ANALISIS WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS OBJEK WISATA WADUK SERMO DI KABUPATEN KULONPROGO

(1)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS OBJEK WISATA WADUK SERMO DI KABUPATEN KULONPROGO

ANALYSIS WILLINGNESS TO PAY FOR IMPROVED TOURISM QUALITY OF SERMO RESERVOIR IN KULONPROGRO REGENCY

Oleh

SALMA SALIMATUL FAUZIYAH 20130430334

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS OBJEK WISATA WADUK SERMO DI KABUPATEN KULONPROGO

ANALYSIS WILLINGNESS TO PAY FOR IMPROVED TOURISM QUALITY OF SERMO RESERVOIR IN KULONPROGRO REGENCY

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

SALMA SALIMATUL FAUZIYAH 20130430334

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Salma Salimatul Fauziyah Nomor Mahasiswa : 20130430334

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: "ANALISIS WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS OBJEK WISATA WADUK SERMO DI KABUPATEN KULONPROGO" tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 4 Februari 2017


(4)

Motto

ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri

(QS. Al-Isra : 7)

ا َ ا ْ ْ ا َ ا ْ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Ahmad)


(5)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini ananda persembahkan untuk :

Dede Misbahul Mukarom Dan

Aah Robiatul Adawiyah

Bapa dan Mamah, Teteh Fitri Syarifatul Munawwaroh dan adik-adik tercinta, Rahmi Qolbi Mukarom,

Fadila Khomsil Mukaromah, Marwah Sittal Mukaromah, dan Fakhira Nihayatul „Afwa.

Yang tak hentinya memberikan cinta, kasih sayang, dukungan semangat dan doanya untuk ananda. Terima kasih yang tak terhingga. Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan umur panjang


(6)

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur dan segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Analisis Willingness To Pay Untuk Perbaikan Kualitas Objek Wisata Waduk Sermo Di Kabupaten Kulonprogo”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kelancaran dalam penulisan skripsi ini tidak lain karena kemudahan yang datangnya dari Allah SWT serta tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapa dan Mamah, Dede Misbahul Mukarom dan Aah Robiatul Adawiyah, serta Teteh Fitri dan adik-adik, Rahmi, Dila, Marwah, dan „Afwa. Terima kasih tak terhingga atas cinta, kasih sayang, serta dukungan semangat dan doa yang tiada henti.

2. Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Dr. Endah Saptutyningsih, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, masukan dan saran selama penelitian dan penulisan skripsi ini.


(7)

5. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi angkatan 2013, khususnya Uliva Jatu Wikanti dan Rahma Febrianti Pramudita. Terima kasih untuk tahun-tahun yang berkesan selama ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan serta semangat dalam proses penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik, saran, dan pengembangan penelitian perlu dilakukan untuk penelitian dengan topik ini agar lebih mendalam. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 4 Februari 2017


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

INTISARI ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GRAFIK ...xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...9

C. Tujuan Penelitian ...11

D. Manfaat Penelitian ...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...13

A. Landasan Teori ...13

1. Pembangunan Berkelanjutan ...13

2. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan ...15

3. Barang Publik ...18

4. Eksternalitas ...20

5. Valuasi Ekonomi Lingkungan ...22

6. Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) ...28

B. Hasil Penelitian Terdahulu ...29


(9)

BAB III METODE PENELITIAN...37

A. Lokasi Penelitian ...37

B. Jenis dan Sumber Data...37

C. Metode Pengumpulan Data...38

D. Metode Pengambilan Sampel ...38

E. Definisi Operasional Variabel ...39

1. Variabel Terikat ...39

2. Variabel Bebas ...40

F. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ...41

1. Uji Ketepatan Klasifikasi ...42

2. Uji Kesesuaian Model...42

3. Uji Signifikansi ...43

BAB IV GAMBARAN UMUM ...45

A. Gambaran Umum Waduk Sermo...45

B. Objek Wisata Waduk Sermo ...49

1. Akar Liar ...49

2. Perahu Wisata ...51

3. Taman Pring Kuning...52

4. Gumuk Sri Tinon ...53

5. Bukit Pethu ...54

6. Taman Bambu Air ...55

C. Deskripsi Geografis ...56

D. Deskripsi Demografis ...59

E. Kondisi Sosial Ekonomi ...60

F. Karakteristik Sosial Ekonomi, Willingness To Pay, dan Persepsi Responden Objek Wisata Waduk Sermo ...62

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ...62

2. Willingness To Pay Responden Untuk Perbaikan Kualitas Objek Wisata Waduk Sermo ...66

3. Persepsi Kualitas Objek Wisata Waduk Sermo ...67


(10)

A. Analisis Data ...74

1. Uji Ketepatan Klasifikasi ...74

2. Uji Kesesuaian Model...75

3. Uji Signifikansi ...76

B. Pembahasan ...80

BAB VI PENUTUP ...82

A. Kesimpulan ...82

B. Saran ...83

DAFTAR PUSTAKA ...85

LAMPIRAN ...89

Lampiran 1 Hasil Rekap Data...89

Lampiran 2 Hasil Regresi Logistik ...92


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Domestik dan Mancanegara yang Berkunjung ke Objek Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode

2006-2015 ...2

Tabel 1.2. Objek Wisata di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2015 ...3

Tabel 1.3. Hasil Uji Kualitas Air Waduk Sermo Tahun 2013 ...4

Tabel 1.4. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Objek Wisata Waduk Sermo di Kabupaten Kulonprogo Periode 2011-2015 ...5

Tabel 1.5. Hasil Uji Kualitas Air Waduk Sermo Tahun 2014 ...6

Tabel 4.1. Karakteristik Teknis Waduk Sermo ...47

Tabel 4.2. Daerah Irigasi Sistem Kalibawang ...47

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Menurut Desa di Kecamatan Kokap Tahun 2015 ...60

Tabel 4.4. Luas Panen dan Produksi Padi-Palawija di Kecamatan Kokap Tahun 2015 ...61

Tabel 4.5. Perbandingan Jenis Kelamin Responden ...63

Tabel 4.6. Perbandingan Usia Responden ...63

Tabel 4.7. Perbandingan Status Pernikahan Responden ...64

Tabel 4.8. Perbandingan Pendidikan Responden ...64

Tabel 4.9. Perbandingan Pendapatan Responden ...65

Tabel 4.10. Perbandingan Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi ...67

Tabel 4.11. Perbandingan Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Mendapatkan Informasi...68

Tabel 4.12. Perbandingan Persepsi Responden Terhadap Keramahan Petugas..69

Tabel 4.13. Perbandingan Persepsi Responden Terhadap Penyediaan Fasilitas Wisata ...70

Tabel 4.14. Perbandingan Persepsi Responden Terhadap Penyediaan Fasilitas Umum ...71


(12)

Tabel 4.15. Perbandingan Persepsi Responden Terhadap Penyediaan Fasilitas

Keamanan ...71

Tabel 4.16. Perbandingan Persepsi Responden Terhadap Kondisi Lingkungan 72 Tabel 4.17. Perbandingan Persepsi Responden Terhadap Kebersihan Lingkungan...71

Tabel 5.1. Hasil Uji Ketepatan Klasifikasi...74

Tabel 5.2. Hasil Uji Nagelkerke R Square ...75

Tabel 5.3. Hasil Uji Hosmer dan Lemeshow ...76

Tabel 5.4. Hasil Uji Signifikansi Simultan ...77


(13)

DAFTAR GRAFIK

Diagram 2.1. Klasifikasi Nilai Ekonomi Total ...23

Diagram 2.2. Metode Valuasi Ekonomi Non-Pasar ...25

Diagram 2.3. Kerangka Penelitian ...35


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kurva Penyediaan dan Pembiayaan Barang Publik yang Optimal 19

Gambar 4.1. Peta Waduk Sermo ...48

Gambar 4.2. Objek Wisata Waduk Sermo ...49

Gambar 4.3. Spot Wisata Akar Liar ...50

Gambar 4.4. Perahu Wisata ...51

Gambar 4.5. Spot Taman Cinta ...52

Gambar 4.6. Jembatan Senggol dan Spot Pohon ...53

Gambar 4.7. Bukit Pethu ...54


(15)

(16)

(17)

INTISARI

Waduk Sermo merupakan satu-satunya waduk yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki fungsi ganda sebagai sumber air irigasi dan air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) daerah kabupaten Kulonprogo serta sebagai objek wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai willingness to pay dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

willingness to pay untuk perbaikan kualitas objek Wisata Waduk Sermo. Variabel terikat adalah willingness to pay, variabel bebas adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, pendapatan, dan frekuensi kunjungan. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 100 orang responden yang merupakan wisatawan Waduk Sermo yang dipilih dengan menggunakan metode Accidental Sampling. Adapun alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa nilai willingness to pay

untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo adalah sebesar Rp. 8.200. Dengan nilai willingness to pay tersebut, sebanyak 59 persen responden yaitu sebanyak 59 orang responden menyatakan bersedia membayar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi willingness to pay adalah pendapatan dan frekuensi kunjungan. Kedua variabel tersebut bernilai positif dan signifikan mempengaruhi

willingness to pay untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo. Sedangkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, dan pendidikan tidak signifikan mempengaruhi willingness to pay.

