Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari. Komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas menerapkan ketujuh komponen di atas dalam proses pembelajaran, maka kelas tersebut
telah menggunakan model pembelajaran kontekstual. Dalam pembelajaran menulis poster ini peneliti memilih komponen
kontruktivisme dan inkuiri. Komponen ini dipilih karena pada pembelajaran menulis poster diperlukan pengetahuan yang harus dibangun
sedikit demi sedikit oleh siswa. Siswa dituntut untuk membangun pemahaman melalui media yang diberikan oleh guru. Komponen inkuiri
merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian
membangun teori atau konsep. Inkuiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep atau fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan
kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa jika kedua komponen pendekatan kontekstual ini
digabung akan menghasilkan suatu pembelajaran yang menarik dan mandiri.
2.2.3.1 Karakteristik Pendekatan Kontekstual
Karakteristik pendekatan kontekstual dikemukakan oleh Johnson dalam Komalasari,2011:7 ada delapan karakteristik pendekatan
kontekstual yaitu antara lain: 1 making mainingful connections membuat hubungan penuh makna, 2 doing significiant work melakukan
pekerjaan penting, 3 self-regulated learning belajar mengatur sendiri,
4 collaborating kerja sama, 5 critical and creative thinking berpikir
kritis dan kreatif, 6 nurturing the individual memelihara individu, 7 reaching high standards mencapai standar tinggi, dan 8 using authentic
assessment mengadakan asesmen autentik.
Making mainingful connections membuat hubungan penuh makna yaitu siswa dapat mengatur diri sendiri sabagai orang yang belajar
aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar
sambil berbuat learning by doing.
Doing significiant work melakukan pekerjaan penting yaitu siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang
ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
Self-regulated learning belajar mengatur sendiri yaitu siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya
dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada
produkhasilnya yang sifatnya nyata.
Collaborating kerja sama adalah siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu
mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
Critical and creative thinking berpikir kritis dan kreatif mempunyai karakteristik siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang
lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan bukti-bukti
dan logika.
Nurturing the individual memelihara individu yaitu siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberiperhatian, memberi harapan-
harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak
dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
Reaching high standards mencapai standar tinggi yaitu siswa mengenal dan mencapai standar tinggi: mengidentifikasi tujuan dan
memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa
cara mencapai apa yang disebut “excelence”.
Using authentic assessment mengadakan asesmen autentik yaitu siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata
untuk suatu tujuan yang bermakna.
Dalam pembelajaran menulis poster menggunakan pendekatan kontekstual peneliti menggunakan komponen kontruktivisme dan inkuiri.
Kontruktivisme mempunyai karakteristik antara lain: 1 proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil pembelajaran; 2 informasi
bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting dari pada informasi verbalistis; 3 siswa mendapat kesempatan seluas-luasnya
untuk menemukan menerapkan idenya sendiri; 4 siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar; 5
pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri; 6 pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat
apabila diuji dengan pengalaman baru; dan 7 pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi yaitu pengetahuan baru dibangun dari struktur
pengetahuan yang sudah ada maupun akomodasi yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk
menampungmenyesuaikan hadirnya pengetahuan baru.
Selain kontruktivisme peneliti juga menggunakan komponen inkuiri. Karakteristik komponen inkuiri antara lain: 1 pengetahuan dan
keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri; 2 informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti
dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa; 3 siklus inquiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan
data, dan penyimpulan; 4 langkah kegiatan inkuiri adalah merumuskan masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan
menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil pada pihak lain
pembaca, teman sekelas, guru, audiens dan lain-lain.
2.2.3.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual