkan jumlah subjek yang diwawancarai. Artinya, jika dari satu subjek yang diwawancarai muncul dua karakter atau lebih, maka setiap
karakter tersebut mendapat skor 1 sehingga satu subjek yang diwawancari dapat memperoleh skor lebih dari satu kali untuk skala
pertama yang sama.
Untuk hasil wawancara terhadap subjek yang menggunakan pendekatan permukaan tidak menunjukkan adanya kemunculan karakter
yang berulang, sehingga pengkodean tidak dilakukan dan analisis terhadap hasil wawancara dalam transkrip wawancara langsung
dilakukan.
b. Analisis Hasil Wawancara
Setelah melakukan pengkodean terhadap karakteristik yang sering muncul dalam hasil wawancara, maka langkah selanjutnya adalah
pengkategorisasian data. Pengkategorisasian data dilakukan pada hasil wawancara dalam transkrip data wawancara. Untuk setiap kategori
yang sama kemudian disatukan dalam satu kategori atau karakteristik dan selanjutnya diberi skor sesuai dengan banyaknya kemunculan
karakteristik tersebut. Berikut ditampilkan tabel skor
untuk setiap karakteristik berdasarkan kode.
Tabel 4.7 Hasil Slor Karakteristik PM
Kode Skor
Urutan kedua 3
Urutan ketiga 3
Penasaran 3
Senang mengerjakan soal 2
Faktor guru 3
Fisika menyangkut kehidupan sehari-hari 2
Lain-lain : penalaran, hitung-hitungan, rumus-rumus 1
Mandiri 3
kelompok 1
Catat rumus 2
Menghapal rumus 2
Membaca rumus 3
Mengerjakan soal 4
Les privat 1
Kode Skor
Mengulang kisi-kisi 1
Membuat soal sendiri dan menjawabnya 1
Analisis terhadap hasil wawancara dibagi menjadi dua, yaitu untuk pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan.
1 Analisis Wawancara Pendekatan Mendalam a Konteks motivasi
i. Urutan kesukaan mata pelajaran fisika
Setiap siswa diberi pertanyaan tentang urutan mata pelajaran yang mereka sukai, terutama urutan untuk mata
pelajaran fisika. Tiga subjek, yaitu S
1
, S
2
, dan S
4
menjawab fisika berada diurutan ketiga yang paling mereka sukai.
Berikut kutipan wawancara terhadap S
4
: Kutipan wawancara 1
P : Untuk pelajaran fisika, waktu SMA itu ada diurutan keberapa?
S
4
: maksudnya yang keberapa? P : urutan mata pelajaran yang paling kamu suka.
S
4
: Oo, nomor 3 P : yang pertama dan kedua?
S
4
: satu matematika, kedua bahasa inggris. Sedangkan tiga subjek lain, yaitu S
3
, S
5
, dan S
6
menjawab fisika berada diurutan kedua yang paling mereka sukai.
Persamaan dari ketiga subjek terakhir adalah kenyataan bahwa mereka menempatkan mata pelajaran matematika pada urutan
pertama untuk mata pelajaran yang paling mereka sukai, baru setelah itu mata pelajaran fisika pada urutan kedua. Ini tidak
mengubah maksud bahwa mereka menyukai fisika.
Berikut kutipan wawancara terhadap S
6
: Kutipan wawancara 2
P : Waktu SMA pelajaran fisika itu urutan berapa yang paling kamu suka?
S
6
: urutan berapa ya, dua setelah matematika.
Peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika cenderung akan menempatkan mata
pelajaran fisika pada urutan atas untuk mata pelajaran yang paling mereka sukai. Hal ini dibuktikan dari 6 subjek yang
menggunakan pendekatan mendalam pada pelajaran fisika menempatkan mata pelajaran fisika pada urutan atas untuk mata
pelajaran yang paling mereka sukai. Dari hasil tersebut dapat dikatakan pula bahwa keenam
subjek tersebut berminat terhadap fisika. Kesukaan mereka terhadap fisika ditunjukan dari urutan mata pelajaran fisika yang
mereka nyatakan dalam wawancara.
ii. Alasan menyukai fisika
Keenam subjek memberikan alasan mengapa mereka menyukai fisika. Alasan yang sering muncul adalah bahwa
mereka merasa “penasaran” terhadap persoalan fisika, seperti yang dikemukakan oleh S
3
, S
4
, dan S
5
.
Berikut adalah kutipan wawancara dengan S
5
: Kutipan wawancara 3
P : Alasannya kenapa menyukai fisika?
S
5
: karena menurut saya fisika membuat penasaran. Rumus fisika itu lebih sulit daripada rumus-rumus
di matematika, fisika itu memiliki penerapan dalam
kehidupan sehari-hari,
sebetulnya membuat
penasaran.
Sedangkan S
4
mengemukakannya dalam kalimat yang berbeda seperti kutipan wawancara dengan S
4
berikut.
Kutipan wawancara 4 P
: Ada alasan khusus gak kenapa kamu senang fisika? S
4
: pertama soal tadi sebelumnya S
4
mengemukakan tentang kesenangannya terhadap matematika dan
bahasa inggris, kedua kita tu ingin taunya kayak beda kayak yang lain itu lo. Kalau orang lain kan
mikirnya, ngopo si, kok mikir e ora penting banget sih.. kalau saya itu mikirnya, loh, ada “itu” kan
karena fisika to, ini fisika dulu toh. Ngapain kita belajar yang itu fisikanya belum ngerti.
Pada kutipan hasil wawancara 3 dan 4, keingintahuan subjek akan persoalan fisika ditegaskan pada kalimat yang
digarisbawahi. S
5
secara tegas menyatakan bahwa alasan dia menyukai fisika adalah karena persoalan fisika membuat
penasaran dan menimbulkan rasa ingin tahu untuk memecahkan persoalan
tersebut. S
4
menyatakan alasannya
dengan menggunakan istilah “ingin tahu”. S
4
merasa keingintahuannya terhadap persoalan fisika yang berbeda dengan persoalan lain
yang membuat dia tertarik terhadap fisika. Dari hasil tersebut dapat dikatakan pula bahwa rasa
penasaran atau ingin tahu terhadap persoalan fisika membuat subjek yang menggunakan pendekatan belajar mendalam
terhadap fisika merasa tertarik terhadap fisika.
