22
2.2.2 Meningkatkan Kepuasan Kerja
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawannya berdasarkan Greenberg dan Baron 2003:159 :
1. Make Jobs Fun Orang akan lebih puas dengan pekerjaan yang mereka nikmati daripada yang membosankan. Walaupun beberapa pekerjaan memang bersifat
membosankan, tetap ada beberapa cara untuk menyuntikkan beberapa level ke dalam setiap pekerjaan. Teknik-teknik kreatif yang telah diterapkan misalnya
memindahkan bunga dari meja satu orang ke yang lainnya setiap setengah jam dan mengambil gambar lucu orang lain ketika sedang bekerja lalu memasukkannya ke
papan bulletin. 2. Pay People Fairly Ketika orang merasa bahwa mereka dibayar atau diberi imbalan
secara adil, maka kepuasan kerja mereka cenderung akan meningkat. 3. Match People To Jobs That Fit Their Interests Semakin orang merasa bahwa
mereka mampu memenuhi kesenangan atau minat mereka saat bekerja, semakin mereka akan mendapatkan kepuasan dari pekerjaan tersebut.
4. Avoid Boring Repetitive Jobs Orang jauh lebih merasa puas terhadap pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk mencapai keberhasilan dengan memiliki
kontrol secara bebas tentang bagaimana mereka melakukan tugas-tugas mereka. McShane dan Von Glinow 2008 menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
evaluasi individu tentang tugas dan konteks pekerjaannya. Kepuasan kerja terkait dengan penilaian tentang karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja, dan pengalaman
emosional di tempat kerja. Karyawan yang puas mempunyai penilaian yang baik
23
tentang pekerjaan mereka, berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka. Kepuasan kerja benar-benar merupakan sekumpulan sikap tentang aspek-aspek yang
berbeda dari tugas dan konteks pekerjaan Dole and Schroeder 2001 dalam Koesmono 2005 kepuasan kerja dapat di
definisikan sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan pekerjaannya. Nuzsep 2004 meneliti tentang Hubungan antara kepuasan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan. Dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang diterima karyawan, semakin tinggi pula produktivitas kerjanya
.
Cecilia 2008 meneliti tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja individual dengan self esteem dan self efficacy sebagai varaibel pemediasi. Dimana
Penelitian ini menguji pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja dengan harga diri dan self efficacy sebagai variabel intervening. Penelitian ini juga berhasil menguji
atau menemukan bahwa variabel self esteem dan self efficacy dapat memediasi hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja individual
Anthony et al. 2006 dalam jurnalnya ini disebutkan karakteristik pribadi dan pekerjaan menentukan kepuasan dengan domain atau aspek pekerjaan , seperti upah
atau apakah ada pengakuan atas kerja yang baik dari atasan. Secara keseluruhan kepuasan kerja tergantung pada domain tingkat yang lebih rendah dan karakteristik
pribadi dan pekerjaan. Niat untuk berhenti bergantung pada kepuasan kerja secara
24
keseluruhan, domain tingkat yang lebih rendah dan karakteristik pribadi dan pekerjaan . Model ini meliputi pendekatan sebelumnya untuk pemodelan kepuasan
kerja secara keseluruhan dan niat untuk berhenti. Klassen et al. 2010 menyatkan bahwa konteks budaya mempengaruhi bagaimana
keyakinan motivasi dipahami dan dinyatakan dalam berbagai cara mengatur tenaga kerja. Untuk pendidikan, penelitian Klassen et al. 2010 menggaris bawahi pentingnya
motivasi kolektif sebagai sumber kepuasan kerja individu. Bakhshi et al. 2009 menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah salah satu
variabel yang paling banyak digunakan dalam riset keadilan organisasional. Kepuasan kerja merupakan tanggapan seorang karyawan berupa sikap terhadap
organisasinya.
2.3 Kinerja