Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Landasan Teori

15 Menindaklanjuti undang-undang tersebut, Kementrian Lingkungan Hidup mengembangkan dua instrumen untuk memelihara keserasian dan keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan. Kedua instrumen tersebut adalah AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan SEMDAL Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL merupakan instrumen yang menganalisis perbandingan dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi dari suatu proyek pembangunan. Jika dampak positifnya lebih besar daripada dampak negatifnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar, maka proyek pembangunan dapat diteruskan. Sebaliknya jika lebih besar dampak negatifnya, maka proyek di lokasi tersebut tidak dapat dilaksanakan. Adapun SEMDAL merupakan instrumen yang mengukur dampak yang telah terjadi akibat suatu kegiatan yang sudah berjalan dan mengestimasi tindakan yang harus dilakukan untuk menanggulangi dampak tersebut.

2. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan memberikan pengertian seputar kepariwisataan sebagai berikut : 1 Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 2 Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 3 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. 4 Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. 16 5 Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 6 Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Yoeti 1997 menyatakan bahwa alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah adalah untuk kepentingan perekonomian daerah baik secara lokal, regional maupun nasional di daerah atau negara itu sendiri. Dengan begitu, pengembangan pariwisata ini selalu akan memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat luas. Keuntungan dan manfaat pengembangan pariwisata ini berupa terciptanya lapangan kerja yang cukup luas bagi masyarakat setempat, dan menghasilkan permintaan baru akan potensi daerah. Pemasukan yang diterima dari wisatawan secara otomatis akan meningkatkan penerimaan devisa negara, pendapatan nasional, dan penerimaan pajak sehingga memperkuat posisi neraca pembayaran negara. Alasan selanjutnya, Yoeti 1997 mengungkapkan bahwa pengembangan pariwisata lebih banyak bersifat non ekonomis, yakni salah satu motivasi wisatawan adalah untuk menikmati daya tarik wisata yang disajikan di lokasi wisata seperti wisata alam yang menyajikan keindahan alam meliputi cagar alam, kebun raya, perkebunan, dan lain sebagainya. Seiring adanya pengembangan pariwisata, terdapat dampak atau isu yang berkembang. Hadi dalam Kurnianto 2008 menyatakan bahwa pariwisata yang ada saat ini cenderung bersifat wisata masal mass tourism yang hanya 17 berorientasi untuk sekedar menikmati keindahan alam tanpa mempertimbangkan nilai tambah bagi masyarakat local value added, nilai sosial budaya dan dampak lingkungan. Pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan diharapkan dapat mendorong potensi ekonomi dan upaya pelestarian lingkungan baik pelestarian alam, kekayaan hayati maupun kekayaan budaya. Namun adanya pariwisata masal yang terjadi saat ini justru menimbulkan dampak negatif terhadap sosial budaya dan kerusakan lingkungan. Maka dari itu, proses pengembangan pariwisata yang berdampak pada perubahan lingkungan alami ini perlu dipantau dan diikuti perkembangannya untuk mencegah dampak negatif yang lebih parah dan semakin mahal penanggulangannya sehingga tercapai pariwisata berkelanjutan. Pengembangan pariwisata berkelanjutan bertujuan untuk mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial budaya ke dalam proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan di seluruh komponen industri wisata. Secara bersamaan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini dan menjaga serta mendorong kesempatan wisata yang sama di masa yang akan datang. Konsep pengembangan kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan landasan ideal untuk pengembangan program pariwisata Kabupaten Kulonprogo terutama pengembangan obyek wisata Waduk Sermo. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan RIPP Daerah tahun 2015-2025 pengembangan obyek wisata Waduk Sermo bertemakan alam tirta dengan basis pengembangan sebagai area wisata air dan olahraga. 18

3. Barang Publik