Alat dan Bahan Faktor Lingkungan

Gambar 11. Koleksi kumbang sungut panjang dengan metode beating ukuran kain 1 meter x 1 meter Perangkap Artocarpus perangkap daun nangka dipasang pada tiga lokasi penelitian yaitu hutan rasamala, hutan pinus dan hutan alam. Setiap lokasi dipasang 15 perangkap Artocarpus perangkap daun nangka dengan jarak masing-masing perangkap 10 meter. Koleksi kumbang sungut panjang dilakukan sebanyak 3 kali hari ke-3, hari ke-7 dan hari ke-11 setelah pemasangan perangkap Artocarp perangkap daun nangka.

3.3.2. Hand Sorting Method

Metode hand sorting merupakan metode yang dilakukan secara langsung, yaitu dengan cara memperhatikan dan menyortir kumbang sungut panjang yang dikoleksi pada tiga lokasi penelitian. Metode ini dilakukan pada pohon yang dijadikan tempat pemasangan perangkap Artocarpus perangkap daun nangka. Kumbang sungut panjang yang dikoleksi dimasukkan ke dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70. Perwakilan kumbang sungut panjang yang telah dibius menggunakan alkohol 70 dicatat spesies dan jumlah individunya dan disimpan dalam kertas papilot untuk koleksi kering. Sebelum diidentifikasi, dilakukan proses pinning dan labelling terlebih dahulu mengikuti prosedur standar. Pinning dilakukan dengan cara menusukkan jarum serangga ke bagian elytra sebelah kanan untuk kumbang yang berukuran lebih dari 10 mm. Jarum serangga yang digunakan disesuaikan dengan ukuran tubuh kumbang, semakin besar ukuran tubuh kumbang sungut panjang maka semakin besar jarum yang digunakan. Kumbang yang berukuran kurang dari 10 mm, spesimen ditempelkan pada ujung point kertas segitiga memanjang dengan panjang 8-10 mm dan lebar 3-4 mm. Penggunaan point dilakukan dengan cara menyentuhkan lem perekat pada ujung point kemudian disentuhkan ke bagian abdomen sebelah kiri dengan posisi kepala menghadap ke sebelah kanan. Setelah proses pinning, dilanjutkan dengan proses labelling yang meliputi lokasi, tanggal, bulan, tahun, metode koleksi dan nama kolektor. Selanjutnya spesimen kumbang dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 45 o C selama 1 minggu dan setelah itu dimasukkan ke dalam freezer selama 1 minggu dan kemudian dimasukkan ke dalam ruang koleksi untuk proses identifikasi. Spesimen kumbang sungut panjang diidentifikasi di Laboratorium Entomologi, LIPI Cibinong, berdasarkan Makihara et al., 2002, Makihara et al., 2004 dan diverifikasi dengan spesimen koleksi di Museum Serangga LIPI Cibinong. Semua spesimen kumbang sungut panjang disimpan di Laboratorium Ekologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kumbang sungut panjang yang dikoleksi pada masing-masing plot di masing-masing lokasi penelitian hutan rasamala, hutan pinus dan hutan alam dipetakan dengan menggunakan aplikasi ArcGIS.

3.3.3. Pengamatan Faktor Lingkungan

Pengukuran faktor lingkungan dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh lingkungan terhadap keberadaan kumbang sungut panjang yang dikoleksi. Faktor lingkungan yang diukur antara lain :

a. Faktor Lingkungan

1. Suhu udara C Pengukuran suhu udara diukur dengan menggunakan thermometer yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat pemasangan perangkap pukul 08.00 WIB dan saat pengoleksian kumbang sungut panjang pukul 15.00 WIB. 2. Kelembapan Udara Relatif Pengukuran kelembapan udara relatif diukur dengan menggunakan hygrometer sebanyak 2 kali, yaitu pada saat pemasangan perangkap pukul 08.00 WIB dan saat pengoleksian kumbang sungut panjang pukul 15.00 WIB. 3. Kecepatan Angin ms Pengukuran kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat pemasangan perangkap pukul 08.00 WIB dan saat pengoleksian kumbang sungut panjang pukul 15.00 WIB. 4. Intensitas Cahaya klux Pengukuran intensitas cahaya diukur dengan menggunakan lux meter yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat pemasangan perangkap pukul 08.00 WIB dan saat pengoleksian kumbang sungut panjang pukul 15.00 WIB.

b. Titik Koordinat

Penentuan titik koordinat dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System GPS. Pengambilan titik koordinat dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat pemasangan perangkap dan koleksi kumbang sungut panjang. Pengambilan data koordinat ini dilakukan pada jarak 2 meter dari titik pemasangan perangkap.