Hal lain yang juga muncul sebagai alasan subjek merasa tertarik terhadap fisika adalah karena faktor guru. Tiga subjek
yang menyatakan alasan mereka menyukai fisika karena faktor guru adalah S
1
, S
3
, dan S
6
. Untuk mahasiswa, faktor guru yang dimaksud adalah guru ketika yang bersangkutan mulai tertarik
terhadap fisika atau dengan kata lain adalah guru SMPSMA mereka.
Berikut adalah kutipan-kutipan wawancara terhadap S
1
, S
3
, dan S
6
. Kutipan wawancara 5
P : itu senangnya kenapa? Kenapa fisika urutan ketiga?
S
1
: ya.. senangnya itu karena gurunya itu apa, kalau ngajar itu lucu, sering bisa bikin ketawa..
Kutipan wawancara 6 P
: kapan kamu mulai tertarik sama fisika? S
3
: sejak masuk kelas 2 ini, ya lumayan dipahami. Kan guru kelas 1 beda, sulit dipahami gurunya itu kalau
ngajar…
Kutipan wawancara 7 P
: sejak kapan tertarik sama fisika? S
6
: sejak kelas 1 SMA karena gurunya juga waktu itu ngajarnya enak, materinya ya lumayanlah…
Dari kutipan wawancara 5, 6, dan 7 dapat dikatakan bahwa guru memegang peranan penting dalam menumbuhkan
minat atau ketertarikan peserta didik terhadap fisika. S
1
menggambarkan sosok seorang guru yang humoris membuat dia tertarik terhadap fisika. S
3
lebih menggambarkan sosok guru yang membuat dia tertarik terhadap fisika adalah sosok guru
yang dapat menyampaikan materi kepada siswa sehingga siswa dapat memahami materi fisika tersebut. S
6
tidak menjelaskan secara rinci guru seperti apa yang membuat dia tertarik terhadap
fisika tetapi ini tetap menunjukkan bahwa faktor guru juga membuat dia tertarik terhadap fisika.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa faktor guru adalah salah satu alasan subjek yang menggungakan pendekatan
mendalam dalam belajar fisika menjadi tertarik terhadap fisika. Faktor lain yang menjadi alasan subjek tertarik terhadap
fisika adalah adanya ketertarikan subjek dalam mengerjakan soal-soal fisika. Hal ini dinyatakan oleh S
4
dan S
6
. Ketertarikan mengerjakan soal seperti yang katakan oleh S
6
bahwa model soal yang menggunakan penalaran lebih membuat dia tertarik.
Berikut kutipan wawancara terhadap S
6
: Kutipan wawancara 8
P : alasan kamu senang fisika?
S
6
:ada ketertarikan tersendirilah, lebih senang mengerjakan soal-soalnya itu lo mas.
Sebelumnya S
6
juga diajukan pertanyaan mengapa dia tertarik terhadap fisika.
Lanjutan : P
: alasannya kenapa? S
6
: karena ada tantangan tersendiri, kalau matematika kan gak pake penalaran, kalau fisika itu pake
penalaran, saya suka yang pake penalaran.
Dari kutipan wawancara 8 pernyataan yang mendukung bahwa salah satu alasan siswa tertarik terhadap fisika adalah
ketertarikan dalam mengerjakan soal-soal fisika. Selanjutnya S
6
memberikan alasan lebih detail mengapa dia senang
mengerjakan soal-soal fisika, yaitu dia menyukai persoalan- persoalan yang menggunakan penalaran seperti potongan
kalimat yang digarisbawahi pada lanjutan kutipan wawancara 8. Ada 2 subjek yang memberikan alasan ketertarikan
mereka terhadap fisika karena berhubungan dengan kehidupan sekitar, kehidupan sehari-hari yang mereka jalani. Mereka
adalah S
2
dan S
5
.
Berikut kutipan wawancara dengan S
2
: Kutipan wawancara 9
P : trus fisika kenapa ada pada urutan ke 3? Berarti kan lumayan suka?
S
2
: hmmm… fisika itukan terjadi di kehidupan sehari- hari, ya kita bila perlu mempelajarinya agar di
kehidupan sehari-hari itu bisa mengerti segala hal.
Dari kutipan wawancara 9 dapat dikatakan bahwa seseorang yang menggunakan pendekatan mendalam dalam
belajar fisika memiliki alasan terkait ketertarikannya terhadap fisika. S
2
melihat fisika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya dan itu membuatnya tertarik.
Selain alasan-alasan tersebut, ada alasan-alasan khusus yang membuat peserta didik menjadi tertarik terhadap fisika.
Alasan khusus maksudnya adalah bahwa alasan tersebut bersifat khusus dan tidak muncul pada subjek lain. S
6
menyebutkan bahwa salah satu alasan dia senang terhadap fisika adalah
karena berhubungan dengan hobinya, yaitu yang berhubungan dengan otomotif atau lebih khusus lagi adalah
“balap motor”.
Berikut kutipan wawancara dengan S
6
: Kutipan wawancara 10
P : ada motivasi lain selain karena pengen mengajar?
S
6
: kebetulan saya juga sering lihat balapan motor, jadi teori dalam fisika itu mau saya terapkan besok
kalau punya motor balap. Lanjutan :
P : senang fisika karena gurunya ya?
S
6
: pertama karena gurunya, trus materinya juga agak menantang, yang terakhir ini karena suka nonton
balap-balapan liar.
Dari kutipan wawancara 10 dapat dikatakan bahwa hobi juga menjadi faktor ketertarikan seseorang terhadap fisika. S
6
memiliki hobi yang berhubungan dengan otomotif dan dia melihat bahwa fisika adalah salah satu ilmu yang berhubungan
dengan hobinya sehingga dia tertarik terhadap fisika. Alasan khusus lain yang membuat subjek tertarik
terhadap fisika adalah berhubungan dengan pengalaman pertama mereka yang membuat mereka tertarik terhadap fisika. S
4
dan S
5
memiliki alasan
masing-masing. S
4
bercerita tentang
pengalamannya yang membuat dia mulai tertarik terhadap fisika untuk pertama kalinya, yaitu ketika guru fisika sewaktu S
4
kelas 2 SMP menunjukkan sebuah kapal otok-otok buatan guru
tersebut di depan kelas. Seisi kelas menjadi terheran-heran, dan pengalaman itu membuat S
4
mulai tertarik pada fisika.