Kata kunci : willingness to pay, pendapatan, frekuensi kunjungan, perbaikan kualitas objek wisata, Waduk Sermo


(18)

ABSTRACT

Sermo Reservoir is the only reservoir in the province of Yogyakarta Special Region which has dual functions as a source of irrigation water and raw water for the Regional Water Company of Kulonprogo regency, and also as a tourism object. This research aims to measure the value of willingness to pay, and to analyze the determinants of willingness to pay for improved tourism quality of Sermo Reservoir. The dependent variable is the willingness to pay, the independent variables are gender, age, marital status, education, income, and frequency of visits. The sample of this research is 100 respondents who are Sermo

Reservoir’s visitor wich is selected by using accidental sampling method. The

analysis tool was logistic regression.

The result showed that the willingness to pay for improved tourism quality of Sermo Reservoir is Rp. 8.200. By that value of willingness to pay, 59 percent of respondents or 59 respondents said that they are willing to pay. The factors that affect the willingness to pay is income and frequency of visits. Both of these variables are positive and significantly affect willingness to pay for improved tourism quality of Sermo Reservoir. Meanwhile gender, age, marital status, and education insignificantly affect to the willingness to pay.

Keywords: willingness to pay, income, frequency of visits, improved tourism quality, Sermo Reservoir


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan destinasi wisata andalan kedua setelah provinsi Bali yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara (Rizky dan Wibisono, 2012). Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat berbagai macam objek wisata yang dikembangkan seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, wisata religi, wisata belanja, wisata kuliner, dan wisata malam. Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta telah mencatat bahwa hingga tahun 2015 terdapat 151 objek wisata yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang tersebar di lima kabupaten/kota yaitu kota Yogyakarta, kabupaten Sleman, kabupaten Bantul, kabupaten Kulonprogo, dan kabupaten Gunung Kidul. Objek wisata yang terkenal di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diantaranya adalah pusat perbelanjaan Malioboro di kota Yogyakarta, Candi Prambanan di kabupaten Sleman, Pantai Parangtritis di kabupaten Bantul, Waduk Sermo di kabupaten Kulonprogo, Goa Pindul di kabupaten Gunung Kidul, dan masih banyak lainnya. Banyaknya objek wisata di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diikuti pula dengan banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahunnya.


(20)

Tabel 1.1.

Jumlah Wisatawan Domestik dan Mancanegara yang Berkunjung ke Objek Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta

Periode 2006-2015 (orang)

Tahun Domestik Mancanegara Jumlah 2006 3.323.647 163.653 3.487.300 2007 5.047.533 176.998 5.224.531 2008 7.254.367 331.334 7.585.701 2009 8.713.764 716.712 9.430.476 2010 7.855.784 415.204 8.270.988 2011 8.839.624 461.162 9.300.786 2012 10.880.125 499.515 11.379.640 2013 12.194.311 647.984 12.842.295 2014 16.201.618 572.617 16.774.235 2015 18.281.409 740.409 19.021.818

Sumber : Dinas Pariwisata DIY 2006-2015

Berdasarkan Tabel 1.1. di atas, jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki tren yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 jumlah wisatawan mencapai 3.487.300 orang yang terdiri dari wisatawan domestik yaitu sebanyak 3.323.647 orang dan wisatawan mancanegara yaitu sebanyak 163.653 orang. Dalam kurun waktu sembilan tahun yaitu pada tahun 2015, jumlah wisatawan meningkat sangat signifikan dengan jumlah wisatawan mencapai 19.021.818 orang yang terdiri dari wisatawan domestik yaitu sebanyak 18.281.409 orang dan wisatawan mancanegara yaitu sebanyak 740.409 orang. Dari data dengan periode 2006-2014 diperoleh tren wisatawan domestik mengalami kenaikan rata-rata sebesar 20,29% setiap tahunnya sedangkan tren wisatawan mancanegara mengalami kenaikan rata-rata sebesar 15,27% setiap tahunnya (Sulistya, 2016).

Salah satu destinasi wisata di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kabupaten Kulonprogo. Kabupaten Kulonprogo memiliki objek wisata


(21)

meliputi wisata alam, wisata religi, wisata budaya, dan wisata kuliner. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, di kabupaten Kulonprogo terdapat 18 objek wisata yang terdiri dari 7 objek wisata dan 11 desa wisata yang disajikan pada Tabel 1.2. berikut.

Tabel 1.2.

Objek Wisata di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2015

Desa Wisata Objek Wisata

1. Desa Wisata Banjaroyo 2. Desa Wisata Nglinggo 3. Desa Boroasri

4. Desa Wisata Kalibiru 5. Desa Wisata Banjarsari 6. Desa Wisata Sermo 7. Desa Wisata Sidorejo 8. Desa Wisata Sidoharjo 9. Desa Wisata Jatimulyo 10.Desa Wisata Purwoharjo 11. Arus Progo

1. Waduk Sermo 2. Pantai Glagah 3. Pantai Trisik 4. Pantai Congot 5. Gua Kiskendo 6. Suroloyo

7. Pemandian Tanjung Sari

Sumber : Dinas Pariwisata DIY 2015

Waduk Sermo merupakan satu-satunya waduk yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di Kabupaten Kulonprogo. Waduk Sermo memiliki fungsi diantaranya sebagai sumber air irigasi dan air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) daerah kabupaten Kulonprogo. Subandrio (2013) menyatakan bahwa Waduk Sermo merupakan waduk dengan kualitas air terbaik di Indonesia. Pernyataan ini didukung pula dengan data hasil uji kualitas air Waduk Sermo tahun 2013 yang diterbitkan oleh pemerintah kabupatan Kulonprogo.


(22)

Tabel 1.3.

Hasil Uji Kualitas Air Waduk Sermo Tahun 2013

No. Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi Pemantauan

Klas II *) 1

1. BOD mg/L 3 1,18

2. COD mg/L 25 3,55

3. NO3 mg/L 10 0

4. NH3 mg/L - 0

Keterangan : :

Pergub DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

0 (nol) : tidak dilakukan pengukuran parameter

Sumber : Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLDH) Kabupaten Kulonprogo tahun 2013

Parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah indikator pencemaran bahan organik mudah urai (biodegradable organics) di mana semakin meningkat jumlah kandungan BOD berarti kualitas air sudah mulai tercemar dengan batas baku mutu yang disyaratkan adalah 3 mg/L. Adapun COD (Chemical Oxygen Demand) adalah indikator pencemaran bahan anorganik kompleks atau sulit urai dengan batas baku mutu yang disyaratkan adalah 25 mg/L. Berdasarkan pada Tabel 1.3. di atas, masing-masing parameter BOD dan COD atas kualitas air di Waduk Sermo yaitu sebesar 1,18 mg/L dan 3,55 mg/L berada di bawah batas baku mutu yang disyaratkan masing-masing yaitu 3 mg/L untuk BOD dan 25 mg/L untuk COD. Maka dapat disimpulkan bahwa kualitas air Waduk Sermo dinyatakan memenuhi syarat untuk baku mutu kelas II sehingga cukup baik untuk digunakan sebagai sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) daerah kabupaten Kulonprogo.

Selain berfungsi sebagai sumber air irigasi dan air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) daerah kabupaten Kulonprogo, Waduk Sermo juga berfungsi sebagai objek wisata. Objek wisata Waduk Sermo menyajikan


(23)

keindahan alam dan lingkungan yang asli dan bersih dari pencemaran industrialisasi serta jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota (Kurniasih, 2011). Daya tarik yang dimiliki Waduk Sermo menjadikannya sebagai lokasi wisata alternatif menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman. Berbagai aktivitas wisata dapat dilakukan di Waduk Sermo diantaranya seperti mengelilingi sekitar waduk menggunakan sepeda motor atau perahu, memancing, foto-foto untuk dokumentasi maupun pre-wedding, atau hanya sekedar duduk-duduk lesehan di gazebo di tepi waduk. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Waduk Sermo.

Tabel 1.4.

Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Objek Wisata Waduk Sermo di Kabupaten Kulonprogo Periode 2011-2015 (orang)

Tahun Jumlah Wisatawan

2011 16.806

2012 20.822

2013 30.643

2014 38.657

2015 81.460

Sumber : Dinas Pariwisata DIY 2015

Dalam Tabel 1.4. dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Waduk Sermo mengalami peningkatan yang sangat signifikan setiap tahunnya. Jumlah wisatawan ini seluruhnya merupakan wisatawan domestik. Pada Tahun 2011 jumlah wisatawan mencapai 16.806 orang dan pada tahun 2015 jumlah wisatawan meningkat tajam yaitu mencapai 81.460 orang. Jumlah wisatawan yang tinggi mengindikasikan bahwa objek wisata Waduk Sermo semakin diminati masyarakat sebagai lokasi wisata alternatif. Tentu ini memberikan dampak positif bagi warga sekitar sekitar objek wisata dan


(24)

pemerintah daerah setempat dengan meningkatnya sumber pendapatan dan pencaharian warga serta pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Kulonprogo. Namun tidak dapat diabaikan pula terdapat dampak negatifnya.

Menurut Sudarmadji dan Widyastuti (2014), adanya aktivitas wisata di lingkungan Waduk Sermo menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh keduanya, adanya peningkatan jumlah kunjungan juga menyebabkan kenaikan volume sampah diakibatkan terbatasnya sarana serta kebiasaan dan budaya buruk wisatawan. Selain itu kualitas air Waduk Sermo mengalami pencemaran akibat limbah dari aktivitas wisata seperti berperahu, belanja dan rumah makan sekitar waduk serta diakibatkan dari aktivitas domestik, seperti pertanian dan perikanan. Hal ini didukung oleh hasil uji kualitas air Waduk Sermo tahun 2014 yang diterbitkan oleh pemerintah kabupatan Kulonprogo.

