yang disebabkan karena menurunnya respon insulin terhadap organ atau disebut juga dengan insulin resistance.
2
Serangan dari diabetes tipe ini berangsur-angsur tidak seperti diabetes tipe 1, dimana kondisi ini sering terjadi pada penderita yang mengalami obesitas. Selain itu, risiko
terjadinya diabetes meningkat dengan bertambahnya usia dan kurangnya aktivitas fisik. Pasien dengan diabetes tipe ini sering mengalami hipertensi dan dyslipidema
.4
Diabetes tipe 2 sering dikaitkan dengan usia, kegemukan, riwayat keluarga, riwayat diabetes kehamilan, gangguan metabolisme glukosa, aktivitas fisik, ras atau etnis.
Terdapat beberapa faktor risiko diabetes melitus tipe 2 diantaranya adalah obesitas, kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, keturunan atau genetik, usia dan meningkatnya tekanan darah dan kolesterol. Faktor risiko utama terjadinya diabetes melitus tipe 2 adalah
obesitas. Ketika seseorang mengalami obesitas, sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin.
6,7
Beberapa bukti menunjukan bahwa sel-sel lemak menyebabkan resistensi terhadap insulin dari sel-sel otot. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pusat Statistik Kesehatan
Nasional, dinyatakan bahwa jumlah anak dengan kelebihan berat badan telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1980 diikuti jumlah anak yang menderita diabetes tipe 2. Selain obesitas,
makanan yang tidak sehat juga mem-berikan kontribusi besar untuk terjadinya obesitas. Makanan dengan sedikit serat dan karbohidrat sederhana dapat meningkatkan terjadinya obesitas
yang merupakan faktor risiko utama diabetes melitus.
6,7
2.2. Periodontitis
Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang merupakan hasil respon antara sistem kekebalan tubuh dengan infeksi bakteri gram-negatif sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, yaitu gingiva, ligamen periodontal, sementum
Universitas Sumatera Utara
dan tulang alveolar.
1
Adanya virulensi bakteri juga merupakan faktor utama penyebab terjadinya periodontitis. Walaupun terdapat lebih dari 300 spesies bakteri pada saku periodontal, tetapi
hanya sebagian kecil yang merupakan agen etiologi periodontitis. Actinobacillus actinomycetemcomitans dan porphyromonas gingivalis merupakan agen utama yang
teridentifikasi sebagai penyebab penyakit periodontal.
8
Tiga karekteristik utama yang dimiliki oleh agen patogenesis periodontitis adalah kemampuan berkolonisasi, kemampuan menghindar dari respon pejamu dan kemampuan
memproduksi substansi eksotoksin yang dapat membunuh netrofil. Namun, selain tiga karakteristik tersebut, Actino-bacillus actinomycetemcomitans mampu melewati sel-sel epitel
penyatu dari saku periodontal dan berinvasi ke jaringan ikat dibawahnya. Sedangkan Porphyromonas gingivalis hanya dapat berinvasi di antara sel-sel epitel penyatu. Akibat terjadi
serangan bakteri, pejamu akan menghasilkan sel-sel inflamasi yang merespon dengan jalan migrasi khemotaksis dan berkumpul pada daerah tertentu dimana sel-sel tersebut akan mem-
fagositosis bakteri atau menyingkiran jaringan yang telah rusak.
8,9
2.3. Hubungan diabetes melitus tipe 2 dengan periodontitis
Terdapat bukti yang kuat bahwa diabetes melitus merupakan faktor risiko gingivitis dan periodontitis, dan tingkat kontrol glikemik menjadi faktor penting dalam hubungan ini. Menurut
penelitian epidemiologi, diabetes pada orang dewasa sering menunjukkan peningkatan yang luas dari keparahan periodontitis.
10
Bridge dkk. menyatakan bahwa diabetes mempengaruhi semua parameter periodontal, termasuk skor pendarahan, kedalaman saku, kehilangan perlekatan dan kehilangan gigi.
5
Taylor dan Borgnakke telah menguji periodontitis sebagai kom-plikasi dari diabetes melitus. Taylor
mengidentifikasi 48 penelitian pada tahun 1960 dan 2000, dimana dari penelitian-penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
membahas mengenai hubungan penyakit periodontal pada penderita diabetes ternyata sebanyak 44 penelitian mendukung diabetes sebagai faktor resiko periodontitis.
11
Polymorphonuclear leukosit merupakan sel pertahanan utama dari periodonsium. Fungsi sel yang terlibat dalam respon pertahanan ini adalah neutrofil, monosit dan makrofag. Penderita
diabetes yang tidak terkontrol menderita kelainan fungsi sel pertahanan utama tersebut yaitu tidak seimbangnya fungsi kemotaksis dan fagositosis yang menyebabkan penderita diabetes lebih
rentan terhadap infeksi.
3
Terganggunya fungsi fagositosis neutrofil dapat meningkatkan jumlah bakteri di poket periodontal, sehingga meningkatkan kerusakan periodontal. Selain itu adanya respon yang
berlebihan dari immunoinflammatory lain pada penderita diabetes. Sebagai contoh meningkatkan produksi tumor nekrosis alpha TNF-
α oleh makrofag dan monosit pada waktu terjadinya inflamasi dalam merespon patogen penyakit periodontal, akibatnya dapat meningkatkan
kerusakan jaringan pejamu. Peningkatan jumlah TNF- α ini ditemukan dalam darah menunjukan
adanya respon yang berlebihan dari sistem pertahanan tubuh secara sistemik dan lokal.
12
Selain itu, periodontitis juga dapat memperburuk kontrol glikemik pada penderita diabetes mellitus. Menurut penelitian Grosso dan Genco, penyakit perio-dontal dapat meningkatkan
tingkat keparahan diabetes melitus. Pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa terdapat hubungan dua arah antara diabetes melitus dengan penyakit periodontal, dimana penyakit
periodontal dan diabetes melitus berinteraksi untuk meningkatkan kerusakan jaringan. Infeksi kronis dalam respon inflamasi pada penderita diabetes melitus meningkatkan kerusakan jaringan
periodonsium pada penderita diabetes, sedangkan infeksi periodontal dapat me-nyebabkan keadaan resistensi insulin kronis sehingga mengubah kontrol metabolisme glukosa. Dengan
demikian, terjadi siklus degeneratif dimana diabetes menyebabkan penurunan imunitas yang
Universitas Sumatera Utara
kemudian mempengaruhi kontrol metabolisme glukosa dan memberikan dampak negatif terhadap diabetes.
1
2.4. Kebutuhan perawatan periodontal