B. Pendekatan Belajar
Istilah pendekatan belajar approach to learning sudah digunakan sejak penelitian yang dilakukan oleh Marton dan Saljo 1976. Dalam The
Experience of Learning Marton dan Saljo 1976 menjelaskan hubungan antara
pendekatan belajar
dan konsep
pembelajaran. Didalam
penelitiannya pembelajaran dipandang sebagai : peningkatan pengetahuan, penghafalan, peningkatan fakta-fakta dan metode, abstraksi pengertian,
interpretasi proses yang mengarah pada pemahaman suatu kenyataan, dan pengembangan diri sebagai suatu individu. Pada penelitian ini Marton dan
Saljo 1976 memperkenalkan dua konsep pendekatan belajar yang kemudian banyak digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu
pendekatan “deep” dan “surface”.
Konsep approach atau pendekatan dapat menggambarkan aspek kualitatif dari suatu pembelajaran Ramsden, 1992. Konsep ini berbicara
tentang bagaimana seseorang mengalami, menghadapi, dan mengatur subjek materi dari suatu tugas pembelajaran atau tugas akademik. Dalam
laporan penelitiannya, Purwanti 2008 membedakan learning style dengan approach to learning. Pendekatan belajar bukan sekedar gaya
belajar yang biasanya dapat diterapkan pada tugas atau pengajaran apapun. Bukan pula sekedar pendekatan yang tergantung pada situasi, seolah-olah
pelajar memasuki lingkungan belajar tanpa preferensi cara belajar dan konteks pengajaran. Selanjutnya, Harvey dalam Purwanti 2008 secara
tegas membedakan antara pendekatan belajar dengan gaya belajar. Gaya belajar lebih menunjuk pada trait, yang lebih resisten terhadap perubahan.
Sedangkan pendekatan dalam belajar adalah cara belajar yang didasarkan pada motif tertentu, yang mungkin berubah karena dipengaruhi oleh
pengalaman atau stimulasi tertentu dari lingkungan.
Pendekatan belajar approach to learning adalah jenis atau upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Banyak pendekatan belajar yang dapat siswa lakukan dalam mempelajari suatu
bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Muhibbin Syah 1995
menyebutkan dan menjelaskan salah satu pendekatan belajar yang dipandang representatif atau mewakili dari yang klasik sampai yang
modern itu adalah pendekatan belajar Biggs. Biggs membangun Model Pembelajaran 3P presage, process,
product untuk menerangkan interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Chyun, 2007. Model ini terdiri atas
tiga tahap untuk menggambarkan tiga elemen pembelajaran. Tiga elemen pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut Biggs dalam Chyun, 2007:
1. Presage, yaitu elemen sebelum pembelajaran berlangsung meliputi faktor pribadi siswa dan faktor konteks pengajaran.
2. Process, yaitu elemen ketika pembelajaran berlangsung meliputi pendekatan pembelajaran.
3. Product, yaitu elemen hasil pembelajaran meliputi hasil belajar siswa baik itu secara kualitatif, kuantitatif, bersifat intuisi,
maupun afektif.
Gambar 1. Model Pembelajaran 3P Biggs dalam Chyun,2007
PRESAGE PROCESS
PRODUCT
Student Characteristics
Prior knowledge Abilities
Preferred approaches to learning
Teaching Context
Curriculum Method
Assessment Climate
Approach to Task
Surface Deep
Achieving
Learning Outcome
Quantitative Qualitative
Institutional Affective
Dari Model Pembelajaran 3P, pendekatan belajar terletak pada tahap process, yaitu ketika pembelajaran sedang berlangsung. Faktor
pengajaran oleh guru dan faktor karakteristik siswa mempengaruhi pendekatan belajar pada proses pembelajaran.