Tabel 1.5.

Hasil Uji Kualitas Air Waduk Sermo Tahun 2014

No. Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi Pemantauan

Klas II *) 1 2 3

1. BOD mg/L 3 21 33 27

2. COD mg/L 25 5 50 34

3. NO3 mg/L 10 4 4 3,6

4. NH3 mg/L - 0 0 0,4

Keterangan : Pergub DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Sumber : Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLDH) Kabupaten Kulonprogo tahun 2014

Dari Tabel 1.5. di atas dapat diketahui parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) di tandai dengan warna merah yang berarti sebagian besar kandungannya melebihi batas baku yang


(25)

disyaratkan sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas air Waduk Sermo pada tahun 2014 mengalami pencemaran. Adanya penurunan kualitas air pada tahun 2014 dibandingkan tahun sebelumnya maka diperlukan adanya pengendalian kualitas air waduk mengingat fungsi air waduk sebagai air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) daerah kabupaten Kulonprogo.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarmadji dan Widyastuti (2014), objek wisata Waduk Sermo sudah memiliki bangunan yang berhubungan dengan tata kelola air, bangunan adminsitrasi seperti bangunan kantor, perumahan, dan mess, serta sarana pendukung wisata seperti area parkir, gardu pandang, masjid, rest area yang dilengkapi portal, dan beberapa warung milik warga sekitar. Namun fasilitas tambahan yang dapat meningkatkan daya tarik wisata seperti toko oleh-oleh atau barang khas, restoran, kuliner, dan rumah ibadah masih terbatas sehingga perlu adanya pembangunan tambahan. Selain itu, kondisi fasilitas yang sudah ada ternyata mengalami kerusakan seperti area parkir yang ditumbuhi rumput liar, gardu pandang yang kotor akibat aksi vandalisme, serta lingkungan waduk terutama tepi waduk yang tercemar sampah sehingga diperlukan perbaikan dan pengelolaan kebersihan yang lebih baik lagi.

Upaya perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo yang meliputi perbaikan kualitas lingkungan dan fasilitas wisata dapat dilakukan dengan melalui analisis kesediaan membayar (willingness to pay) dari para wisatawan Waduk Sermo dengan metodologi Contingent Valuation Method (CVM). Dalam studi empiris Jalaa dan Nandagirib (2015), Contingent Valuation Method (CVM) merupakan salah satu metode untuk mengestimasi nilai ekonomi semua jenis


(26)

ekosistem dan lingkungan. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur nilai penggunaan (use value) dan nilai non penggunaan (non-use value) dengan baik terutama untuk nilai non penggunaan (non-use value).

Jalaa dan Nandagirib (2015) telah meneliti pengaruh usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan status perumahan responden juga perilaku kontingen seperti pertanyaan persepsi layanan yang tersedia, pengetahuan kualitas air danau terhadap willingness to pay untuk perbaikan kualitas air danau dan fasilitas wisata, serta harapan pemanfaatan dan tingkat kunjungan danau di masa depan terhadap willingness to pay fasilitas tambahan dan manfaat rekreasi Danau Pilikula. Dalam survei Contingent Valuation Method

(CVM), responden disajikan informasi rinci tentang skenario hipotetis yang akan mengurangi atau meningkatkan kuantitas atau kualitas suatu barang, jasa, atau sumber daya lingkungan. Dengan menggunakan variabel tersebut, melalui metode

Open-Ended diidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi dan demografi yang mempengaruhi willingness to pay.

Hasil dari penelitian Jalaa dan Nandagirib (2015) diperoleh bahwa tingkat pendidikan, jenis kelamin dan status perumahan responden berpengaruh terhadap nilai willingness to pay fasilitas tambahan. Sedangkan variabel pribadi dan demografi seperti usia, pendapatan, jenis kelamin, pendidikan dan status perumahan berpengaruh terhadap nilai willingness to pay manfaat rekreasi melalui metode Travel Cost Method (TCM).

Adapun Prasetyo dan Saptutyningsih (2013) telah meneliti pengaruh usia, pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, biaya kunjungan, dan


(27)

frekuensi kunjungan terhadap willingness to pay dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan desa wisata di Kabupaten Sleman pascaerupsi Gunung Merapi. Dengan menggunakan metode penilaian Contingent Valuation Method

(CVM) diperoleh hasil bahwa usia, pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap willingness to pay dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan desa-desa wisata di Kabupaten Sleman pascaerupsi Merapi.

Penelitian lainnya telah dilakukan oleh Amanda (2009) mengenai pengaruh jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, domisili, persepsi terhadap kualitas dan pelayanan serta atribut-atribut wisata Danau Situgede, pengetahuan tentang manfaat danau, frekuensi kunjungan, biaya perjalanan, dan besarnya dana yang bersedia pengunjung bayarkan terhadap willingness to pay pelestarian lingkungan Danau Situgede. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau mempengaruhi willingness to pay pelestarian lingkungan Danau Situgede. Sedangkan faktor-faktor tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau, serta faktor biaya kunjungan mempengaruhi nilai willingness to pay

pelestarian lingkungan Danau Situgede. B. Rumusan Masalah

Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Waduk Sermo menjadikannya kontributor yang lebih besar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Kulonprogo khususnya warga sekitar sebagai


(28)

pengelola objek wisata. Namun tanpa pengelolaan yang baik serta fasilitas yang memadai, aktivitas wisata yang dilakukan di Waduk Sermo akan berdampak negatif terhadap lingkungan, terutama manfaat dan fungsi dari Waduk Sermo itu sendiri, khususnya sebagai objek wisata. Sampai saat ini, kualitas air Waduk Sermo sudah mengalami pencemaran yang dapat mempengaruhi kualitas air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) daerah kabupaten Kulonprogo. Selain itu, objek wisata Waduk Sermo dinilai masih memiliki fasilitas wisata yang kurang memadai.

Waduk Sermo sebagai barang dan jasa lingkungan memiliki sifat barang publik yang seringkali hanya dimanfaatkan oleh para penggunanya tanpa diperhatikan kelestariannya. Ini dikarenakan persepsi masyarakat terhadap barang dan jasa lingkungan tidak memiliki nilai riil yang dapat dinilai dengan nilai moneter (uang). Tentu hal ini akan mengancam kondisi dan keadaan lingkungan alam yang dimilikinya. Di samping itu, dalam memaksimalkan fungsi Waduk Sermo sebagai salah satu tujuan wisata, diperlukan pembangunan tambahan fasilitas wisata untuk meningkatkan daya tarik objek wisata Waduk Sermo.

Dalam upaya perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo tersebut, diperlukan partisipasi dari berbagai pihak seperti pemerintah dan pengelola, terutama pihak wisatawan sebagai konsumen atas jasa lingkungan tersebut. Maka dari itu diperlukan informasi mengenai kesediaan membayar (wilingness to pay) wisatawan untuk mengelola objek wisata Waduk Sermo secara lebih baik lagi.

Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(29)

1. Berapa nilai willingness to pay wisatawan Waduk Sermo untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo?

2. Bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap willingness to pay

perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo?

3. Bagaimana pengaruh usia terhadap willingness to pay perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo?

4. Bagaimana pengaruh status pernikahan terhadap willingness to pay

perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo?

5. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap willingness to pay perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo?

6. Bagaimana pengaruh pendapatan terhadap willingness to pay perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo?

7. Bagaimana pengaruh frekuensi kunjungan terhadap willingness to pay

perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengukur willingness to pay wisatawan Waduk Sermo untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.

2. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap willingness to pay

perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.

3. Mengetahui pengaruh usia terhadap willingness to pay perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.


(30)

4. Mengetahui pengaruh status pernikahan terhadap willingness to pay

perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.

5. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap willingness to pay perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.

6. Mengetahui pengaruh pendapatan terhadap willingness to pay perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.

7. Mengetahui pengaruh frekuensi kunjungan terhadap willingness to pay

perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo. D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lanjutan dalam bidang penelitian pembangunan berwawasan lingkungan sebagai bahan referensi.

2. Bagi Pengambil Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan dan menerapkan kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Waduk Sermo.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran aktif masyarakat untuk perbaikan kualitas dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Waduk Sermo.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut Soemarwoto (1987) kebutuhan dasar terdiri atas tiga bagian yaitu kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi, dan derajat kebebasan untuk memilih. Pada prosesnya, pembangunan ekonomi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup sebagai sumber daya dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Peningkatan produksi barang dan jasa dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia dapat menyebabkan menipisnya sumber daya alam serta terjadinya pencemaran lingkungan terutama untuk negara-negara sedang berkembang yang baru memulai pembangunannya. Kedua dampak negatif ini akan mempengaruhi aktivitas perekonomian selanjutnya, di mana penipisan cadangan sumber daya alam akan mengurangi kemudahan dalam memenuhi kebutuhan manusia serta pencemaran lingkungan akan merusak kualitas produktivitas, kesehatan, dan kenyamanan hidup manusia. Maka dari itu pembangunan ekonomi haruslah bersifat pembangunan yang berwawasan lingkungan yaitu pembangunan berkelanjutan yang tidak menguras sumber daya alam dan merusak lingkungan (Suparmoko, 2015).