Berikut kutipan wawancara dengan S
4
: Kutipan wawancara 11
P : kapan kamu mulai tertarik sama fisika?
S
4
: waktu SMP, kelas 2
P : boleh tahu karena apa?
S
4
: Dulu itu guru fisika saya asyik orangnya, ngajar apa ya pemuaian, m.c delta T itu lo… itu ada alatnya,
apasih dulu. Pokoknya bisa pada melongo gitu anak-anak satu kelas ‘alatnya apa..?’ kalau
pemuaian yang anu, kapal otok otok itu, dia buat sendiri, dia buat yang terbuka jadi yang keliatan
dalam-dalamnya, jadi kita tau gitu.
S
5
menceritakan pengalaman yang membuat dia mulai tertarik terhadap fisika untuk pertama kali. S
5
pada awalnya selalu mendapat nilai jelek pada mata pelajaran fisika dan
pengalaman itu membuatnya menjadi tertarik pada fisika.
Berikut kutipan wawancara dengan S
5
: Kutipan wawancara 12
P : kapan kamu mulai tertarik sama fisika?
S
5
:Itu mulai kelas 2 SMP karena saya selalu mendapatkan nilai jelek pada saat fisika. Terus saya
belajar, dan terus..kenapa fisika itu sulit padahal saya bisa mengerjakan matematika. Terus saya
coba dan akhirnya saya bisa mengerjakan fiska dan akhirnya saya diterima di USD di program studi
pendidikan fisika.
Kutipan hasil wawancara 10, 11, dan 12 menunjukkan alasan-alasan khusus yang membuat subjek tertarik pada fisika.
Alasan-alasan yang dikemukakan adalah yang berhubungan dengan hobi dan pengalaman yang membuat mereka menjadi
tertarik pada fisika untuk pertama kali.
iii. Tanggapan terhadap tugas
Hal lain yang berkaitan dengan motivasi belajar fisika adalah tanggapan keenam subjek terkait tugas yang diberikan
oleh guru atau dosen. S
2
mengatakan bahwa jika diberi tugas oleh guru dia ingin mengerjakannya sendiri agar saat ulangan
dapat mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. S
3
mengatakan bahwa dia tidak langsung mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru pada hari itu juga, tetapi dia mengerjakannya satu hari setelah tugas diberikan. Jika dia mengalami kesulitan maka
langkah selanjutnya adalah bertanya dengan guru les privat yang bersangkutan. S
4
memandang tugas yang diberikan oleh dosen adalah sebuah tanggung jawab dan bukan sebagai beban. Jika
tugas tesebut belum dikerjakan dia merasa tidak tenang dan selalu kepikiran tentang tugas tersebut. S
4
juga berpendapat bahwa tugas sebaiknya dikerjakan jauh hari sebelum tugas
tersebut dikumpulkan karena menurutnya, tugas yang dikerjakan secara terburu-buru hasilnya tidak akan maksimal.
Berikut kutipan wawancara dengan S
4
: Kutipan wawancara 13
P : Bagaimana perasaan kamu kalau dikasi tugas sama dosen?
S
4
: Lebih ngerasa kalau itu tu tanggung jawab, bukan sebagai beban tapi lebih ke tanggung jawab sing
urung tak kerja ke itu lo… nduwe tugas urung tak kerjake tar kepikiran terus. Misalnya praktikum,
udah dikerjain tinggal sedikit tinggal kesimpulan tapi tak tinggal ke rumah mikirnya ke praktikum
terus…. P :Itu kapan kamu ngerjain tugasnya? Satu hari
sebelumnya??
S :Malah kalau kita ngerjain kayak gitu dari pengalamanku hasilnya malah gak maksimal.
Misalnya suruh buat makalah, sekarang ngerjain besok kumpulin pasti banyak salahnya, tapi kita
S
5
mengatakan bahwa jika dia diberi tugas oleh dosen maka dia biasanya bertanya dulu kepada temannya tentang cara
pengerjaan soal fisika tersebut. Namun, jika dia memahami dan mengetahui cara pengerjaannya maka dia mengerjakannya
secara mandiri. S
6
mengatakan bahwa jika diberi tugas oleh dosen maka dia akan langsung mengerjakan tugas tersebut
secara mandiri kemudian hasilnya dia bandingkan dengan pekerjaan teman-temannya.
b Konteks strategi i.
Cara belajar Dari cara belajar yang dikemukakan oleh siswa yang
menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika, dapat dilihat beberapa karakter yang sering muncul. Karakter yang
paling sering muncul adalah cara belajar dengan mengerjakan soal-soal latihan, sebanyak 4 kali kemunculan kemudian
membaca rumus dengan 3 kali kemunculan, mencatat rumus dan menghapal rumus, masing-masing sebanyak 2 kali kemunculan.
Les privat, mengulang kisi-kisi yang diberikan guru, dan membuat soal secara mandiri kemudian menjawabnya secara
mandiri, masing-masing sebanyak 1 kali kemunculan.
Berikut adalah kutipan hasil wawancara terhadap keenam subjek terkait dengan cara belajar.
Berikut kutipan wawancara dengan S
1
: Kutipan wawancara 14
P : ceritakan cara kamu belajar fisika di rumah…
S
1
: apa, biasanya baca dulu rumus-rumusnya.. habis itu bikin soal sendiri lalu dijawab sendiri
P : bisa ceritakan pas kamu belajar itu ada apa aja di
meja kamu? S
1
: ya biasa, kayak buku fisika, pulpen, sama kertas buram gitu… sambil denger musik.
Berikut kutipan wawancara dengan S
2
: Kutipan wawancara 15
P : gimana strategi kamu dalam belajar fisika?
S
2
: ya kan.. dikasi kisi-kisi sama guru A terus saya ulangi lagi jawaban-jawaban itu semua.
Berikut kutipan wawancara dengan S
3
: Kutipan wawancara 16
P : kamu punya strategi khusus dalam belajar fisika?
S
3
: Ya kalau belajar biasa ikut les guru privat, biar bisa nambah pengetahuan fisikanya itu lo…strategi
cuma itu aja, kalau gak, ya luangin waktu belajar fisika hari Minggu
P : Bisa ceritakan pas kamu belajar itu bagaimana? S
3
: Biasanya itu ngerjain soal sama nyatat rumus, biar ngelatih sama tau caranya
Lanjutan : P
: Strategi kamu belajar fisika kalau sebelum ulangan itu bagaimana?
