Pengaruh Jerami, Paket Pemupukan dan Kombinasinya terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi

Penambahan bahan organik sangat diperlukan pada tanah masam, hal ini ditunjukkan pertumbuhan dan produksi, serta serapan N, P dan K yang lebih tinggi dengan pemberian jerami pada perlakuan J3. Tanah masam membutuhkan masukan hara untuk meningkatkan kesuburannya. Diedorlf et. al. 2001 menyebutkan setidaknya ada tiga fungsi utama dari bahan organik dalam tanah yakni sebagai penyimpan dan sumber hara N, P, S dan hara mikro; berkontribusi terhadap kapasitas penjerapan hara kation Ca, Mg dan K; dan sumber energi bagi bagi mikroba tanah. Pada lahan masam dari grup inceptisol liat berdebu peranan pupuk KCl yang diberikan pada tanah sawah mineral masam dapat digantikan dengan jerami padi hasil panen Al Jabri dan Tafakresnanto, 2008 dan Al Jabri, 2008. Oleh sebab itu tanpa pemberian pupuk KCl, tanaman mampu berproduksi lebih tinggi, selain karena tanah sudah mengandung K yang tinggi diduga sumbangan K diperoleh dari peruraian jerami.

2. Pengaruh Jerami, Paket Pemupukan dan Kombinasinya terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi

Perlakuan jerami tidak nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, LAB, LTR, serapan N dan K, dengan kecendrungan menunjukkan J 3 dan J 2 menghasilkan rataan tertinggi. Selanjutnya jerami meningkatkan serapan P pada 6 MST. Serapan P yang meningkat diduga disebabkan oleh asam asam organik yang dihasilkan oleh proses dekomposisi jerami mampu mengkelat sebahagian Al dan Fe sehingga P yang dilepaskan tersedia dalam tanah kemudian dapat diserap tanaman. Universitas Sumatera Utara Pengaruh jerami yang tidak nyata terhadap pertumbuhan vegetatif diduga karena proses dekomposisi yang belum sempurna. Pengukuran vegetatif terjadi di awal pertumbuhan sehingga pengaruh jerami belum terjadi. Parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, dan LTR pada perlakuan P 5 PuPS menghasilkan rataan tertinggi, walaupun jumlah hara yang diberikan pada P 5 lebih sedikit dibanding paket pemupukan lainnya, tetapi aplikasi N yang lebih sering empat kali yaitu pada umur 3, 23 – 28, 36 – 45 dan 61 – 65 hari setelah tanam HST, dibanding paket lainnya yang hanya 3 kali umur 3, 20 – 25 dan 35 – 40 HST kemungkinan perlakuan P 5 Pemupukan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, LAB, LTR dan serapan N 6 MST tetapi tidak nyata pengaruhnya terhadap serapan P dan K 6 MST. Pemberian pupuk kimia adalah pemberian hara yang mudah tersedia dengan kandungan hara yang lebih tinggi dibanding bahan organik pada takaran yang sama sehingga pengruhnya mudah terlihat. Tingginya dosis pupuk belum tentu menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Selain dosis, tepat cara dan waktu pemberian juga sangat menentukan efektifitas suatu pupuk. lebih sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dartius 2002 menyebutkan nilai luas daun tanaman sebagai dasar dalam pengukuran LTR dan LAB selain dipengaruhi oleh varitas dan stadia tumbuh juga dipengaruhi oleh status nutrisi. Ketersediaan N yang cukup pada masa pertumbuhan vegetatif sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk LAB dan serapan N paket pemupukan P 1 lebih tinggi pengaruhnya dibanding paket lain. Hal ini dapat dimaklumi karena pemberian pupuk N tertinggi dosisnya pada P 1 , semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan akan semakin tinggi diserap oleh tanaman. Universitas Sumatera Utara Kombinasi perlakuan jerami dan paket pemupukan nyata berpengaruh terhadap tinggi tanaman J 3 P 5 , LAB J P 2 , serapan N J 3 P 1 dan serapan K J 3 P 2 dan J 3 P 1 Arafah dan Sirappa, 2003, menyebutkan bahwa penggunaan pupuk organik yang bersumber dari jerami pada musim tanam pertama belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, namun ada kecenderungan pertumbuhan dan hasil tanaman yang menggunakan bahan organik lebih tinggi dibanding tanpa pupuk organik baik secara tunggal maupun interaksinya dengan pupuk N, P, dan K tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan, LTR, dan serapan P. pengaruh yang tidak nyata ini dapat disebabkan oleh pengukuran pertumbuhan yang dilakukan pada awal pertumbuhan pada saat dekomposisi jerami baru mulai dan hal ini menunjukkan jerami yang diberikan belum mengalami pelapukan yang sempurna. Pengaruh bahan organik pada tanaman akan terlihat jika telah terjadi dekomposisi sempurna. Implementasi peningkatan produktivitas padi melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu PTT salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah penambahan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah Purwanto, 2008. Pemberian jerami pada tanah masam meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi. Hal ini karena bahan organik memiliki kemampuan dalam memperbaiki sifat tanah, baik fisik, kimia maupun biologi. Harahap 2008, menyatakan bahwa pengelolaan jerami dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, selanjutnya menurut Universitas Sumatera Utara Suhartatik et. al. 1999 bahwa bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation KTK tanah, meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan hara sehingga penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas padi 0,5 – 1.0 tha Suhendra, 2008. Hasil analisis jerami pada beberapa tempat di Jawa Barat dan Bali menunjukkan bahwa jerami padi mengandung hara K antara 1,75 - 1,92 . Berdasarkan penelitian Harahap 2008 pada hamparan lahan yang sama, analisis jaringan jerami mengandung C-organik 41,68 , N-total 1,13 , P 0,10 dan K 1,90 dan CN 36,88. Jerami sebagai bahan organik merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, sehingga mikroorganisme berkembang dengan pesat dalam tanah. Akibatnya aktivitas yang meningkat akan menghasilkan asam asam organik dan meningkatkan C organik tanah, yang dapat menyebabkan tanah menjadi gembur dan longgar dan hara yang tersimpan dalam jaringan tanaman secara perlahan tersedia bagi tanaman. Kondisi seperti ini akan meningkatkan kemampuan akar dalam menyerap hara dan air. Simarmata dan Yuyun 2008, melaporkan bahwa berdasarkan indikator kesehatan tanah, maka lahan sawah dengan kadar C-organik 2 termasuk kategori “sakit”. Pada kondisi tanah sakit, peningkatan pupuk anorganik tidak akan memberikan kenaikan hasil yang signifikan. Bahkan ada indikasi kenaikan produktivitas padi dengan pemupukan yang intensif sudah mencapai titik jenuh leveling off dan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan kesehatan tanah sawah. Untuk memperbaiki hal ini penggunaan bahan organik pada tanah sawah Universitas Sumatera Utara sangat diperlukan. Menggunakan jerami adalah suatu pilihan tepat karena sudah tersedia di lahan Sembiring, 2008.

3. Pengaruh Jerami, Paket Pemupukan dan Kombinasinya terhadap Produksi Padi