(32)

Pada hakikatnya, pembangunan yang berkelanjutan ditujukan untuk mencapai pemerataan pembangunan antargenerasi masa kini maupun masa mendatang (Jaya, 2004). Fauzi (2004) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan didasarkan pada tiga alasan, yaitu :

1) Alasan moral. Generasi masa kini secara moral harus memperhatikan ketersediaan sumber daya alam agar tetap dapat dinikmati oleh generasi masa mendatang dengan menggunakannya secara bijak dan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan.

2) Alasan Ekologi. Aktivitas ekonomi harus diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang diiringi dengan pelestariannya sehingga tidak mengancam fungsi ekologi, misalnya keaneragaman hayati.

3) Alasan Ekonomi. Kompleksitas ekonomi berkelanjutan masih menimbulkan perdebatan sehingga pengukuran keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi (intergeneration welfare maximization).

Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, Ramly dalam Kurnianto (2008) menyatakan berdasarkan substansi Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Indonesia telah mengatur dan menetapkan :

“Pengelolaan lingkungan hidup harus berasaskan pelestarian lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan manusia serta kesinambungan generasi.”


(33)

Menindaklanjuti undang-undang tersebut, Kementrian Lingkungan Hidup mengembangkan dua instrumen untuk memelihara keserasian dan keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan. Kedua instrumen tersebut adalah AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan SEMDAL (Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan). AMDAL merupakan instrumen yang menganalisis perbandingan dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi dari suatu proyek pembangunan. Jika dampak positifnya lebih besar daripada dampak negatifnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar, maka proyek pembangunan dapat diteruskan. Sebaliknya jika lebih besar dampak negatifnya, maka proyek di lokasi tersebut tidak dapat dilaksanakan. Adapun

SEMDAL merupakan instrumen yang mengukur dampak yang telah terjadi akibat suatu kegiatan yang sudah berjalan dan mengestimasi tindakan yang harus dilakukan untuk menanggulangi dampak tersebut.

2. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan memberikan pengertian seputar kepariwisataan sebagai berikut :

1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.


(34)

5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

6) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Yoeti (1997) menyatakan bahwa alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah adalah untuk kepentingan perekonomian daerah baik secara lokal, regional maupun nasional di daerah atau negara itu sendiri. Dengan begitu, pengembangan pariwisata ini selalu akan memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat luas. Keuntungan dan manfaat pengembangan pariwisata ini berupa terciptanya lapangan kerja yang cukup luas bagi masyarakat setempat, dan menghasilkan permintaan baru akan potensi daerah. Pemasukan yang diterima dari wisatawan secara otomatis akan meningkatkan penerimaan devisa negara, pendapatan nasional, dan penerimaan pajak sehingga memperkuat posisi neraca pembayaran negara.

Alasan selanjutnya, Yoeti (1997) mengungkapkan bahwa pengembangan pariwisata lebih banyak bersifat non ekonomis, yakni salah satu motivasi wisatawan adalah untuk menikmati daya tarik wisata yang disajikan di lokasi wisata seperti wisata alam yang menyajikan keindahan alam meliputi cagar alam, kebun raya, perkebunan, dan lain sebagainya.

Seiring adanya pengembangan pariwisata, terdapat dampak atau isu yang berkembang. Hadi dalam Kurnianto (2008) menyatakan bahwa pariwisata yang ada saat ini cenderung bersifat wisata masal (mass tourism) yang hanya


(35)

berorientasi untuk sekedar menikmati keindahan alam tanpa mempertimbangkan nilai tambah bagi masyarakat (local value added), nilai sosial budaya dan dampak lingkungan.

Pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan diharapkan dapat mendorong potensi ekonomi dan upaya pelestarian lingkungan baik pelestarian alam, kekayaan hayati maupun kekayaan budaya. Namun adanya pariwisata masal yang terjadi saat ini justru menimbulkan dampak negatif terhadap sosial budaya dan kerusakan lingkungan. Maka dari itu, proses pengembangan pariwisata yang berdampak pada perubahan lingkungan alami ini perlu dipantau dan diikuti perkembangannya untuk mencegah dampak negatif yang lebih parah dan semakin mahal penanggulangannya sehingga tercapai pariwisata berkelanjutan. Pengembangan pariwisata berkelanjutan bertujuan untuk mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial budaya ke dalam proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan di seluruh komponen industri wisata. Secara bersamaan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini dan menjaga serta mendorong kesempatan wisata yang sama di masa yang akan datang.

Konsep pengembangan kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan landasan ideal untuk pengembangan program pariwisata Kabupaten Kulonprogo terutama pengembangan obyek wisata Waduk Sermo. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan (RIPP) Daerah tahun 2015-2025 pengembangan obyek wisata Waduk Sermo bertemakan alam tirta dengan basis pengembangan sebagai area wisata air dan olahraga.


(36)

3. Barang Publik

Lingkungan memiliki sifat sebagai barang publik yaitu barang yang jika dikonsumsi seseorang tidak akan mengurangi konsumsi untuk lainnya serta siapapun tidak bisa mencegah dalam pemanfaatannya (Prasetyia, 2012). Sifat barang publik yang melekat pada lingkungan ini mengakibatkan terbengkalainya sumber daya lingkungan disebabkan ketiadaan atau kelangkaan pihak swasta ataupun individu yang mau memelihara maupun melestarikannya (Suparmoko, 2015). Menurut Hyman (2010), barang publik memilik dua karakteristik, yaitu :

1) Nonrivalry in consumption, artinya bahwa jumlah tertentu dari barang publik yang dikonsumsi oleh sekelompok atau individu tidak akan mengurangi jumlah atau volume yang tersedia untuk konsumsi kelompok atau individu lainnya.

2) Nonexclusion, artinya tidak akan ada penolakan terhadap suatu pihak atau individu dalam mengkonsumsi barang publik walaupun mereka tidak bersedia membayar. Dengan kata lain semua orang berhak memanfaatkan dan menikmati lingkungan meskipun tidak bersedia membayar dalam mengkonsumsi lingkungan tersebut.

Menurut Nugroho (2010), kedua karakteristik barang publik di atas menyebabkan seseorang sebagai individu tidak akan mengusahakan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan. Sedangkan menurut Prasetyia (2012), terdapat tiga masalah yang timbul dari barang publik :

1) Pemanfaatan dari barang publik yang cenderung eksploitatif atau berlebihan.


(37)

2) Barang publik tidak memiliki harga karena sulitnya menentukan standar harga serta dikarenakan barang publik yang tidak diperdagangkan. 3) Tidak adanya keuntungan sehingga tidak ada ataupun langka suatu

pihak atau individu bersedia untuk memelihara dan melestarikannya. Teori Pigou merupakan salah satu teori barang publik yang membahas tentang penyediaan barang publik dengan pembiayaan melalui pajak yang dipungut dari masyarakat. Pigou berpendapat bahwa penyediaan barang publik harus dilakukan sampai pada suatu tingkat di mana kepuasan marginal pemanfaatan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal pajak yang dipungut untuk membiayai program pemerintah dalam menyediakan barang publik (Prasetyia, 2013).

Sumber : Mangkoesoebroto (1999)

Gambar 2.1. Kurva Penyediaan dan Pembiayaan Barang Publik yang Optimal Pada Gambar 2.1., kurva kepuasan akan barang publik ditunjukkan oleh kurva U dengan bentuk yang menurun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak barang publik yang dihasilkan maka akan semakin rendah kepuasan

Kepuasan Batas Akan Barang Pemerintah

Budget Pemerintah


(38)

marginal barang publik yang dirasakan oleh masyarakat. Sebaliknya, kurva ketidakpuasan ditunjukkan oleh kurva P dengan bentuk yang meninggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pajak yang dipungut maka semakin besar ketidakpuasan marginal barang publik yang dirasakan oleh masyarakat. Keadaan optimum ditunjukkan oleh titik E di mana kepuasan marginal barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal pajak yang dirasakan oleh masyarakat.

Teori Pigou memiliki kelemahan, yaitu mendasarkan analisanya pada rasa kepuasan marginal dan rasa ketidakpuasan marginal pajak yang dirasakan masyarakat. Pada hakikatnya kepuasan dan ketidakpuasan tersebut adalah sesuatu yang bersifat ordinal sehingga tidak dapat diukur secara kuantitatif.

4. Eksternalitas

Eksternalitas merupakan ciri lain dari barang lingkungan. Eksternalitas diartikan sebagai suatu dampak baik manfaat maupun biaya akibat suatu kegiatan yang dirasakan oleh seseorang atau suatu pihak diluar pihak pelaksana tanpa ada pembayaran sama sekali (Suparmoko, 2015). Dalam Prasetyia (2013), eksternalitas terbagi dua macam yaitu :

1) Eksternalitas positif, yaitu manfaat yang dirasakan oleh orang lain akibat tindakan seseorang, tetapi manfaat tersebut tidak dialokasikan di dalam sistem pasar.

2) Eksternalitas negatif, yaitu biaya yang dikenakan pada orang lain di luar sistem pasar sebagai hasil dari suatu kegiatan produktif.

Eksternalitas negatif jika ditambahkan dengan biaya privat maka disebut biaya sosial yaitu suatu kegiatan menimbulkan biaya yang harus dibayar


(39)

sendiri (internal cost) serta harus dibayar orang lain (external cost). Masalah pencemaran lingkungan serta kerusakan lingkungan merupakan biaya sosial yang selanjutnya dianggap sebagai biaya pembangunan ekonomi (Suparmoko, 2015).