S
3
: Malamnya belajar, hapalin rumus gitu sama nyoba- nyoba latihan soal…
Berikut kutipan wawancara dengan S
4
: Kutipan wawancara 17
P : Okey, tadi masalah minat ya… terus strategi, bisa ceritakan cara kamu belajar fisika itu bagaimana?
S
4
: Pertama setel musik. Musik klasik, yo gak musik klasik aja, instrumental gitu, Joe Satriani gitu.
Kalau dengar itukan langsung istirahat bentar habis kuliah nyetel itu, terus baru buka buku. Trus
sediain minum, sedian aqua. Trus kalau masalah belajarnya pertama itu… susah membaca sih aku,
kalau membaca itu malah mbuyar itu lo, jadi tak tulis dulu rumus-rumusnya terus tak liat gambar-
gambar di soalnya itu, kan ada ilustrasi-ilustrasi gitu terus langsung tak kerjain aja. Kalo gak bisa
baru aku membaca. Kalau dari awal membaca, udah lupa, ngerjain baca lagi ya sama aja…
jadi intinya : tulis rumus, cari soal yang ada gambarnya, kerjain, gak bisa baru membaca
P : Kamu lebih senang sama soal yang ada gambarnya? S
4
: Ho oh.. lebih mudah dipahami. Terus kalau dikasi soalpun harus tak gambar dulu, misalnya mobil
kecepatan ini…tumbukan,
tak gambar
dulu mobilnya.
Berikut kutipan wawancara dengan S
5
: Kutipan wawancara 18
P : Sekarang tentang cara belajar, kamu bisa ceritakan cara kamu belajar fisika sekarang?
S
5
: Cara belajar saya itu ya memahami konsep apa yang mau
dipelajari, memahami
konsep untuk
mengerjakan tidak untuk menghapalkan rumus, karena apa, percuma menghapalkan rumus tapi
tidak tahu konsepnya percuma saja. Dan saya terus mencoba untuk memahami konsepnya, cara
mengerjakan soal-soal fisika. P : Lebih detailnya cara kamu mempelajari fisika itu
bagaimana? Apakah dengan mencatat ulang rumus atau apa..??
S
5
: Pertama
membaca-baca rumus
kemudian mengerjakan soal-soal yg saya anggap tidak bisa,
trus saya coba sampai saya bisa mengerjakan.
Berikut kutipan wawancara dengan S
6
: Kutipan wawancara 19
P : kamu punya strategi khusus dalam belajar fisika?
S
6
: iya, menghapal rumus-rumusnya sama latihan soal P : kalau sebelum ujian?
S
6
: Cuma berdoa sama tanya-tanya teman tentang penyelesaiannya.
Dari kutipan wawancara 14, 15, 16, 17, 18, dan 19 cara belajar yang paling sering muncul adalah mengerjakan soal-soal
latihan. Kemunculan karakter cara belajar mengerjakan soal latihan muncul pada S
3
, S
4
, S
5
, dan S
6
. S
4
menceritakan cara belajarnya secara detail dengan mengatakan bahwa dia
mengerjakan soal yang dilengkapi dengan ilustrasi atau gambar karena menurutnya ilustrasi atau gambar lebih mempermudah
pengerjaan soal. S
5
mengatakan bahwa dia belajar dengan mengerjakan soal yang menurutnya memiliki tingkat kesulitan
yang cukup tinggi secara terus menerus. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa mengerjakan
soal latihan adalah cara yang paling sering dilakukan peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar
fisika. Membaca rumus adalah cara belajar fisika kedua
terbanyak setelah mengerjakan soal, yaitu dengan kemunculan sebanyak 3 kali. Kemunculan ini terjadi pada masing-masing
tiga subjek, yaitu S
1
, S
4
, dan S
5
. S
1
dan S
5
mengatakan bahwa mereka belajar fisika dengan membaca rumus-rumus fisika.
Sedangkan S
4
menyatakan bahwa membaca dia lakukan saat dia menemukan kesulitan saat mengerjakan soal. Membaca,
menurut S
4
tidak efektif dilakukan pada saat awal-awal belajar karena dia merasa sering melupakan apa yang sudah dia baca
sehingga harus membaca ulang ketika menemukan kesulitan. Ini adalah strategi khusus yang dilakukan oleh S
4
dalam belajar fisika.
Strategi mencatat rumus dan menghapal rumus masing- masing muncul sebanyak 2 kali. Mencatat rumus dilakukan oleh
S
3
dan S
4
, sedangkan menghapal rumus dilakukan oleh S
3
dan S
6
. Sebenarnya mencatat rumus adalah salah satu cara untuk menghapal rumus sehingga S
3
memunculkan dua karakter ini secara bersamaan. Maksud dari menghapal rumus adalah
berusaha untuk mengingat rumus-rumus atau persamaan- persamaan fisika. Namun, ada juga pengertian mencatat rumus
adalah untuk belajar, artinya jika sewaktu-waktu yang bersangkutan lupa dengan rumus, maka dia dapat membuka
kembali catatan-catatan rumus yang dibuat. S
3
melakukan pencatatan rumus sebagai cara untuk menghapal rumus fisika,
sedangkan S
4
mencatat rumus untuk menyelesaikan soal-soal fisika.
Membaca rumus berbeda dengan menghapal rumus. Memang, salah satu cara untuk menghapal rumus adalah
membaca rumus-rumus. Namun, S
1
, S
4
, dan S
5
menggunakan cara membaca rumus dalam belajar fisika adalah untuk
mengetahui dan mengerjakan soal-soal fisika tanpa bermaksud untuk menghapalnya. Hal ini dibuktikan dari kutipan wawancara
dengan ketiga subjek tersebut. S
1
mengatakan caranya belajar fisika adalah dengan membaca rumus kemudian membuat soal
dan mencoba menganalisisnya secara mandiri. Tidak terlihat ada keinginan dari S
1
untuk menghapal rumus. S
4
juga secara tegas mengatakan bahwa membaca, termasuk di dalamnya membaca
rumus adalah cara yang dia lakukan ketika mengalami kesulitan, misalnya saat lupa rumus yang digunakan. S
5
dengan tegas mengatakan bahwa menghapal adalah salah satu kelemahannya
sehingga membaca rumus menjadi salah satu cara dia belajar fisika.
