Berdasarkan hasil uji statistik durbin-h, persamaan yang digunakan tidak mengandung adanya autokorelasi karena nilai h-hitung lebih kecil dari tabel
distribusi normal. Selain itu setelah dilakukan uji White Heteroskedasticity Test, nilai yang dihasilkan lebih kecil dari taraf
α yang digunakan, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Hasil dalam pendugaan
model dalam penelitian ini dapat dinyatakan cukup representatif dalam menggambarkan fenomena produksi dan impor kedelai di Indonesia.
5.2. Dugaan Model Ekonometrika
Setelah melakukan beberapa alternatif spesifikasi model, maka akhirnya diperoleh model produksi dan impor kedelai Indonesia yang terdiri dari enam
persamaan struktural.
5.2.1. Luas Areal Panen Tanaman Kedelai
Hasil pendugaan parameter luas areal penen tanaman kedelai di Indonesia dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Luas Areal Panen Tanaman Kedelai
Elastisitas Variabel Koefisien
Dugaan t
hitung
Probalilitas Pendek Panjang
Nama Variabel In
PR PJ
CH PB
LLAP -287712
454.404616 -702.264855
59.731213 -7.187153
0.839492 -1.002
2.845 -1.448
0.755 -0.066
9.690 0.3269
0.0092 A 0.1612 D
0.4577 0.9478
0.0001 A 0.57
-0.25 0.0009
3.55 -1.56
0.058 Intersep
Harga Kedelai Domestik
Harga Jagung Curah Hujan
Harga Riil Benih Kedelai
Lag Luas Arel Panen
R-Sq R-Sq Adj
F-StatF-hit D.W. Stat
D.h 0.8673
0.8384 30.059
2.469 -1.427
Nilai koefisien determinasi R
2
dari model luas areal panen tanaman kedelai adalah sebesar 0.8673, artinya 86.73 persen keragaman luas areal panen
tanaman kedelai dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel eksogen di dalam model yakni variabel harga kedelai domestik, harga jagung, curah hujan
dan luas areal panen tahun sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar 13.27 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam model.
Dengan menggunakan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 30.059 yang lebih besar dari F tabel sebesar 2.78 pada taraf nyata lima persen. Nilai ini
menunjukkan bahwa variabel-variabel eksogen dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap luas areal panen tanaman kedelai.
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel harga kedelai domestik dan lag luas areal panen berpengaruh nyata pada taraf lima persen dan variabel
harga jagung berpengaruh nyata pada taraf nyata lima belas persen. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal panen tanaman kedelai
adalah variabel curah hujan dan harga riil benih kedelai. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumenaung, dimana harga riil benih tidak berpengaruh nyata
dalam persamaan karena kebanyakan petani menggunakan benih hasil penangkaran sendiri, bukan benih bersertifikat. Selain itu jumlah petani yang
menggunakan benih bersertifikat baru mencapai sepuluh persen dari total petani di Indonesia Puslitbang Tanaman Pangan, 2005.
Koefisien dugaan variabel harga riil kedelai domestik sebesar 454.40. Hal ini menunjukkan jika terjadi kenaikan harga riil kedelai domestik sebesar satu
rupiah per kilogram akan meningkatkan luas areal panen sebesar 454.40 hektar, demikian juga sebaliknya jika terjadi penurunan harga riil kedelai domestik
sebesar satu rupiah per kilogram akan menurunkan luas areal panen tanaman kedelai sebesar 454.40 hektar, cateris paribus. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sangat besar pengaruh peningkatan harga kedelai domestik terhadap luas areal tanaman kedelai di Indonesia.
Nilai elastisitas harga riil kedelai domestik dalam jangka pendek dan jangka panjang masing-masing sebesar 0.57 dan 3.55. Nilai ini menunjukkan jika
terjadi kenaikan harga riil kedelai domestik sebesar satu persen akan meningkatkan luas areal panen sebesar 0.58 persen dalam jangka pendek dan 3.55
persen dalam jangka panjang. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa dalam jengka pendek luas areal penen tanaman kedelai tidak responsif terhadap
perubahan harga riil kedelai domestik, sedangkan dalam jangka panjang luas areal panen responsif terhadap perubahan harga riil kedelai domestik.
Koefisien dugaan harga riil jagung adalah sebesar -702.26, yang berarti jika terjadi kenaikan harga riil jagung sebesar satu rupiah per kilogram maka luas
areal panen kedelai akan turun sebesar 702.26 hektar dan sebaliknya jika terjadi penurunan harga riil jagung sebesar satu rupiah per kilogram akan meningkatkan
luas areal panen sebesar 702.26 hektar, cateris paribus. Jadi dengan rendahnya harga kedelai akan mempengaruhi berpindahnya petani dari usaha tanaman
kedelai ke tanaman jagung. Kondisi ini didukung oleh karena kondisi lahan secara fisik yang dibutuhkan oleh tanaman jagung tidak berbeda jauh dengan
kondisi lahan yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai, sehingga petani kedelai dapat dengan mudah beralih usaha ke tanaman jagung.
Jika dilihat dari nilai elastisitasnya, maka pada jangka pendek luas areal panen tanaman kedelai tidak responsif terhadap perubahan harga riil jagung,
dimana nilai elastisitasnya adalah sebesar -0.25. Sedangkan pada jangka panjang,
luas areal panen tanaman kedelai responsif terhadap perubahan harga riil jagung, yang ditunjukkan oleh nilai elastisitasnya sebesar -1.56.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, luas areal panen juga dipengaruhi secara nyata oleh peubah bedakala. Koefisien dugaan luas areal panen
tahun sebelumnya sebesar 0.839492. Artinya setiap kenaikan luas areal panen tahun sebelumnya sebesar satu hektar akan meningkatkan luas areal panen sebesar
0.839492 hektar, demikian sebaliknya jika terjadi penurunan luas areal panen tahun sebelumnya sebesar satu hektar akan menurunkan luas areal panen sebesar
0.839492, cateris paribus.
5.2.2. Produktivitas Kedelai