3.4. Analisis Data

3.4.1. Indeks Keanekaragaman Jenis

Indeks ini digunakan untuk mengukur karakteristik dari komunitas pada suatu lokasi pada waktu tertentu. Menurut Fachrul 2006, tinggi atau rendahnya tingkat keanekaragaman suatu komunitas dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener. Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener menurut Magurran 2004 sebagai berikut : H’ = -∑ Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener s = Jumlah jenis spesies ni = jumlah total individu spesies N = jumlah individu seluruhnya Pi = = Proporsi jumlah total individu tiap jenis Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefinisikan sebagai berikut : a. Nilai H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies transek adalah melimpah tinggi; b. Nilai H’ ≤ H’ ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedang; c. Nilai H’ 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah.

3.4.2. Indeks Kemerataan Jenis

Indeks kemerataan spesies kumbang pada suatu habitat dihitung dengan menggunakan formulasi Pielou Krebs, 1972 : E = Keterangan : E = Indeks Kemerataan jenis H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener S = Jumlah keseluruhan dari spesies Dengan ketentuan penilaian sebagai berikut : jika E 0,4 maka keseragaman spesies rendah; jika 0,4 E 0,6 maka keseragaman spesies sedang; jika E 0,6 maka keseragaman spesies tinggi.

3.4.3. Indeks Similaritas IS

Kesamaan kumbang antar lokasi dianalisis dengan menggunakan Indeks kesamaan spesies Sorensen Fachrul, 2006 : Keterangan : IS = Indeks similaritas spesies C = Jumlah spesies kumbang pada habitat A dan B A = Jumlah spesies kumbang habitat A B = Jumlah spesies kumbang habitat B Nilai indeks kesamaan dibagi dalam dua kriteria yaitu jika nilai indeks 50, berarti kesamaan spesies tinggi pada kedua habitat dan jika nilai indeks kesamaan 50 berarti kesamaan spesies rendah. Jika Indeks Kesamaan suatu spesies habitat diketahui, maka dapat dicari pula Indeks Ketidaksamaannya Indeks Dissimilarity = IDS. Indeks Kesamaan dan Indeks Ketidaksamaan antara lain dapat dipakai untuk menyusun matriks Indeks Kesamaan dan Indeks Ketidaksamaan dengan rumus : Keterangan: IDS = Indeks Dissimilaritas IS = Indeks Kesamaan Sorensen

3.4.4. Pola Sebaran

Pola sebaran diketahui dengan menggunakan indeks morisita Fowler dan Cohen, 1990 : S 2 = ∑ Keterangan : S 2 = variansi Xi = jumlah individu tiap plot X = rata-rata jumlah individu semua plot n = banyak plot Dengan ketentuan penilaian sebagai berikut : jika S 2 1 maka pola sebaran seragam; jika S 2 = 1 maka pola sebaran acak; jika S 2 1 maka pola sebaran berkelompok. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut data GHSNPMP-JICA 2007, Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS secara geografis berada pada koordinat S : 0,6 o 41’24,8” E : 106 o 41’52,1” dengan ketinggian berkisar antara 500 m dpl sampai 1.800 m dpl. Variasi curah hujan rata-rata di wilayah ini berkisar antara 4.000 mm sampai 6.000 mmtahun, bulan Oktober-April merupakan musim hujan dengan curah hujan antara 400 mm – 600 mmbulan, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei-September dengan curah hujan sekitar 200 mmbulan. Suhu udara rata-rata bulanan 31,5 o C dengan suhu terendah 19,7 o C dan suhu tertinggi 31,8 o C. Kelembapan udara relatif rata-rata 88. Berdasarkan kondisi di atas, maka kawasan TNGHS merupakan suatu kawasan yang memiliki potensi yang cukup baik sebagai habitat dari berbagai flora dan fauna, salah satunya kumbang sungut panjang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Juni-Juli 2014 di tiga lokasi penelitian Resort Salak 2 – TNGHS, jumlah koleksi kumbang sungut panjang pada kawasan ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah koleksi yang dilakukan di kawasan Citiis dan Cidahu oleh Noerdjito 2009 dan 2010. Jumlah koleksi kumbang sungut panjang yang dikoleksi di Gunung Bunder, Resort Salak 2 – Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS berjumlah 126 individu yang termasuk ke dalam 15 spesies, sedangkan jumlah individu di kawasan Citiis dan Cidahu terdiri dari 729 individu yang termasuk ke