Berikut kutipan wawancara dengan S
5
: Kutipan wawancara 19
P : Apakah kamu senang menghapal juga? S
5
: wah, kalau menghapal itu kekurangan dalam diri saya
karena menghapal itu sulit dari pada menghitung, dan menghapal itu sering lupa.
Cara belajar yang muncul sebanyak 1 kali adalah les privat, membaca kisi-kisi pelajaran yang diberikan oleh guru,
dan membuat soal kemudian menganalisisnya secara mandiri. Seperti pada kutipan wawancara 13, S
1
mengatakan bahwa cara
dia belajar fisika adalah dengan membuat soal secara mandiri kemudian menganalisisnya secara mandiri pula.
ii. Teman belajar
Tiga dari 6 subjek yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika memberikan informasi tentang
cara belajar yang mereka senangi, apakah secara mandiri atau belajar bersama orang lain. Hal ini khusus di luar jam belajar
wajib, seperti jam pelajaran di sekolah atau jam kuliah di kampus. Berikut kutipan wawancara terhadap ketiga subjek
tersebut.
Berikut kutipan wawancara dengan S
1
: Kutipan wawancara 20
P : Lebih senang belajar sendiri atau kelompok? S
1
: Sendiri P : Kok lebih senang belajar sendiri??
S
1
: Biar lebih dong, habis tu bisa bikin terserah waktu belajarnya sampai kapan bisa lama bisa sebentar…
Berikut kutipan wawancara dengan S
4
: Kutipan wawancara 21
P : Kamu lebih senang belajar sendiri atau kelompok?? S
4
: Kadang-kadang enakan sendiri kadang-kadang enakan kelompok. Tapi saya kalau belajar gitu
enakan sendiri mas, kalau sama orang misalnya gak tau..iya kalau temannya tau, kalau tau kayak pelit-
pelit gitu lo mereka itu, kayak gak ikhlas gitu ngasi taunya. Malah aku ngertinya tu mereka gak ngasi
tau secara penuh nah ntar tak pikir sendiri di kos.
Ntar kalau udah habis istirahat itu kan fresh lagi to, nah malah ketemu kalau tak pikir sendiri.
Berikut kutipan wawancara dengan S
5
: Kutipan wawancara 22
P : Lebih senang belajar kelompok atau sendiri? S
5
: Belajar sendiri, karena menurut saya belajar sendiri itu lebih bisa konsentrasi daripada belajar
kelompok. Kalau
kelompok kan
ada yang
konsentrasi ada yang tidak ada yang tanya-tanya gitu.
Ketiga subjek mengatakan bahwa mereka lebih memilih belajar secara mandiri. S
1
mengatakan dengan belajar sendiri dia dapat lebih leluasa dalam mengatur jam belajarnya. S
4
mengatakan bahwa dia lebih memilih untuk belajar secara mandiri. Menurutnya belajar secara mandiri membuat dia lebih
dapat mengerti materi yang dipelajari dibandingkan dengan belajar bersama teman-teman lain. S
5
mengatakan bahwa belajar mandiri membuat dirinya lebih dapat berkonsentrasi dalam
belajar.
Dari hasil wawancara terhadap subjek yang menggunakan pendekatan mendalam, diketahui bahwa untuk urutan mata
pelajaran yang disukai, 3 subjek menempatkan fisika pada urutan 3 dan 3 subjek lain menempatkan fisika pada urutan 2. Ini
menunjukkan bahwa mereka berminat terhadap fisika. Alasan mereka berminat terhadap fisika antara lain adalah
karena rasa ingin tahu atau penasaran dengan fisika seperti yang dikemukakan oleh 3 subjek. Alasan kedua mereka berminat
terhadap fisika adalah faktor guru dikemukakan oleh 3 subjek.
Alasan ketiga berkaitan dengan ketertarikan peserta didik dalam mengerjakan soal yang menjadi alasan 2 subjek menjadi berminat
terhadap fisika. Alasan lain subjek tertarik dengan fisika adalah karena berhubungan dengan hobi seperti yang dikemukakan oleh S
6.
Sedangkan alasan yang berhubungan dengan pengalaman pribadi dikemukakan oleh 2 subjek.
Lima subjek memberikan tanggapan positif terkait tugas yang diberikan. Artinya mereka tidak terbebani dengan adanya tugas.
Sedangkan 1 subjek lain tidak memberikan keterangan mengenai tugas. Untuk aspek strategi, yaitu cara belajar menunjukkan karakter
yang sering muncul adalah dengan mengerjakan soal latihan, yaitu sebanyak 4 kali kemunculan kemudian membaca rumus dengan 3
kali kemunculan, mencatat rumus dan menghapal rumus, masing- masing sebanyak 2 kali kemunculan. Les privat, mengulang kisi-kisi
yang diberikan guru, dan membuat soal secara mandiri kemudian menjawabnya secara mandiri, masing-masing sebanyak 1 kali
kemunculan. Tiga dari 6 subjek memberikan keterangan bahwa mereka
lebih memilih belajar secara mandiri atau sendiri daripada belajar berkelompok atau bersama orang lain.
2 Analsisis Wawancara Pendekatan Permukaan a Konteks motivasi
i. Urutan kesukaan mata pelajaran fisika
Ada 4 subjek yang cenderung menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika. Keempat subjek tersebut
diberikan pertanyaan yang sama tentang urutan mata pelajaran yang mereka sukai, terutama untuk mata pelajaran fisika. S
7
dan S
8
mengatakan fisika berada pada urutan kedua terakhir untuk mata pelajaran yang disukai. S
9
tidak dapat menyebutkan secara
persis fisika berada pada urutan berapa yang paling dia sukai, tetapi dia mengatakan fisika berada pada urutan
“tengah-tengah” untuk mata pelajaran yang dia sukai. S
10
mengatakan bahwa fisika berada pada urutan keempat terakhir untuk mata pelajaran
yang dia sukai. Berikut kutipan wawancara dengan S
8
: Kutipan wawancara 23
P : Pertanyaan pertama ni, untuk pelajaran fisika itu ada di urutan berapa yang paling kamu suka?
