II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keragaan Komoditi Kedelai di Indonesia
Sejarah masuknya kedelai ke Indonesia tidak diketahui secara pasti, namun kemungkinan besar dibawa oleh pedagang Cina pada abad ke 13. Kedelai
berasal dari Cina, yang telah dibudidayakan sejak 1000 tahun sebelum masehi. Menurut Romburgh 1892 seperti dikutip oleh Manwan dan Sumarno 1996,
kedelai telah menjadi tanaman pangan penting di samping padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar, serta merupakan bagian usaha pertanian yang mantap di Pulau Jawa
pada penghujung abad ke-19. Berdasarkan catatan dan laporan yang ada, informasi perkembangan penanaman kedelai di Indonesia baru dapat diikuti mulai
tahun 1918 dimana tercatat luas areal panen kedelai sebesar 158.900 hektar. Masalah kurangnya produksi kedelai nasional untuk mencukupi
permintaan dalam negeri telah dimulai sejak tahun 1928 dimana pada tahun itu impor kedelai mulai dilakukan dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Akibat
resesi ekonomi tahun 1934, impor kedelai dilarang dan perlu diimbangi dengan upaya peningkatan produksi dalam negeri melalui perluasan areal panen.
Menyadari bahwa kedelai merupakan bahan pangan yang penting bagi masyarakat Indonesia, perluasan areal panen dan peningkatan produksi nasional
dimasukkan ke dalam program pembangunan semesta pada tahun 1962. Untuk merealisasikan program tesebut, Rapat Kerja Kedelai Nasional yang dilaksanakan
di Bogor pada bulan September 1964 merumuskan beberapa petunjuk bagi program pengembangan kedelai di Indonesia yang meliputi perluasan areal panen
dan intensifikasi produksi Hadipurnomo, 2000.
Memasuki era Orde Baru yang dimulai pada Pelita I tahun 1969 peningkatan produksi kedelai masih kecil karena program utama pembangunan
sektor pertanian pada waktu itu lebih diprioritaskan pada peningkatan produksi beras nasional. Sampai pada Pelita III fokus peningkatan produksi pertanian masih
dititikberatkan pada pencapaian swasembada beras sehingga program peningkatan produksi kedelai belum mendapatkan prioritas yang lebih baik. Meskipun
demikian program peningkatan produksi kedelai sedikit demi sedikit mulai mendapat perhatian dari pemerintah sebagai upaya untuk meingkatkan produksi
kedelai dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sebagai substitusi impor. Sukses dalam pencapaian swasembada beras membuka peluang yang lebih
besar dalam upaya peningkatan produksi kedelai untuk perbaikan gizi dan sumber pendapatan petani. Dalam penelitian Astuti 1998, dijelaskan bahwa setelah
swasembada beras tercapai pada tahun 1984 barulah para pengambil kebijakan memberikan perhatian khusus mengingat impor kedelai terus meningkat baik
untuk bahan makanan utama maupun sebagai pakan ternak. Dalam Pelita IV areal panen kedelai meningkat dari 858.892 ha 1984 menjadi 1.177.150 ha 1988
dimana produksi naik dari 0.769 juta ton 1984 menjadi 1.27 juta ton 1988. Peningkatan yang mencolok juga terlihat pada rata-rata produksi kedelai Pelita IV
sebesar 1.05 juta ton dibandingkan pada Pelita III yang hanya 0.618 juta ton. Demikian juga dengan laju pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas
berturut-turut sebesar 9.26 persen per tahun, 16.7 persen per tahun dan lima persen per tahun. Produktivitas rata-rata pada periode yang sama meningkat dari
0.89 ton per ha menjadi 1.088 ton per ha Lampiran 1.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA
Oleh : RIKA PURNAMASARI
A14302053
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
I. PENDAHULUAN 1.1.