Dari gambar tersebut, Biggs juga menekankan adanya hubungan atau interaksi antara pendekatan
belajar dengan hasil belajar learning outcome. Menurut Biggs dalam Lim Tzyy Chyun 2007 pendekatan belajar
adalah suatu proses pembelajaran yang berasal dari persepsi pelajar tentang tugas akademik yang dipengaruhi oleh ciri-ciri pribadi siswa.
Selanjutnya menurut Biggs, pendekatan belajar merupakan gabungan dari “motivasi” dan “strategi” yang sesuai dan dipilih siswa dalam proses
pembelajaran. Aspek strategi menunjuk pada bagaimana siswa
‘mendekati’ tugas akademik yang diberikan kepada mereka, sedangkan aspek motivasi menunjuk pada mengapa siswa mau ‘mendekati’-nya
dengan cara tertentu Purwanti, 2008. Kedua aspek ini memiliki kaitan yang sangat erat karena siswa yang termotivasi oleh suatu hal tertentu
akan menggunakan strategi tertentu yang relevan dengan motivasinya tersebut.
Pendekatan belajar ini pada umumnya digambarkan dalam dua model, yaitu : deep approach atau pendekatan mendalam dan surface
approach atau pendekatan permukaan Marton dan Saljo, 1976.
a. Pendekatan mendalam atau deep approach Siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam
pembelajaran sangat tertarik dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik dan menikmati proses melakukannya. Siswa tersebut berusaha memperoleh manfaat dan maksud dari tugas-tugas yang
diberikan. Dia juga berusaha untuk membangun konsep sendiri, menghubungkan pengetahuan yang ia peroleh dengan pengetahuan
yang sudah ia peroleh. Siswa yang menggunakan pendekatan ini juga
selalu memperhatikan kemajuan pemahamannya dalam belajar Entwistle, 2000.
Siswa yang
menggunakan deep
approach biasanya
mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkan pengetahuan itu. Adanya dorongan dari dalam diri motivasi intrinsik
membuat gaya belajarnya yang serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi
siswa yang menggunakan pendekatan mendalam, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki
pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya Syah, 1995.
b. Pendekatan permukaan atau surface approach Seorang siswa yang menggunakan pendekatan permukaan
melihat suatu tugas akademik sebagai syarat yang harus dipenuhi dan dikerjakan. Dia melihat aspek tugas sebagai suatu hal yang terbangun
sendiri dan tidak ada kaitannya dengan tugas-tugas lain. Adanya kekuatiran terhadap waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-
tugas, bergantung pada hafalan, dan yang terpenting baginya adalah tugas dapat diselesaikan dan tidak mencoba untuk memperoleh makna
dari tugas-tugas yang diberikan Chyun, 2007. Siswa yang menggunakan surface approach , mau belajar
karena dorongan dari luar motivasi ekstrinsik antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan rasa malu pada individu yang bersangkutan.
Hal ini dapat menyebabkan gaya belajar yang cenderung santai, menghafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
Dalam diri siswa yang menggunakan pendekatan permukaan itu sendiri tidak ada dorongan untuk mempelajari pengetahuan sebagai
sesuatu yang berharga, melainkan mau belajar karena didorong oleh sesuatu di luar dirinya Syah, 1995.
Pada pendekatan mendalam, tujuan menggali pengertian menghasilkan proses pembelajaran yang aktif, melibatkan kemampuan
menghubungkan gagasan-gagasan,
melihat pola-pola dan prinsip, menggunakan fakta-fakta dan menguji logika dari suatu argumen
Entwistle, 2000. Sedangkan pada pendekatan permukaan, fokus mereka adalah pengerjaan tugas-tugas akademik, tidak melihat hubungan antara
satu informasi dengan informasi lain. Menurut Ramsden 1992, pendekatan mendalam adalah tentang kualitas dan kuantitas. Sedangkan
pendekatan permukaan adalah tentang kuantitas tanpa kualitas. Berikut kutipan kalimat Ramsden 1992 dalam bukunya yang berjudul Learning
to Teach in Higher Education :
An approach is not about learning facts versus learning concepts: it is about learning just the unrelated facts or
procedure versus learning the facts in relation to the concepts. Surface is, at best, about quantity without quality;
deep is about quality and quantity. Ramsden, 1992:45
Biggs 1993 dalam bukunya yang berjudul Process of Learning menjelaskan konsep kuantitatif dan konsep kualitatif dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1 Konsep kuantitatif meliputi : a Mengembangkan suatu pengetahuan baru dengan cara
‘menyerap’ dan ‘menyimpan’ b Mengingat
dan mereproduksi
fakta-fakta dengan
‘menghafal’ c Menerapkan fakta-fakta dan prosedur-prosedur dengan
suatu cara.