S
8
: Berapa ya… nomor dua dari terakhir
Berikut kutipan wawancara dengan S
10
: Kutipan wawancara 24
P : Fisika itu diurutan berapa yang paling kamu suka.? S
10
: Hmmm… dari berapa mapel ya, kayaknya agak akhir…mungkin keempat terakhir..
Dari 13-20 mata pelajaran yang mereka pelajari, urutan terbaik pada mata pelajaran fisika yang paling mereka sukai dari
keempat subjek adalah pada urutan “tengah-tengah”. Ini terjadi pada siswa SMA yang mempelajari 20 mata pelajaran. Keempat
subjek tidak tertarik dengan mata pelajaran fisika seperti halnya 6 subjek yang cenderung menggunakan pendekatan mendalam
pada mata pelajaran fisika. Ketidaktertarikkan ini ditunjukkan pada urutan mata pelajaran yang mereka sukai, untuk fisika
berada di urutan 11 ke bawah. Artinya, 4 subyek yang cenderung menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar
fisika kurang berminat terhadap mata pelajaran fisika.
ii. Alasan ketidaktertarikan terhadap mata pelajaran fisika
Setiap subjek yang cenderung menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika diberi pertanyaan tentang alasan
mereka menempatkan urutan mata pelajaran fisika pada urutan tertentu. S
7
mengatakan kalau fisika itu sulit untuk dipelajari, tidak ada alasan khusus yang lebih detail dari alasan tersebut. S
8
mengatakan bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit karena memerlukan hapalan yang cukup banyak.
Berikut kutipan wawancara dengan S
8
: Kutipan wawancara 25
Sebelumnya S
8
diberi pertanyaan tentang urutan mata pelajaran yang dia sukai, terutama fisika.
P : alasannya? S
8
: gak enak P : gak enak itu maksudnya gimana?
S
8
: Banyak hapalan ne, trus pelajarannya susah gitu lah, pokok e ruwet, pertanyaan ne ruwet-ruwet gitu dah
P : Itu maksudnya ngerjain soal atau? S
8
: Ya ngerjain soal, membaca, arti-artinya ya ruwet gitu.
P : He em, trus mata pelajaran yang paling kamu suka apa??
S
8
: Apa ya…yang paling seneng banget atau lumayan gitu?
P : Ya.. yang paling seneng atau lumayan gitu? S
8
: Gak ada.. hehe, biasa aja, standar
S
8
menggunakan istilah
“ruwet-ruwet” dalam
mempelajari fisika, maksudnya adalah dia menganggap fisika adalah pelajaran yang berbelit-belit sehingga dia merasa
kesulitan belajar fisika. Kesulitan yang dia alami membuat dia tidak tertarik dengan fisika. Selanjutnya S
8
diberi pertanyaan mata pelajaran apa yang paling dia sukai dan jawabannya adalah
tidak ada seperti pada kutipan wawancara 25. Dia menganggap mata pelajaran selain mata pelajaran yang tidak dia sukai adalah
sama dan tidak ada yang paling dia sukai. Hal ini menunjukkan bahwa minat belajar S
8
memang tidak tinggi untuk semua mata pelajaran, khususnya fisika.
S
9
memberikan alasan dia menempatkan fisika pada urutan
“tengah-tengah” untuk mata pelajaran yang paling disukai.
Berikut kutipan wawancara dengan S
9
: Kutipan wawancara 26
P : Kenapa kamu menempatkan fisika di urutan tengah- tengah?
S
9
: Ya rumusnya aja, teori-teorinya aja, kalau prakteknya itu saya senang, kalau teorinya itu agak
susah itu lo…rumitnya itu di rumus sama teori- teorinya itu…
Lanjutan : P
:Waktu SMP
dulu pernah
dikasi semacam
demonstrasi?atau alat yg bikin kamu mulai tertarik??
S
9
: Fisika itu paling menarik itu, kayak masnya kemarin yang nyontohin di depan itu lo…itukan cara
fisikanya gimana, nah saya sukanya yang kayak gitu…
S
10
juga memberikan alasan mengapa dia menempatkan fisika pada urutan keempat terakhir untuk mata pelajaran yang
paling disukai.
Berikut kutipan wawancara dengan S
10
: Kutipan wawancara 27
P : Kalau yang eksakta? S
10
: Sebenarnya fisika tu aku suka sedikit, kalau kadang rumusnya itu lo kalau emang lagi bisa malah minta
lanjutin terus tapi kalau lagi bener-bener blank malah gak suka aku, jadi males…
Lanjutan : P : Alasan kamu kok kurang senang sama fisika itu
apa?? S
10
: rumusnya kan emang banyak itu lo, aku kan bingung. Kan mirip-mirip itu, nanti ternyata
akhirnya cuma kayak gini rumusnya. Rumusnya ada yang yang mirip yang beda cuma kayak
simbolnya..nah itu yang bikin aku sebel tu itunya.
Berbeda dengan S
7
dan S
8
, S
9
dan S
10
tidak tertarik dengan fisika dengan kondisi tertentu dimana saat kondisi
tersebut tidak terjadi maka S
9
dan S
10
memiliki ketertarikkan terhadap fisika. S
9
mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan dalam teori-teori dan rumus-rumus fisika. Hal itu yang membuat
dia menempatkan fisika pada urutan “tengah-tengah” yang paliang dia sukai. S
9
mengatakan bahwa dia senang terhadap fisika yang berhubungan dengan praktek dalam pembelajaran
fisika. Selanjutnya dia mengatakan bahwa dia tertarik dengan fisika seperti yang dicontohkan oleh peneliti saat melakukan
penelitian di sekolahnya. Ini menunjukkan bahwa S
9
tidak suka membaca teori-teori dan rumus-rumus yang dia anggap sulit,
sebaliknya dia menyukai fenomena fisika yang dapat dilihat atau dilakukan secara langsung.
