Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Untuk mencari indeks kesukaran dapat digunakan rumus sebagai berikut Arikunto, 2009:208: Keterangan: P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan p 0,07 samapai 1,00 adalah soal mudah Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Rekap Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji coba Kriteria Soal No Butir Soal Jumlah Sukar 18,22,23,28,29 5 Sedang 3,4,5,6,7,8,11,12,13,14,16,17, 21,24,25,26,27,30 18 Mudah 1,2,9,10,15,19,20 7 Sumber: data diolah 2014 Berdasarkan tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa tingkat kesukaran soal uji coba dengan kriteria soal sukar terdapat 5 soal, kriteria soal sedang ada 18 soal dan kriteria soal mudah ada 7 soal. Perhitungan tingkat kesukaran soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D, seperti hanya indeks kesukaran, indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee, yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu: Untuk menentukan daya pembeda dapat digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: D : daya pembeda : banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah B A : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar : proporsi kelas atas yang menjawab benar P, sebagai indeks kesukaran : proporsi kelas bawah yang menjawab benar P, sebagai indeks kesukaran Adapun klasifikasi daya pembeda: D : 0,00 - 0,20: jelek Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi -1,00 0,00 1,00 D : 0,20 - 0,40 : cukup D : 0,40 - 0,70 : baik D : 0,70 - 1,00 : baik sekali D : negatif, semua tidak baik jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. Arikunto, 2009:211-218 Dari hasil perhitungan daya pembeda soal, 30 soal yang diujicobakan diperoleh daya pembeda sebagai berikut: Tabel 3.3 Rekap Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji coba Kriteria Soal No Butir Soal Jumlah Jelek 2,5,9,10,15,19,20,21,24 9 Cukup 1,3,6,11,13,16,25,26,27,28,29 11 Baik 4,7,8,12,14,17,18,22,23,30 10 Sumber: data diolah 2014 Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba dalam kategori jelek sebanyak 9 soal, soal dengan daya pembeda kategori cukup ada 11, dan soal dengan daya pembeda dengan kategori baik sebanyak 10 soal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6.

H. Analisis Data

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR PADA MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SMA NEGERI 1 SENDANGAGUNG TAHUN AJARAN 2015/2016

0 12 85

STUDI KOMPARATIF MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 29 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2

0 3 29

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IS SMA NEGERI 1 GEBANG TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 5 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK HARAPAN STABAT T.P 2013-2014.

0 0 33

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Melalui Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Pada Kelas IV SD N Kendayaan Bl

0 1 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Melalui Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Pada Kelas IV SD N Kendayaan Bl

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 0 131

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2014-2015

0 0 18

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA MATA PELAJARAN IPS-SOSIOLOGI KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 CILIMUS - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 27