2 Konsep kualitatif meliputi : a Belajar adalah mengerti maksud dari bahan atau materi,
mempelajari ‘ide’ dari suatu pengetahuan dengan ‘menyerap’, ‘mengerti’, dan ‘melihat’.
b Melihat ‘penampakan sesuatu’ dan ‘prinsip’ dengan
mempelajari sesuatu sehingga membentuk pola-pola. c Melihat
‘suatu maksud dari pengalaman’ sebagai sebuah filosofi kehidupan dengan terlibat secara mendalam dalam
pembelajaran.
Konsep kuantitatif dan konsep kualitatif dalam pembelajaran tidak saling bertentangan tetapi dapat saling melengkapi Biggs, 1993. Untuk
melihat ‘penampakan sesuatu’ dan ‘prinsip’ maka diperlukan pengetahuan tentang fakta-fakta. Ada materi-materi tertentu yang membutuhkan
pengetahuan pada taraf menghafal dan mengetahui fakta-fakta saja. Jika kedua konsep ini dijalankan maka dapat dikatakan siswa tersebut
menggunakan pendekatan belajar yang mendalam. Sedangkan jika konsep yang digunakan adalah sebatas konsep kuantitatif tanpa konsep kualitatif
maka dapat dikatakan siswa tersebut menggunakan pendekatan permukaan Ramsden, 1992.
Biggs 1993 juga melihat perbedaan antara pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam dari segi strategi dan motivasi siswa. Menurut
Biggs 1993, dalam pendekatan permukaan, strategi yang digunakan dalam belajar adalah dengan menghafal. Siswa fokus terhadap topik atau
unsur terpenting dari suatu materi sehingga mengakibatkan siswa tersebut tidak melihat hubungan antara satu unsur dengan unsur lain. Dalam
pendekatan mendalam, Biggs 1993 menekankan adanya motivasi yang kuat dari dalam diri siswa untuk memahami materi pelajaran. Ketertarikan
siswa terhadap materi pelajaran membuat siswa tersebut sudah puas dengan memahami dan mengerti tentang apa yang dia pelajari.
Menurut Biggs dalam Chyun 2007, siswa yang menggunakan pendekatan mendalam melakukan hal-hal sebagai berikut.
1 Sangat berminat dalam mengerjakan tugas akademik dan menikmati proses melakukannya.
2 Menggali maksud yang terkandung dalam tugas akademik. 3 Menjadikan tugas akademik sebagai sesuatu yang
bermakna untuk diri sendiri dan dalam kehidupan nyata di sekitar.
4 Menghubungkan fakta-fakta
dengan kesimpulan,
menghubungkan informasi-informasi
yang diperoleh
dengan pengetahuan yang pernah diperolehnya. 5 Membentuk hipotesis atau membangun teori dari tugas-
tugas akademik.
Sedangkan siswa yang menggunakan pendekatan permukaan melakukan hal-hal sebagai berikut.
1 Memandang tugas akademik sebatas syarat yang harus dipenuhi.
2 Melihat aspek tugas akademik sebagai sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan tugas-tugas lain.
3 Kuatir akan waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas akademik.
4 Mengabaikan makna dari pemberian tugas-tugas akademik. 5 Begantung pada penghafalan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar Menurut Biggs