Dari kutipan wawancara 27, S
10
secara tegas mengatakan bahwa dia sedikit menyukai fisika. Hal yang membuat dia tidak
menyukai fisika adalah jika menemukan kesulitan dalam belajar fisika, seperti kesulitan dalam penggunaan rumus fisika
sehingga membuat dia kesulitan untuk memahami materi. Sebaliknya, S
10
mengatakan jika dia dapat memahami materi fisika yang sedang dipelajari, maka dia menjadi tertarik untuk
mempelajarinya lebih lanjut. S
8
dan S
10
memiliki persamaan, yaitu saat menemukan kesulitan dalam belajar fisika maka
kedua subjek tersebut menjadi tidak tertarik untuk belajar fisika. S
9
dan S
10
juga memiliki persamaan, yaitu mereka sama-sama memiliki sedikit ketertarikan dengan fisika asal memenuhi suatu
syarat atau kondisi tertentu. Alasan lain yang membuat subjek tidak tertarik terhadap
fisika yang muncul dari hasil wawancara terhadap subjek yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika
adalah karena faktor guru. Ini terjadi pada S
9
dan S
10
yang merupakan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Berikut kutipan wawancara dengan S
9
: Kutipan wawancara 28
P : Waktu kelas 1 dulu gimana, kamu sama fisika? S
9
: Karena gurunya itu beda sama yg sekarang karena sekarang
lebih memperhatikan
kalau dulu
didiamkan saja itu lo, kelasnya juga rame… menjelaskan nda sampai 10 menit, keluar gitu…
jadi gak berminat saya itu… peneliti menangkap maksudnya adalah faktor guru
P : Faktor guru ya…kalau dari pelajarannya sendiri bagaimana?
S
9
: Kalau pelajaran itu saya mau, tapi gurunya itu yang anu… S
9
tidak melanjutkan kalimatnya
Berikut kutipan wawancara dengan S
10
: Kutipan wawancara 29
P : Waktu kelas 1 itu masih sempat senang?? S
10
: Kalau kelas 1 itu karena gurunya juga itu lo, gurunya itu kayak ngejelasinnya seperlunya aja,
kayak yang mau diliat-liatin aja itu lo..
S
9
mengatakan bahwa guru fisika saat dia kelas VII menurutnya kurang dapat mengendalikan kelas, sehingga
suasana di dalam kelas jadi ramai. Hal ini membuat dia tidak berminat untuk belajar fisika. Selain itu guru hanya sedikit
menjelaskan tentang materi seperti halnya yang dikatakan oleh S
10
. S
10
menggunakan istilah “menjelaskan seperlunya”, artinya bahwa guru kurang menjelaskan materi.
Dari pernyataan kedua subyek tersebut maka dapat dikatakan bahwa faktor guru mempengaruhi peserta didik
menjadi tidak berminat terhadap fisika.
iii. Tanggapan terhadap tugas
Hal lain yang berkaitan dengan motivasi belajar fisika adalah tanggapan subjek terkait tugas yang diberikan oleh guru.
S
7
secara tegas mengatakan bahwa dia tidak senang saat guru memberikan tugas fisika. S
9
mengatakan bahwa saat diberikan tugas oleh guru dia tidak langsung mengerjakan tetapi
menunggu teman lain mengerjakan tugas tersebut dan dia meniru jawaban tugas dari temannya yang sudah mengerjakan.
Berbeda dengan kedua subjek sebelumnya, S
10
menanggapi tugas yang diberikan oleh guru dengan langsung mengerjakannya.
Berikut kutipan wawancara dengan S
7
: Kutipan wawancara 30
P : Kalau misalnya dikasi tugas sama guru gitu kamu? S
7
: Malas sebenarnya volume suara kecil
Berikut kutipan wawancara dengan S
9
: Kutipan wawancara 31
P : Kalau ada tugas bagaimana? S
9
: Saya itu nunggu teman aja, ini caranya gimana, nanti kan gurunya kan gak tau kalau sama ini sama itu
nyontoh atau enggak, nanti baru ditanya caranya gini itu dapatnya darimana gitu…
P : Kamu ngerjainnya kapan? S
9
:Belum, nanti kalau udah ada yang ngerjain baru…pengennya sih ya segera mendapatkan tapi
ya belum bisa, nunggu temen…
Berikut kutipan wawancara dengan S
10
: Kutipan wawancara 32
P : Kalau misalnya dikasi tugas sama guru ni, S
10
: Yoo langsung tak garap, aku soalnya gak suka PR numpuk-numpuk…kalau aku bisa garap tak garap
kalau gak bisa ya yang lain dulu… P : Itu kapan? Pulang sekolah atau?
S
10
: Paling malam tak lihat dulu to PR nya apa ja yang buat besok, terus untuk yang besoknya lagi, kalau
sempat tak garap hari itu ya aku garap hari itu…
Dari kutipan wawancara 30 dan 31 dapat dikatakan bahwa S
7
dan S
9
tidak tertarik untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. S
7
secara tegas mengatakan bahwa dia “malas”
saat diberi tugas oleh guru. S
9
mengatakan bahwa dia tidak mengerjakan tugas secara mandiri, melainkan meniru pekerjaan
teman lain. Ini menunjukkan bahwa S
9
tidak tertarik untuk mengerti maksud dari pemberian tugas tersebut sehingga
menyerahkannya pada teman-temannya yang lain. Ketiga subjek terakhir
mengindikasikan bahwa
peserta didik
yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika tidak
tertarik untuk mengerjakan tugas fisika yang diberikan oleh guru. Sedangkan S
10
memberikan tanggapan yang berbeda. Saat diberikan tugas oleh guru dia langsung mengerjakan tugas-tugas
tersebut. Ini menunjukkan bahwa peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika dapat
dengan segera mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
b Konteks strategi i.
Cara belajar Tidak terlihat adanya suatu karakter yang cenderung
muncul dalam hasil wawancara. Setiap subjek yang
menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika memiliki pernyataan sendiri saat ditanyakan tentang cara belajar
mereka. Berikut kutipan wawancara terhadap S
7
, S
8
, S
9
, dan S
10
terkait cara belajar fisika. Berikut kutipan wawancara dengan S
7 :
Kutipan wawancara 33 P : Aku mau tanya pas ulangan gitu, kamu punya strategi
belajar fisika gak?
S
7
: Aku sih, anu.. gak persis sama yang di catatan, jadi kalau misalnya Hukum Newton I itu kalau gaya
yang diberikan nol apa gitu kan… cuman anu aja yang penting ngerti.
Berikut kutipan wawancara dengan S
8
: Kutipan wawancara 34
P : O iya, ya.. trus,, cara kamu belajar fisika di rumah itu bagaimana?