Prasetyia (2013) menyatakan bahwa penentuan pihak yang harus menanggung biaya sosial tanpa adanya intervensi pemerintah ditentukan berdasarkan Teori Coase yang dikemukakan oleh Ronald Coase. Teori Coase berpendapat untuk melakukan tawar-menawar antara pihak-pihak terkait eksternalitas mengenai alokasi sumber daya untuk menyelesaikan masalah eksternalitas mereka. Lanjutnya, agar solusi Coase ini efisien, maka terdapat dua asumsi yang harus dipenuhi yaitu tidak adanya biaya transaksi serta kerusakan yang terjadi dapat diukur.

Eksternalitas dapat menimbulkan inefisiensi pasar, yaitu suatu kondisi pasar yang tidak dapat mengalokasikan sumber daya ekonomi secara efisien karena ketidakmampuan harga pasar dalam mencerminkan manfaat atau biaya bagi pihak lain. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan intervensi pemerintah dengan cara sebagai berikut :

1) Regulasi, yaitu suatu tindakan dalam mengendalikan perilaku masyarakat atau individu dengan aturan.

2) Penetapan pajak, yaitu bertujuan untuk memberikan insentif bagi pemilik pabrik agar dapat mengurangi polusi sebanyak-banyaknya akibat biaya sosial yang ditimbulkannya.

3) Pemberian subsidi, yaitu dilakukan ketika manfaat sosial melebihi dari manfaat pribadi.


(40)

5. Valuasi Ekonomi Lingkungan

Dalam ilmu ekonomi, konsep valuasi berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Jadi nilai ekonomi dari fungsi ekosistem adalah kontribusi seseorang yang diukur dari segi penilaian masing-masing individu untuk mencapai tujuan tertentu. Valuasi ekonomi atas barang dan jasa lingkungan muncul akibat meningkatnya permintaan untuk barang dan jasa lingkungan karena penurunan ketersediaan sumber daya lingkungan dan alam dari periode ke periode. Singkatnya, valuasi ekonomi berkaitan dengan metode analisis tertentu untuk memperoleh nilai kuantitatif dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan baik berdasarkan atas nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar (non market value).

Kementrian Negara dan Lingkungan Hidup dalam Soemarno (2010), mendefinisikan valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan sebagai : ”pengenaan nilai moneter terhadap sebagian atau seluruh potensi sumberdaya alam sesuai dengan tujuan pemanfaatannya”. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang dimaksud adalah nilai ekonomi total (total net value), nilai pemulihan atas pencemaran atau kerusakan serta pencegahan atas pencemaran atau kerusakan. Menurut Suparmoko dan Suparmoko dalam Soemarno (2010), ekonom membagi nilai menjadi dua kategori utama yaitu nilai penggunaan (use value) dan nilai instrinsik (non use value).

1) Nilai penggunaan (use value) berupa keterlibatan fisik dengan beberapa aspek ekosistem. Nilai ekonomi atas dasar penggunaan (use value) dibedakan menjadi nilai penggunaan langsung (direct use value), nilai


(41)

penggunaan tidak langsung (indirect use value), dan nilai atas dasar pilihan penggunaan (option use value).

2) Nilai instrinsik (non use value) berupa penggunaan yang tidak melibatkan interaksi fisik. Nilai ekonomi atas dasar bukan penggunaan

(non use value) dibedakan menjadi nilai atas dasar warisan dari generasi sebelumnya (bequest value) dan nilai karena keberadaannya (existence value).

Sumber : Munasinghe (1993)

Diagram 2.1. Klasifikasi Nilai Ekonomi Total

Selanjutnya, secara matematis Soemarno (2010) menuliskan Total Economic Value (TEV) dengan persamaan sebagai berikut :

TEV = UV + NUV

= (DUV + IUV + OV) + (BV + EV)

Dimana : TEV = Total Economic Value atau Nilai Ekonomi Total UV = Use Value atau Nilai Penggunaan

NUV = Non Use Value atau Nilai Intrinsik

DUV = Direct Use Value atau Nilai Penggunaan Langsung Total Economic

Value

Use Value

Direct Use Value

Indirect Use

Value Option Value

Non Use Value

Bequest Value

Existance Value


(42)

IUV = Indirect Use Value atau Nilai Penggunaan Tidak Langsung OV = Option Use Value atau Nilai Pilihan

BV = Bequest Value atau Nilai Warisan EV = Existance Value atau Nilai Keberadaan

Aplikasi dari valuasi ekonomi menunjukkan adanya hubungan antara pembangunan ekonomi dengan konservasi sumber daya alam. Dengan adanya pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi ini diharapkan para pengambil kebijakan dapat menentukan keputusan penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Maka dari itu, valuasi ekonomi menjadi alat yang penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Lingkungan sebagai barang publik adalah barang yang tidak dapat terukur secara fisik-kuantitatif sehingga sulit untuk menilainya dengan bentuk moneter atau uang, tetapi sangat jelas lingkungan merupakan suatu komoditas yang banyak dibutuhkan. Dengan kata lain, lingkungan merupakan barang yang tidak memiliki pasar (non market goods). Lingkungan memiliki manfaat fungsi ekologis yang sering tidak terkuantifikasi dalam perhitungan nilai lingkungan secara menyeluruh seperti keindahan alam, kejernihan air sungai, dan udara bersih. Pentingnya fungsi ekonomi dan non ekonomi dari lingkungan maka diperlukan penilaian yang komprehensif meliputi nilai pasar (market value) barang serta nilai jasa yang dihasilkan lingkungan tersebut.

Fauzi (2004) menyatakan bahwa penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (Cost Benefit Analysis) konvensional seringkali tidak mampu menjawab


(43)

permasalahan di atas. Hal ini dikarenakan dalam analisis biaya dan manfaat (Cost Benefit Analysis) konvensional seringkali manfaat ekologis tidak dihitung. Dengan begitu, telah dikembangkan metode valuasi ekonomi barang non pasar (non market goods) yang digambarkan dalam Diagram 2.2.

Sumber : Fauzi (2004)

Diagram 2.2. Metode Valuasi Ekonomi Non-Pasar 1) Valuasi Tidak Langsung

Metode valuasi tidak langsung adalah metode valuasi yang mengandalkan harga implisit dengan kesediaan membayar (willingness to pay) yang terungkap melalui model yang dikembangkan. Terdapat tiga macam teknik yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu Travel Cost Method (TCM), Hedonic Price, dan metode yang relatif baru yaitu

Random Utility Model.

(a) Travel Cost Method (TCM), yaitu suatu metode yang menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) dengan prinsip mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi tersebut.

Valuasi Non Market

Tidak Langsung (Revealed WTP)

Travel Cost Method

(TCM)

Hedonic Price Utility ModelRandom

Langsung (Survei Expressed WTP)

Contingent Valuation Method (CVM)


(44)

(b) Hedonic Price, yaitu suatu metode untuk mengestimasi nilai implisit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk serta mengkaji hubungan antara karakteristik tersebut dengan permintaan barang dan jasa.

2) Valuasi Langsung

Metode Valuasi Langsung yaitu suatu metode valuasi yang didasarkan pada survei secara langsung dengan memperoleh informasi kesediaan membayar (willingness to pay) secara langsung dari responden. Salah satu metode valuasi ekonomi yang sangat populer pada saat ini adalah Metode Kontingensi/Contingent Valuation Method

(CVM) karena kemampuannya dalam mengukur nilai penggunaan (use value) dan nilai non pengguna (non-use value) dengan baik.

Menurut Yakin dalam Prasetyo dan Saptutyningsih (2013),

Contingent Valuation Method (CVM) adalah suatu metode teknik survei untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Tujuan dari Contingent Valuation Method

(CVM) adalah untuk mengetahui kesediaan untuk membayar/Willingness to Pay (WTP) dari masyarakat serta mengetahui kesediaan untuk menerima/Willingness to Accept (WTA) kerusakan suatu lingkungan. Adapun Willingness to Pay (WTP) dapat diartikan sebagai berapa besar orang mau membayar untuk memperbaiki lingkungan yang rusak (kesediaan konsumen untuk membayar),


(45)

sedangkan willingness to accept adalah berapa besar orang mau dibayar untuk mencegah kerusakan lingkungan (kesediaan produsen menerima kompensasi) dengan adanya kemunduran kualitas lingkungan (Soemarno, 2010). Willingness to Pay (WTP) dan Willingness to Accept

(WTA) dapat merefleksikan preferensi individu dengan baik sehingga berfungsi sebagai parameter dalam valuasi ekonomi.

Menurut Prasetyo dan Saptutyningsih (2013) keunggulan-keunggulan dari penggunaan Contingent Valuation Method (CVM) adalah sebagai berikut:

1) Sifatnya yang fleksibel dan dapat diterapkan pada beragam kekayaan lingkungan, tidak hanya terbatas pada benda atau kekayaan alam yang terukur secara nyata di pasar saja.

2) Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu sering kali menjadi hanya satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan berbagai konteks kebijakan lingkungan.

3) Dapat digunakan dalam berbagai macam studi barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat.

4) Contingent Valuation Method (CVM)memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna (non use value). Seseorang yang menggunakan Contingent Valuation Method (CVM) mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika digunakan secara langsung.


