29
3 Melakukan survei dengan menanyakan langsung kesediaan membayar seseorang untuk menikmati kualitas lingkungan yang lebih baik.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Selama ini sudah cukup banyak penelitian yang dilakukan dalam mengukur nilai atau manfaat ekonomi atas barang dan jasa lingkungan ke dalam
bentuk moneter atau uang. Terdapat berbagai metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut seperti Metode KontingensiContingent Valuation
Method CVM, Metode Biaya PerjalananTravel Cost Method TCM, dan
Metode Biaya HedonikHedonic Price Method. Meskipun demikian, penelitian serupa masih perlu dilakukan mengingat tempat dan waktu serta penggunaan
variabel-variabel independen yang digunakan berbeda sehingga akan memberikan hasil yang berbeda pula.
Jala dan Nandagiri 2015 melakukan penelitian dengan judul “Evaluation of Economic Value of Pilikula Lake using Travel Cost and
Contingent Valuation Methods ”. Variabel independen yang digunakan untuk
Contingent Valuation Method CVM adalah usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pendapatan responden, serta perilaku kontinjensi meliputi persepsi layanan yang tersedia, pengetahuan kualitas air danau, willingness to pay untuk
perbaikan kualitas air danau dan fasilitas serta harapan pemanfaatan dan tingkat kunjungan danau di masa depan. Sedangkan variabel independen untuk Travel
Cost Method TCM adalah mengenai informasi perjalanan meliputi asal
keberangkatan, jumlah kunjungan selama satu tahun terakhir dan biaya biaya akomodasi, transportasi, dan tiket masuk. Adapun hasil penelitiannya adalah
30
tingkat pendidikan, jenis kelamin dan status perumahan responden mempengaruhi nilai willingness to pay fasilitas tambahan. Sedangkan variabel pribadi dan
demografi seperti usia, pendapatan, jenis kelamin, pendidikan dan status perumahan mempengaruhi rata-rata willingness to pay pengunjung untuk manfaat
rekreasi menurut metode Travel Cost Method TCM. Penelitian lainnya yang dilakukan Waktola 2014 dengan judul
“Economic Valuation of The Recreational Use Value of Babogayya Lake Bishoftu Town: By Travel Cost Method”. Variabel independen yang digunakan
adalah total biaya perjalanan, pendapatan, umur, jarak, tingkat pendidikan, status perkawinan, jenis transportasi, jenis kunjungan individu atau kelompok, durasi
waktu rekreasi, preferensi musim, preferensi hari. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa total biaya perjalanan dan pendapatan responden berpengaruh negatif dan
signifikan menentukan jumlah kunjungan. Selain itu dari penelitiannya diperoleh jumlah manfaat tahunan objek wisata Danau Babogaya adalah sebesar
90.811.935,5959 dengan jumlah surplus konsumen tahunannya adalah sebesar 39.231.916,3559.
Adapun Kurnianto 2008 melakukan penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Ekowisata Ecotourism Di Kawasan Waduk Cacaban Kabupaten
Tegal”. Metode penelitian yang digunakannya adalah metode deskriptif kualitatif. Variabel penelitian yang diamati adalah pola pemanfaatan lahan, potensi kawasan
dan kebijakan serta peran institusi dalam pengembangan ekowisata ecotourism. Adapun hasil penelitiannya menyatakan bahwa pola pemanfaatan lahan di
kawasan waduk Cacaban belum mendukung upaya konservasi tanah dan
31
kelestarian waduk Cacaban sehingga potensi pengembangan ekowisata di kawasan waduk Cacaban secara spesifik harus dibedakan sesuai dengan daerah
peruntukan. Dan dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan ekowisata di kawasan waduk Cacaban secara intesif harus melibatkan Pemerintah Kabupaten
Tegal, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Perum Perhutani dan masyarakat dalam bentuk Badan Pengelola Ekowisata Waduk Cacaban.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2010 berjudul “Valuasi Ekonomi Wisata Pantai Glagah Dengan Pendekatan Biaya Perjalanan Travel
Cost Di Desa Glagah Kecamatan Temo
n Kabupaten Kulonprogo”. Metode penelitian yang digunakannya adalah Travel Cost Method TCM, Ordinary Least
Square OLS, dan Trend. Adapun variabel independen yang digunakan dalam
penelitiannya adalah biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan, jarak dan usia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan,
jarak, usia berpengaruh signifikan terhadap willingness to pay wisata Pantai Glagah dengan adanya pembangunan pelabuhan internasional. Selain itu diperoleh
bahwa surplus konsumen Pantai Glagah yaitu sebesar Rp 123.111.763,2 dengan total willingness to pay sebesar Rp.459,275 pengunjung dengan trend jumlah
kunjungan yang cenderung mengalami kenaikan, yaitu dengan rata-rata kunjungan sebanyak 16.055 orangtahun.
Amanda 2009 telah melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede Dalam Upaya
Pelestarian Lingkungan”. Metode penelitian yang digunakannya adalah contingent Valuation Method
CVM dengan variabel independen yang digunakannya yaitu
32
jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, domisili, persepsi terhadap kualitas dan
pelayanan serta atribut-atribut wisata danau situgede, pengetahuan tentang manfaat situ atau danau, frekuensi kunjungan, biaya perjalanan, dan besarnya
dana yang bersedia pengunjung bayarkan. Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi willingness to pay pengunjung Danau
Situgede adalah faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau. Sedangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai willingness to pay adalah faktor tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan
kerusakan danau, serta faktor biaya kunjungan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Kumesan 2015 dengan judul
“Valuasi Ekonomi Wisata Alam Danau Linow Tomohon Berdasarkan Biaya Perjalanan Wisatawan Lokal”. Metode yang digunakan adalah Travel Cost
Method TCM dengan variabel independen yang digunakannya adalah jumlah
kunjungan wisatawan, dan biaya perjalanan wisatawan lokal. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa biaya perjalanan berpengaruh signifikan terhadap jumlah
kunjungan wisatawan. Adapun nilai ekonomi willingness to pay yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 167.917,21individu, sedangkan biaya yang dikeluarkan secara
nyata yaitu sebesar Rp 134.649,13individu, serta surplus konsumen yaitu sebesar Rp 33.268,08 individu.
Adapun Prasetyo dan Saptutyningsih 2013 telah melakukan penelitian berjudul “Bagaimana Kesediaan Untuk Membayar Peningkatan
33
Kualitas Lingkungan Desa Wisata?” dengan studi kasus desa-desa wisata di Kabupaten Sleman pascaerupsi Gunung Merapi meliputi desa wisata Srowolan,
desa wisata Brayut, desa wisata Kelor, desa wisata Kembangarum dan desa wisata Pentingsari. Metode penilaian yang digunakannya adalah Contingent Valuation
Method CVM. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usia, pendidikan,
pendapatan, jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap willingness to pay dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan desa-desa wisata di Kabupaten
Sleman pascaerupsi Merapi.
C. Kerangka Penelitian