S
8
: Gimana ya..ya kalau belajar tu ngapalinnya tu sambil ditulis gak dibayangin gitu lah… trus yang
diambil pokok-pokoknya aja
Berikut kutipan wawancara dengan S
9
: Kutipan wawancara 35
P : Cara kamu belajar fisika tadi di rumah bagaimana? S
7
: ee..soal yang udah ada jawabannya, ada caranya ada rumusnya saya coba ngerjain lagi diulangin soal
yang berbeda nanti diliat sama atau enggak, gitu…
Berikut kutipan wawancara dengan S
10
: Kutipan wawancara 36
P : Nah, itu bisa ceritakan gak gimana kamu belajar? S
10
: Ya cuma mempelajari lewat buku itu tok, gak ada usaha apa-apa. Kecuali kalau ada tugas, kalo
misalnya laporan praktikum itu aku sampai nyari- nyari lewat internet…kayak ruus-rumusnya juga.
P :Model kamu belajarnya bagaimana? Apakah
menghapal? Tulis-tulis rumus? Atau bagaimana? S
10
: Tulis-tulis rumus…gak pernah ngapalin sih, karena emang agak gak suka, gak pernah ngapal-ngapalin.
Cuma tak baca-baca aja. Jarang aku tu belajar fisika…
S
7
dan S
8
mengatakan bahwa mereka mempelajari fisika sebatas yang mereka perlukan. S
7
menggunakan kalimat “yang penting ngerti” menunjukkan bahwa saat dia mengerti tentang
materi yang dipelajari maka usaha yang dia lakukan cukup sampai disitu. Sedangkan S
8
menggunakan istilah mengerti “pokok-pokoknya aja” menunjukkan dia tidak perlu untuk
mempelajari fisika lebih mendalam. S
10
mengatakan bahwa dia tidak melakukan usaha apa-apa dalam belajar fisika kecuali
membaca buku. Selanjutnya, S
10
mengatakan bahwa dia jarang belajar fisika menunjukkan fisika bukanlah mata pelajaran yang
memiliki porsi besar untuk dipelajari. Ketiga subjek tersebut sama-sama menunjukkan bahwa mata pelajaran fisika bukan
merupakan mata pelajaran yang penting untuk mereka pahami lebih dalam.
S
9
menjelaskan cara dia belajar fisika adalah dengan mengerjakan soal yang jawaban dan analisisnya sudah tersedia.
Dia mengerjakan soal tersebut tanpa melihat jawaban dan analisis
yang sudah tersedia, kemudian setelah selesai
mengerjakan kemudian
dia mencocokkan jawaban dan analisisnya dengan jawaban dan analisis yang sudah tersedia.
Dari keempat subyek tersebut hanya S
9
yang menggunakan cara belajar fisika dengan mengerjakan soal. Soal yang dia kerjakan
juga sudah memiliki jawaban dan analisis sehingga dapat dikatakan bahwa S
9
mengulang mengerjakan soal yang sudah pernah dibahas di kelas ataupun pada buku pelajaran.
ii. Teman belajar
Dari 4 subjek yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika, 3 subjek memberikan informasi tentang
cara belajar yang mereka senangi, apakah belajar mandiri atau belajar bersama orang lain. Berikut kutipan wawancara terhadap
ketiga subjek.
Berikut kutipan wawancara dengan S
7
: Kutipan wawancara 37
P : Kamu lebih suka belajar mandiri atau belajar kelompok?
S
7
: Kelompok, tergantung sih kalau di rumah belajar sendiri tapi kalau di kelas pengennya belajar
kelompok
Berikut kutipan wawancara dengan S
8
: Kutipan wawancara 38
P : Kalau di kelas kamu belajar fisika kayak mana? S
8
: Biasanya sama temen-temen
Berikut kutipan wawancara dengan S
9
: Kutipan wawancara 39
P : Cara kamu belajar fisika bagaimana? S
9
: Kalau belajar itukan belum pernah sih belajar sendiri tapi tetangga saya itu sama kayak masnya
itu jurusan fisika, katanya gampang tapi belajarnya itu lo susah, jadi saya belajarnya sama dia, dong
nya itu ya dikit itu lo..ini rumusnya ini, caranya ni, tapi besok ya lupa gitu caranya…
Dari kutipan wawancara 37, 38, dan 39, dapat dikatakan bahwa ketiga subjek tidak belajar secara mandiri dalam belajar
fisika. S
7
dan S
8
lebih memilih untuk belajar bersama teman- temannya di sekolah. Sedangkan S
9
memilih untuk belajar dengan tetangganya yang merupakan seorang mahasiswa
jurusan fisika.
Dari hasil wawancara terhadap subjek yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika diketahui bahwa untuk
urutan mata pelajaran yang disukai, 2 subjek menempatkan fisika pada urutan kedua terakhir, 1 subjek menempatkan fisika pada
urutan “tengah-tengah”, yaitu sekitar urutan 8 sampai 12, dan 1 subjek menempatkan fisika pada urutan keempat terakhir.
Alasan mereka tidak tertarik terhadap fisika antara lain adalah karena
menemukan kesulitan
dalam belajar
fisika yang
dikemukakan oleh 2 subjek. Alasan kedua mereka tidak tertarik adalah karena faktor guru yang dikemukakan oleh 2 subjek. Alasan
lain yang didapatkan oleh peneliti dari S
8
adalah bahwa dia kurang berminat terhadap semua mata pelajaran yang diajarkan di
sekolahnya. Berkaitan dengan tanggapan terhadap tugas, 2 subjek
memberikan tanggapan yang negatif terhadap tugas yang diberikan. Satu subjek tidak menunjukkan tanggapan yang positif tetapi dia
dapat dengan segera mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Berkaitan dengan strategi belajar, yaitu cara belajar, 1 subjek belajar
dengan mengerjakan soal yang sudah memiliki analisis jawaban. Cara belajar yang lain adalah dengan menulis rumus seperti yang
dikemukakan oleh S
8
dan S
10.
Satu subjek mengakui bahwa dia jarang belajar fisika di rumah.
Berkaitan dengan teman belajar, 3 dari 4 subjek mengatakan bahwa mereka lebih memilih untuk belajar dalam kelompok atau
bersama orang lain. Satu subjek lain tidak memberikan keterangan berkaitan dengan teman belajar.
C. Pembahasan Hasil Wawancara 1. Konteks motivasi