(46)

5) Kapasitas Contingent Valuation Method (CVM) dapat menduga nilai non pengguna (non use value).

6) Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara, sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan pengguna secara terpisah

6. Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)

Menurut Syakya (2005), willingness to pay adalah suatu metode penilaian yang bertujuan untuk mengetahui pada level berapa seseorang mampu membayar untuk memperbaiki lingkungan jika ingin lingkungannya menjadi baik. Penilaian personal dari responden ini didasarkan pada hipotesis pasar untuk meningkatkan atau menurunkan jumlah dari beberapa barang. Responden akan memberikan informasi jika terdapat pasar yang menyediakan barang tersebut, berapakah batas maksimum kesediaannya membayar (willingness to pay) untuk perbaikan kualitas lingkungan dan batas minimum kesediaannya menerima (willingness to accept) untuk penurunan kualitas lingkungan.

Untuk mengungkap nilai willingness to pay seseorang dalam memperbaiki kualitas lingkungan, Field dan Field dalam Nugroho (2010) menyatakan terdapat tiga cara yang bisa digunakan, yaitu:

1) Melihat besarnya pengeluaran seseorang untuk mengurangi kerugiannya akibat kualitas lingkungan yang buruk.

2) Melihat nilai pasar dari barang atau jasa yang berada di dua pasar dengan kualitas lingkungan berbeda.


(47)

3) Melakukan survei dengan menanyakan langsung kesediaan membayar seseorang untuk menikmati kualitas lingkungan yang lebih baik.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Selama ini sudah cukup banyak penelitian yang dilakukan dalam mengukur nilai atau manfaat ekonomi atas barang dan jasa lingkungan ke dalam bentuk moneter atau uang. Terdapat berbagai metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut seperti Metode Kontingensi/Contingent Valuation Method (CVM), Metode Biaya Perjalanan/Travel Cost Method (TCM), dan Metode Biaya Hedonik/Hedonic Price Method. Meskipun demikian, penelitian serupa masih perlu dilakukan mengingat tempat dan waktu serta penggunaan variabel-variabel independen yang digunakan berbeda sehingga akan memberikan hasil yang berbeda pula.

Jala dan Nandagiri (2015) melakukan penelitian dengan judul “Evaluation of Economic Value of Pilikula Lake using Travel Cost and Contingent Valuation Methods”. Variabel independen yang digunakan untuk Contingent Valuation Method (CVM) adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan responden, serta perilaku kontinjensi meliputi persepsi layanan yang tersedia, pengetahuan kualitas air danau, willingness to pay untuk perbaikan kualitas air danau dan fasilitas serta harapan pemanfaatan dan tingkat kunjungan danau di masa depan. Sedangkan variabel independen untuk Travel Cost Method (TCM) adalah mengenai informasi perjalanan meliputi asal keberangkatan, jumlah kunjungan selama satu tahun terakhir dan biaya (biaya akomodasi, transportasi, dan tiket masuk). Adapun hasil penelitiannya adalah


(48)

tingkat pendidikan, jenis kelamin dan status perumahan responden mempengaruhi nilai willingness to pay fasilitas tambahan. Sedangkan variabel pribadi dan demografi seperti usia, pendapatan, jenis kelamin, pendidikan dan status perumahan mempengaruhi rata-rata willingness to pay pengunjung untuk manfaat rekreasi menurut metode Travel Cost Method (TCM).

Penelitian lainnya yang dilakukan Waktola (2014) dengan judul “Economic Valuation of The Recreational Use Value of Babogayya Lake

(Bishoftu Town): By Travel Cost Method”. Variabel independen yang digunakan adalah total biaya perjalanan, pendapatan, umur, jarak, tingkat pendidikan, status perkawinan, jenis transportasi, jenis kunjungan (individu atau kelompok), durasi waktu rekreasi, preferensi musim, preferensi hari. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa total biaya perjalanan dan pendapatan responden berpengaruh negatif dan signifikan menentukan jumlah kunjungan. Selain itu dari penelitiannya diperoleh jumlah manfaat tahunan objek wisata Danau Babogaya adalah sebesar $90.811.935,5959 dengan jumlah surplus konsumen tahunannya adalah sebesar $39.231.916,3559.

Adapun Kurnianto (2008) melakukan penelitiannya yang berjudul

“Pengembangan Ekowisata (Ecotourism) Di Kawasan Waduk Cacaban Kabupaten

Tegal”. Metode penelitian yang digunakannya adalah metode deskriptif kualitatif. Variabel penelitian yang diamati adalah pola pemanfaatan lahan, potensi kawasan dan kebijakan serta peran institusi dalam pengembangan ekowisata (ecotourism). Adapun hasil penelitiannya menyatakan bahwa pola pemanfaatan lahan di kawasan waduk Cacaban belum mendukung upaya konservasi tanah dan


(49)

kelestarian waduk Cacaban sehingga potensi pengembangan ekowisata di kawasan waduk Cacaban secara spesifik harus dibedakan sesuai dengan daerah peruntukan. Dan dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan ekowisata di kawasan waduk Cacaban secara intesif harus melibatkan Pemerintah Kabupaten Tegal, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Perum Perhutani dan masyarakat dalam bentuk Badan Pengelola Ekowisata Waduk Cacaban.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2010) berjudul “Valuasi Ekonomi Wisata Pantai Glagah Dengan Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost) Di Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo”. Metode penelitian yang digunakannya adalah Travel Cost Method (TCM), Ordinary Least Square (OLS), dan Trend. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan, jarak dan usia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan, jarak, usia berpengaruh signifikan terhadap willingness to pay wisata Pantai Glagah dengan adanya pembangunan pelabuhan internasional. Selain itu diperoleh bahwa surplus konsumen Pantai Glagah yaitu sebesar Rp 123.111.763,2 dengan total willingness to pay sebesar Rp.459,275/ pengunjung dengan trend jumlah kunjungan yang cenderung mengalami kenaikan, yaitu dengan rata-rata kunjungan sebanyak 16.055 orang/tahun.

Amanda (2009) telah melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan”. Metode penelitian yang digunakannya adalah contingent Valuation Method (CVM) dengan variabel independen yang digunakannya yaitu


(50)

jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, domisili, persepsi terhadap kualitas dan pelayanan serta atribut-atribut wisata danau situgede, pengetahuan tentang manfaat situ atau danau, frekuensi kunjungan, biaya perjalanan, dan besarnya dana yang bersedia pengunjung bayarkan. Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi willingness to pay pengunjung Danau Situgede adalah faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai willingness to pay adalah faktor tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau, serta faktor biaya kunjungan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Kumesan (2015) dengan judul “Valuasi Ekonomi Wisata Alam Danau Linow Tomohon Berdasarkan Biaya Perjalanan Wisatawan Lokal”. Metode yang digunakan adalah Travel Cost Method (TCM) dengan variabel independen yang digunakannya adalah jumlah kunjungan wisatawan, dan biaya perjalanan wisatawan lokal. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa biaya perjalanan berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Adapun nilai ekonomi willingness to pay yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 167.917,21/individu, sedangkan biaya yang dikeluarkan secara nyata yaitu sebesar Rp 134.649,13/individu, serta surplus konsumen yaitu sebesar Rp 33.268,08/ individu.

Adapun Prasetyo dan Saptutyningsih (2013) telah melakukan penelitian berjudul “Bagaimana Kesediaan Untuk Membayar Peningkatan


(51)

Kualitas Lingkungan Desa Wisata?” dengan studi kasus desa-desa wisata di Kabupaten Sleman pascaerupsi Gunung Merapi meliputi desa wisata Srowolan, desa wisata Brayut, desa wisata Kelor, desa wisata Kembangarum dan desa wisata Pentingsari. Metode penilaian yang digunakannya adalah Contingent Valuation Method (CVM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usia, pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap willingness to pay

dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan desa-desa wisata di Kabupaten Sleman pascaerupsi Merapi.

C. Kerangka Penelitian

Sumber daya alam merupakan salah satu modal penting dalam pelaksanaan pembangunan. Berbagai negara di dunia berupaya mengelola sumber daya yang ada dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan meningkatkan kesejahteraannya. Aktivitas pembangunan dapat dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan hidup sehingga dalam pemanfaatan dan pengelolaannya harus berwawasan lingkungan agar terwujud pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang tidak menguras sumber daya alam dan merusak lingkungan sehingga tercapai pemerataan pembangunan antargenerasi masa kini maupun masa mendatang (Suparmoko, 2015; Jaya, 2004).

Sektor pariwisata merupakan salah satu kontributor utama sumber pendapatan negara bagi perekonomian sebagai modal pembangunan. Peranan penting sektor pariwisata dalam pembangunan perekonomian tercermin dalam kontribusinya pada pendapatan asli daerah serta sebagai penyedia lapangan kerja


(52)

bagi masyarakat lokal. Terlebih lagi, objek wisata yang memiliki fungsi ganda harus diberikan perhatian khusus oleh pemerintah. Maka dari itu, pemerintah daerah kabupaten Kulonprogo akan terus berbenah diri berupaya meningkatkan citra objek wisata Waduk Sermo untuk mendongkrak kunjungan wisatawannya (Antara Jogja.com, Diakses tanggal 28 Oktober 2016 pkl 15.01 WIB).

