Hand Sorting Method Metode Penelitian

3.3.3. Pengamatan Faktor Lingkungan

Pengukuran faktor lingkungan dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh lingkungan terhadap keberadaan kumbang sungut panjang yang dikoleksi. Faktor lingkungan yang diukur antara lain :

a. Faktor Lingkungan

1. Suhu udara C Pengukuran suhu udara diukur dengan menggunakan thermometer yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat pemasangan perangkap pukul 08.00 WIB dan saat pengoleksian kumbang sungut panjang pukul 15.00 WIB. 2. Kelembapan Udara Relatif Pengukuran kelembapan udara relatif diukur dengan menggunakan hygrometer sebanyak 2 kali, yaitu pada saat pemasangan perangkap pukul 08.00 WIB dan saat pengoleksian kumbang sungut panjang pukul 15.00 WIB. 3. Kecepatan Angin ms Pengukuran kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat pemasangan perangkap pukul 08.00 WIB dan saat pengoleksian kumbang sungut panjang pukul 15.00 WIB. 4. Intensitas Cahaya klux Pengukuran intensitas cahaya diukur dengan menggunakan lux meter yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat pemasangan perangkap pukul 08.00 WIB dan saat pengoleksian kumbang sungut panjang pukul 15.00 WIB.

b. Titik Koordinat

Penentuan titik koordinat dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System GPS. Pengambilan titik koordinat dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat pemasangan perangkap dan koleksi kumbang sungut panjang. Pengambilan data koordinat ini dilakukan pada jarak 2 meter dari titik pemasangan perangkap.

3.4. Analisis Data

3.4.1. Indeks Keanekaragaman Jenis

Indeks ini digunakan untuk mengukur karakteristik dari komunitas pada suatu lokasi pada waktu tertentu. Menurut Fachrul 2006, tinggi atau rendahnya tingkat keanekaragaman suatu komunitas dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener. Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener menurut Magurran 2004 sebagai berikut : H’ = -∑ Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener s = Jumlah jenis spesies ni = jumlah total individu spesies N = jumlah individu seluruhnya Pi = = Proporsi jumlah total individu tiap jenis Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefinisikan sebagai berikut : a. Nilai H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies transek adalah melimpah tinggi; b. Nilai H’ ≤ H’ ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedang; c. Nilai H’ 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah.

3.4.2. Indeks Kemerataan Jenis

Indeks kemerataan spesies kumbang pada suatu habitat dihitung dengan menggunakan formulasi Pielou Krebs, 1972 : E = Keterangan : E = Indeks Kemerataan jenis H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener S = Jumlah keseluruhan dari spesies Dengan ketentuan penilaian sebagai berikut : jika E 0,4 maka keseragaman spesies rendah; jika 0,4 E 0,6 maka keseragaman spesies sedang; jika E 0,6 maka keseragaman spesies tinggi.

3.4.3. Indeks Similaritas IS

Kesamaan kumbang antar lokasi dianalisis dengan menggunakan Indeks kesamaan spesies Sorensen Fachrul, 2006 : Keterangan : IS = Indeks similaritas spesies C = Jumlah spesies kumbang pada habitat A dan B A = Jumlah spesies kumbang habitat A B = Jumlah spesies kumbang habitat B Nilai indeks kesamaan dibagi dalam dua kriteria yaitu jika nilai indeks 50, berarti kesamaan spesies tinggi pada kedua habitat dan jika nilai indeks kesamaan 50 berarti kesamaan spesies rendah. Jika Indeks Kesamaan suatu spesies habitat diketahui, maka dapat dicari pula Indeks Ketidaksamaannya Indeks Dissimilarity = IDS. Indeks Kesamaan dan Indeks Ketidaksamaan antara lain dapat dipakai untuk menyusun matriks Indeks Kesamaan dan Indeks Ketidaksamaan dengan rumus : Keterangan: IDS = Indeks Dissimilaritas IS = Indeks Kesamaan Sorensen

3.4.4. Pola Sebaran

Pola sebaran diketahui dengan menggunakan indeks morisita Fowler dan Cohen, 1990 : S 2 = ∑ Keterangan : S 2 = variansi Xi = jumlah individu tiap plot X = rata-rata jumlah individu semua plot n = banyak plot Dengan ketentuan penilaian sebagai berikut : jika S 2 1 maka pola sebaran seragam; jika S 2 = 1 maka pola sebaran acak; jika S 2 1 maka pola sebaran berkelompok.