penelitian Hu dan Izumida 2008 yang menyebutkan, kepemilikan manajerial insider ownership merupakan pembahasan yang banyak digunakan pada
penelitian secara luas. Dengan demikian pada penelitian ini secara khusus meneliti hubungan kepemilikan manajerial dengan kepemilikan institusional.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Nasir 2006 membuktikan, kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Oleh
karena itu, berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Kepemilikan
institusional berpengaruh
signifikan terhadap
kepemilikan manajerial.
2.9.5. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Leverage
Stulz 1988 dalam Dolde dan Knopf 2010 menyatakan bahwa manajer dapat mengurangi risiko melalui investasi, memilih risiko aset yang rendah, atau
menggunakan tingkat hutang yang lebih rendah dari struktur modalnya leverage yang rendah. Meskipun terkadang dalam mengurangi terjadinya risiko, manajer
didorong untuk memilih leverage yang lebih tinggi. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kekuatan votingnya dan tingkat pengendalian
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dolde dan Knopf 2010 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan kepemilikan insider pihak dalam
yang terdiri dari kepemilikan direktur dan karyawan dengan risiko. Penelitian lain yang dilakukan oleh Friend dan Lang 1988 dalam Chen dan Steiner 1999
menemukan bahwa terdapat adanya hubungan antara kepemilikan manajerial dan
hutang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Leland dan Pyle 1977 dalam Chen dan Steiner 1999 dan Kim dan Sorenson 1986 dalam Chen dan Steiner 1999
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan
manajemen dan pilihan hutang.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manajer berani mengambil risiko dalam berinvestasi, termasuk risiko leverage yang tinggi. Penelitian
mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap leverage yang dilakukan oleh Putri dan Nasir 2006 membuktikan adanya hubungan signifikan negatif
kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Pada penelitian tersebut kebijakan hutang diukur melalui debt to equity yang biasa digunakan untuk
menghitung leverage. Dari uraian sebelumnya, peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5: Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap leverage.
2.9.6. Pengaruh Leverage terhadap Ukuran Dewan
Dengan debt to asset ratio yang semakin besar akan meningkat pula tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal kreditur. Oleh
karena itu, perusahaan tersebut akan lebih berisiko mengalami kesulitan pembayaran kewajiban dan bunganya Endrian, 2010. Dengan risiko kesulitan
pembayaran kewajiban dan bunga ini, maka perusahaan harus berupaya untuk mengatasi hal tersebut termasuk dalam hal pembiayaan. Apabila jumlah anggota
dewan relatif besar, maka biaya yang akan dikeluarkan pun akan besar pula.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Alves 2011 bahwa korelasi negatif antara leverage dengan ukuran dewan
mengindikasikan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung untuk memiliki dewan yang lebih kecil. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kyereboah-Coleman dan Biekpe 2007 menunjukkan, debt to assets ratio yang dapat digunakan untuk mengukur leverage berpengaruh
signifikan positif terhadap ukuran dewan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti merumuskan hipotesis, sebagai berikut:
H6: Leverage berpengaruh signifikan terhadap ukuran dewan.
2.9.7. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Ukuran Dewan