Objek Wisata Waduk Sermo yang terletak di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo ini memiliki keindahan alam dan lingkungan yang alami. Waduk ini terhampar dikelilingi perbukitan yang masih tampak hijau serta udara yang segar memberikan ketenangan bagi para wisatawan. Pengembangan objek wisata Waduk Sermo sebagai wisata air dan olahraga oleh pemerintah memberikan peluang yang baik bagi masyarakat setempat. Namun pemanfaatan keindahan sumber daya alam oleh pemerintah untuk pengembangan pariwisata menimbulkan dampak. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya dampak positif yang mendorong kesejahteraan masyarakat setempat dengan terbukanya lapangan kerja, akan tetapi juga dampak negatif terhadap lingkungan Waduk Sermo sendiri. Terlebih lagi Waduk Sermo memiliki fungsi ganda yaitu berfungsi sebagai air irigasi dan air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) daerah Kulonprogo serta sebagai objek wisata. Maka adanya objek wisata air dan olahraga Waduk Sermo ini bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan waduk.

Potensi keindahan alam objek wisata Waduk Sermo telah menarik wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara sebagai destinasi wisata. Adanya aktivitas wisata tentu akan menimbulkan permasalahan lingkungan seperti penurunan kualitas air danau dan rusaknya pemandangan


(53)

+ + + + + +

dengan sampah yang diakibatkan oleh wisatawan. Adanya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Waduk Sermo berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi sehingga wisatawan diharuskan membayar atas kerusakan yang ditimbulkannya. Hal ini dapat dilakukan para wisatawan dengan membayar retribusi lebih untuk biaya perawatan dan pelestarian lingkungan objek wisata. Dengan demikian kelestarian lingkungan Waduk Sermo dapat terjaga dan wisatawan tetap dapat menikmati jasa lingkungannya.

Kualitas objek wisata Waduk Sermo meliputi kualitas lingkungan dan fasilitas wisata selayaknya diperbaiki dan dilengkapi agar keberadaannya dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi sehingga dapat memberikan kontribusi lebih banyak lagi bagi pendapatan daerah. Oleh karena itu harus ada upaya pengkajian kesediaan membayar wisatawan untuk memperbaiki kualitas objek wisata Waduk Sermo. Secara sistematik, kerangka penelitian dari penelitian ini dapat dilihat pada Diagram 2.3.

Diagram 2.3. Kerangka Penelitian Status Pernikahan

Pendapatan Jenis Kelamin

Usia

Pendidikan

Frekuensi Kunjungan

Willingness To Pay Untuk Perbaikan Kualitas Objek Wisata


(54)

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis dari penelitian iniadalah sebagai berikut :

1. Jenis kelamin wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

willingness to pay untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo. 2. Usia wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap willingness

to pay untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.

3. Status pernikahan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap willingness to pay untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.

4. Pendidikan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

willingness to pay untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo. 5. Pendapatan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

willingness to pay untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo. 6. Frekuensi kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap willingness to pay untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan objek wisata Waduk Sermo di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) karena berdasarkan informasi, kawasan objek wisata Waduk Sermo memiliki potensi ekonomi dan wisata serta telah menjadi salah satu objek wisata yang cukup banyak dikunjungi wisatawan.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data antarruang (cross section),yaitu jenis data yang terdiri dari variabel-variabel yang dikumpulkan pada sejumlah kategori pada satu waktu tertentu. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada sumber data diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yakni wisatawan Waduk Sermo melalui kuesioner (lampiran 3). Kuesioner berisi daftar pertanyaan mengenai willingness to pay wisatawan untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo yang telah disiapkan terlebih dahulu.

Adapun data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua atau hasil publikasi pihak lain seperti instansi, badan internasional, publikasi ilmiah dan hasil penelitian orang lain. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini di antaranya diperoleh dari Dinas Pariwisata


(56)

Daerah Istimewa Yogyakarta, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo serta dari literatur-literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Dewajani dalam Wafi (2014) metode survei (self administered survey) adalah suatu metode mengumpulkan informasi tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok responden yang dianggap sebagai representatif populasi. Metode survei merupakan metode terbaik yang ada dalam mengumpulkan data asli untuk mendeskripsikan suatu populasi yang terlalu besar untuk diamati secara langsung. Instrumen yang digunakan dalam metode survei penelitian ini adalah kuesioner, yaitu suatu alat penelitian berupa lembaran yang berisi daftar pertanyaan dengan struktur yang baku untuk memperoleh informasi dari sejumlah responden.

D. Metode Pengambilan Sampel

Adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka dalam pengumpulan data primer dilakukan terhadap 100 responden dengan metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Non-probability Sampling yaitu Accidental Sampling. Menurut Jogianto dalam Amanda (2009), Accidental Sampling adalah : “suatu metode pengambilan sampel

secara nyaman yang dilakukan dengan memilih sampel bebas, sekehendak periset, dimana responden yang mudah ditemui atau dijangkau akan dijadikan sebagai sampel dengan tetap mempertahankan kelayakan dan ketepatan sampel yang


(57)

dipilih”. Penentuan jumlah sampel berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Sugiyono, 2003) :

� = �

1 +��2

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Standar Error sebesar 0,10 (10%)

Dengan menggunakan rumus di atas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

�= 81.460

1 + 81.460 0,10 2

= 81.460

1 + 814,6 = 99,88

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh jumlah sampel adalah 99,88 yang dibulatkan menjadi 100 orang.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Adapun variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Variabel Terikat

Willingness to pay (WTP) adalah kesediaan membayar wisatawan Waduk Sermo yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Estimasi Willingness to pay (WTP) diperoleh melalui nilai rata-rata Willingness to pay (EWTP)


(58)

responden pada Focus Group Discussion (FGD) dengan metode Bidding Game yang selanjutnya keseluruhan nilai willingness to pay akan dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah responden. Estimasi nilai rata-rata

willingness to pay dirumuskan sebagai berikut :

���� = ����

� �=1

Di mana :

EWTP = Estimasi Rata-rata willingness to pay WTPi = Nilai willingness to pay ke-i

n = Jumlah Responden

i = Responden ke-i yang bersedia membayar (�=1,2,3,…n)

Nilai EWTP ini digunakan untuk menentukan willingness to pay responden dengan Dichotomous Choice. Nilaivariabel dummy WTP adalah 1 jika “WTP = EWTP” dan 0 jika ”WTP ≠ EWTP”.

2. Variabel Bebas

1) Jenis Kelamin (JK), adalah gender responden yaitu laki-laki dan perempuan. Nilai variabel dummyJK adalah 1 jika ”laki-laki” dan 0 jika ”perempuan”.

2) Usia (US), adalah usia responden yang dinyatakan dalam satuan tahun. 3) Status Pernikahan (SP), adalah status yang dimiliki responden apakah

memiliki/pernah memiliki ikatan pernikahan, baik secara formal negara, agama atau adat. Nilai variabel dummy SP adalah 1 jika ” sudah menikah” dan 0 jika ” belum/tidak menikah”.


(59)

4) Pendidikan (PDDKN), adalah lama pendidikan formal yang dicapai oleh responden yang dinyatakan dalam satuan tahun.

5) Pendapatan (PDPTN), adalah upah atau gaji responden yang diterima tiap bulan. Untuk pelajar dan mahasiswa, pendapatan merupakan uang saku perbulan, sedangkan untuk ibu rumah tangga pendapatan merupakan total pengeluaran konsumsi tiap bulan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6) Frekuensi Kunjungan (FK), adalah banyaknya kunjungan ke objek wisata yang pernah dilakukan oleh responden.

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi willingness to pay

wisatawan untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo di kabupaten Kulonprogo dilakukan dengan menggunakan metode regresi logistik. Menurut Mirawanti, dan Ulama (2008), metode regresi logistik digunakan ketika variabel terikatnya mempunyai sifat kualitatif dan mempunyai urutan. Bentuk modelnya terdiri dari regresi logistik dichotomous dengan syarat variabel terikat terdiri dari dua kategori, dan regresi logistik polytomous dengan syarat variabel terikat terdiri dari lebih dari dua kategori.

Ghozali dalam Ulfah (2014) menyatakan kelebihan dari metode regresi logistik adalah lebih fleksibel dibanding metode lainnya karena tidak memerlukan uji normalitas serta uji asumsi klasik lainnya pada variabel bebasnya. Selain itu variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinyu, diskrit dan dikotomi.


(60)

Pengujian terhadap data dilakukan dengan uji ketepatan klasifikasi, uji kesesuaian model, dan uji signifikansi parameter sebagai berikut :

1. Uji Ketepatan Klasifikasi

Uji ketepatan klasifikasi dilakukan dengan tujuan untuk memprediksi ketepatan model dalam mengklasifikasikan observasi yang dinyatakan dalam persentase. Semakin besar persentasenya maka semakin sempurna ketepatan suatu model dalam mengklasifikasikan observasinya.

2. Uji Kesesuaian Model a. Uji Nagelkerke R Square

Uji Nagelkerke R Square sama halnya dengan R –Square (R2) pada regresi linier yang menjelaskan seberapa besar persentase kecocokan model, atau nilai yang menunjukkan seberapa variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat (Basuki, 2015). Nilai Nagelkerke R Square berkisar antara 0 sampai 1. Suatu Nagelkerke R Square bernilai 1 berarti ada kecocokan sempurna antara variabel terikat dengan variabel bebas. Sedangkan Nagelkerke R Square bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas.

b. Uji Hosmer dan Lemeshow

Uji Hosmer and Lemeshow dilakukan untuk menguji apakah data empiris sesuai dengan model sehingga model dapat dikatakan fit dan layak dipakai. Hipotesis yang digunakan adalah :

�0 ∶ model mampu memprediksi nilai observasinya


(61)

Menurut Ningsih (2015), hasil pengujiannya adalah :

- H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05, maka model mampu

memprediksi nilai observasinya.

- H1 diterima jika nilai signifikansi < 0,05, maka model tidak mampu

memprediksi nilai observasinya. 3. Uji Signifikansi

a. Uji Signifikansi Simultan (Overall Test)

Uji signifikansi simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesisnya yaitu :

�0 ∶Semua variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat.

�1 ∶Semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat. Hasil pengujiannya adalah :

- H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05, maka semua variabel bebas

secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel terikat.

- H1 diterima jika nilai signifikansi < 0,05, maka semua variabel bebas

secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. b. Uji Signifikansi Parsial (Partial Test)

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Hipotesis yang digunakan adalah :

�0 ∶ variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel


(62)

�1 ∶variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

terikat.

Hasil pengujiannya adalah :

- H0 diterima jika nilai signifikansi > 0,05, maka variabel bebas tidak

mempengaruhi variabel terikat.

- H1 diterima jika jika nilai signifikansi < 0,05, maka variabel bebas


(1)

93

HASIL UJI SIGNIFIKANSI PARSIAL

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a JK(1) .092 .571 .026 1 .871 1.097 .358 3.362

US .014 .044 .105 1 .746 1.014 .931 1.105

SP(1) 1.359 .859 2.503 1 .114 3.894 .723 20.978

PDDKN -.043 .089 .233 1 .629 .958 .805 1.140

PDPTN .728 .335 4.726 1 .030 2.070 1.074 3.990

FK .747 .194 14.895 1 .000 2.110 1.444 3.084

Constant -4.190 1.662 6.355 1 .012 .015


(2)

LAMPIRAN 3

KUESIONER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Telp. (0274) 387656, Fax. (0274) 387646

KUESIONER PENELITIAN

Nama : ... Alamat : ... Tanggal Pengisian : ... 2016

A. Informasi Responden

1. Jenis Kelamin : L / P (Lingkari) 2. Usia : ... tahun

3. Status : Belum menikah/ Sudah menikah. (Coret yang tidak perlu) 4. Pendidikan formal yang telah dijalani : ... tahun

5. Jenis pekerjaan

a. Pelajar/ Mahasiswa b. Pegawai Negeri Sipil c. Pegawai Swasta

d. Wirausaha

e. Ibu rumah tangga

f. Lainnya, ... 6. Pendapatan rata-rata Anda per bulan : Rp...

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan SKRIPSI dengan judul ”ANALISIS

WILLINGNESS TO PAY UNTUK PERBAIKAN KUALITAS OBJEK

WISATA WADUK SERMO DI KABUPATEN KULONPROGO” yang

dilakukan oleh Saya, SALMA SALIMATUL FAUZIYAH (20130430334). Saya mohon partisipasi Anda untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak untuk dipublikasikan. Atas perhatian dan partisipasi Anda, Saya ucapkan terima


(3)

B. Frekuensi Kunjungan

7. Berapa kali Anda mengunjungi Waduk Sermo dalam satu tahun terakhir ? a. 1 kali (baru kali ini)

b. 2 kali c. 3 kali

d. 4 kali e. 5 kali

f. Lebih dari 5 kali 8. Apakah tujuan Anda berkunjung ke Waduk Sermo?

a. Rekreasi/ berwisata b. Penelitian

c. Lainnya, ... 9. Apakah alasan Anda datang mengunjugi Waduk Sermo? (Jawaban boleh

lebih dari satu)

a. Alam dan lingkungannya sangat indah

b. Wisata yang murah dan dekat dengan tempat tinggal c. Waduk Sermo sebagai media pendidikan anak

d. Lainnya, ... 10. Dari mana Anda mengetahui informasi mengenai objek wisata Waduk

Sermo?

a. Keluarga

b. Teman

c. Media cetak/ elektronik

d. Lainnya, ... C. Persepsi dan Penilaian terhadap objek wisata Waduk Sermo

(Beri tanda silang (X) pada pilihan yang menurut Anda benar)

No. Keterangan Penilaian terhadap pelayanan objek wisata Waduk Sermo

11. Kemudahan Mencapai

Lokasi a. Mudah b. Cukup c. Sulit 12.

Penyediaan fasilitas wisata (Gazebo, Spot Fotografi, Perahu, Bebek sepeda air)

a. Memadai b. Kurang memadai

c. Tidak Memadai

13.

Penyediaan fasilitas umum (WC umum, Mushola, Restoran)

a. Memadai b. Kurang memadai

c. Tidak Memadai

14.

Fasilitas keamanan objek wisata (Pelampung, Rambu-rambu bahaya, Daerah Evakuasi)

a. Memadai b. Kurang memadai

c. Tidak memadai

15. Keramahan petugas

(pengelola) a. Baik b. Cukup c. Buruk 16. Kemudahan mendapatkan


(4)

Penilaian terhadap kualitas lingkungan Waduk Sermo

17. Kondisi Lingkungan di area

Waduk Sermo a. Baik

b. Kurang

baik c. Buruk 18. Kebersihan Lingkungan a. Baik b. Kurang

baik c. Buruk

D. Pemahaman mengenai Waduk Sermo

19. Apakah Anda mengetahui fungsi dan manfaat Waduk Sermo? a. Ya, tahu (Lanjut ke no. 21)

b. Tidak tahu (Lanjut ke no. 22)

20. Apakah fungsi dan manfaat Waduk Sermo menurut anda?(Jawaban boleh lebih dari satu)

a. Sebagai baku air PDAM Kulonprogo b. Sebagai daerah resapan air

c. Sebagai irigasi d. Tempat rekreasi

e. Lainnya , ... 21. Apakah Anda mengetahui bentuk kerusakan Waduk Sermo?

a. Ya, tahu (Lanjut ke no. 22) b. Tidak tahu (Lanjut ke no. 23)

22. Apa bentuk kerusakan Waduk Sermo yang Anda ketahui? (Jawaban boleh lebih dari satu)

a. Pencemaran air b. Pendangkalan

c. Lainnya ... 23. Penetapan Waduk Sermo sebagai salah satu objek wisata di kabupaten Kulonprogo dan adanya pengembangan wisata akan menarik banyak wisatawan yang berkunjung ke Waduk Sermo. Apakah Anda mengetahui dampak yang mungkin ditimbulkan dengan semakin banyaknya wisatawan terhadap kelestarian alam dan lingkungan Waduk Sermo?

Ya/ Tidak, sebutkan : ... ... Waduk Sermo merupakan danau buatan yang memiliki fungsi dan manfaat penting bagi kehidupan penduduk Kulonprogo. Adanya kerusakan alam dan lingkungan Waduk Sermo akan memberikan dampak negatif seperti halnya kekeringan. Aktivitas wisata yang dilakukan di daerah Waduk Sermo juga dapat mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan waduk menjadi rusak.


(5)

24. Menurut Anda, fasilitas apa yang perlu ditambahkan untuk menunjang keselamatan wisatawan selama berwisata? (Jawaban boleh lebih dari satu)

a. Pelampung

b. Rambu-rambu peringatan bahaya

c. Daerah evakuasi

d. Lainnya, ...

E. Willingness To Pay

25. Apakah Anda setuju apabila dilakukan suatu upaya perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo?

Ya setuju, dalam bentuk : ... ... Tidak Setuju, alasan ... ... 26. Menurut Anda siapakah yang bertanggung jawab untuk perbaikan kualitas

objek wisata Waduk Sermo? a. Pengelola

b. Pemerintah c. Masyarakat

d. Wisatawan e. Semuanya benar

27. Apakah anda bersedia jika Anda diminta untuk membayar retribusi masuk sebesar Rp. 8.200,- untuk perbaikan kualitas objek wisata Waduk Sermo?

a. Ya, bersedia. Alasannya, ... ... b. Tidak bersedia. Alasannya, ... ... Apabila pihak pengelola wisata Waduk Sermo berencana melakukan perbaikan kualitas objek wisata agar fungsi dan manfaatnya tetap terjaga, yaitu dengan melakukan pemeliharaan kebersihan air dan darat serta pemenuhan fasilitas wisata. Maka dari itu pihak pengelola sangat membutuhkan partisipasi wisatawan dalam mewujudkan perbaikan kualitas objek wisata ini.

Saat ini kondisi lingkungan Waduk Sermo telah mengalami penurunan, seperti menurunnya kualitas air sebagai air baku PDAM, sampah yang berserakan di pinggir waduk serta kondisi fasilitas wisata yang kurang memadai. Kondisi tersebut dapat mengancam kelestarian Waduk Sermo serta kenyamanan wisatawan di masa yang akan datang. Seperti yang kita ketahui, banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan adanya waduk, seperti menghindarkan dari bencana kekeringan, manfaat ekonomi seperti menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan serta manfaat non ekonomi seperti wisata.


(6)

F. Saran dan Harapan Anda untuk Pengembangan Objek Wisata Waduk Sermo

TERIMA KASIH ATAS WAKTU DAN INFORMASI YANG ANDA BERIKAN