Akbar Tandjung sang Penyelamat Partai Golkar

tentang bagaimana Akbar Tandjung melihat posisi Partai Golkar di bawah kepemimpinan Jusuf Kalla, jawaban yang diberikan cukup mengejutkan. Akbar Tandjung menjawab: “Golkar pada awalnya adalah partai penyeimbang. Tiba-tiba Pak JK Jusuf Kalla terpilih jadi wakil presiden, dan Golkar berubah menjadi partai pendukung pemerintah. Musyawarah Nasional Munas di Bali mengatakan, Golkar adalah partai penyeimbang. Terlepas siapa yang jadi ketua umum, pengurus partai harus mematuhi keputusan Munas. Tapi, nyatanya tidak. Malah orang Golkar tidak melakukan apa- apa.” 11 Dilanjutkan dengan pertanyaan tentang bagaimana pendapat Akbar Tandjung di bawah kepemimpinan Jusuf Kalla, ia melihat Golkar akan seperti apa? Di jawab: Jusuf Kalla sebagai wapres, tidak memiliki waktu yang cukup untuk memimpin partai. Selain mengurus partai, beliau juga harus menjalankan tugas- tugas negara yang terikat dengan protokoler.” 12 “Salah satu terobosan yang dilakukan oleh Partai Golkar, partai yang selama ini dianggap sebagai kendaraan Orde Baru dalam melanggengkan kekuasaan, adalah dengan mengadakan konvensi untuk menjaring masyarakat yang ingin mencalonkan diri menjadi presiden namun tidak terdaftar menjadi anggota atau pengurus partai politik. Dengan kata lain, Golkar menjadi partai pelopor dalam memenuhi keinginan masyarakat yang ingin menyalurkan hasrat politiknya untuk menjadi calon presiden dengan adanya konvensi ini. ” Lanjut dalam hasil wawancara di Majalah Biografi Politik, Akbar Tandjung menyatakan bahwa konvensi akan memberikan kesempatan kepada 11 Majalah Biografi Politik, “Akbar Tandjung; Faktor Penentu Pemilhan Presiden 2009”, Vo. 1, No. 1, Februari 2008, h. 18-19. 12 Majalah Biografi Politik, h. 23. siapapun untuk mencalonkan dirinya menjadi calon presiden. Namun pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Jusuf Kalla yang menyatakan bahwa konvensi itu adalah suatu agenda yang melelahkan, dengan peserta yang beraneka ragam, dengan mengesampingkan latar belakang para calon peserta tersebut. Tentu saja hal ini akan membuka kesempatan bagi siapapun dengan latar belakang apapun untuk mengikuti konvensi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Akbar Tandjung: “Dengan konvensi, akan membuka kesempatan pada siapa saja yang ingin jadi calon presiden. Sekaligus menunjukkan, bahwa Golkar adalah partai terbuka, dan partai pro reformasi. Sebagaimana kita ketahui, Pak Jusuf Kalla mengatakan, konvensi itu melelahkan, dan diikuti berbagai macam orang. Ada pelawak, artis, paranormal, dan pemenang konvensi pun belum tentu menang pada pemilihan presiden.” 13 Saat pertanyaan mengenai kepemimpinan yang dibutuhkan oleh Indonesia, Akbar Tandjung memberikan penjelasan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu mewujudkan cita-cita negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan kehidupan bangsa. Sebagaimana jawaban yang diberikan oleh Akbar Tandjung saat ditanyakan mengenai pandangannya tentang Indonesia dan pemimpin seperti apa yang dibutuhkan Indonesia: “Indonesia adalah negara yang luas dan majemuk. Indonesia harus mempunyai pemimpin yang mampu mengelola negara yang besar ini sehingga memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan bangsa. Dalam konstitusi, bahwa tujuan kita bernegara adalah melindungi segenap dan seluruh tumpah darah bangsa Indonesia, memajukan 13 Majalah Biografi Politik, h. 26 kesejahteraan umum dan kehidupan bangsa. Dalam konteks itu, masyarakat membutuhkan pemimpin yang sanggup mewujudkan tujuan itu. Dari segi kapabilitas, kita membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada. Kita juga butuh pemimpin yang mampu mendayagunakan potensi alam dalam mengatasi kemiskinan, termasuk mampu mengolah potensi nasional lain sehingga mampu memberi nilai tambah.” 14 Dalam memimpin Partai Golkar, Akbar Tandjung menerapkan prinsip- prinsip kepemimpinan yang moderat dan senantiasa berupaya untuk menjembatani berbagai perbedaan dan kepentingan yang ada, serta mengedepankan tercapainya konsensus. Berbagai pihak biasanya mengaitkan gaya kepemimpinan Akbar Tandjung dengan gaya kepemimpinan yang didasari oleh budaya politik Jawa. 15 Jika dikaitkan dengan landasan teori pada bab sebelumnya, maka tipe gaya kepemimpinan Akbar Tandjung ini lebih cenderung bersifat paternalistik, dengan mengedepankan sopan santun dan norma ala budaya Jawa.

B. Kepemimpinan Politik Jusuf Kalla

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis dan Egaliter

Sosok Jusuf Kalla bisa dikatakan merupakan sosok yang cukup fenomenal di dalam dunia perpolitikan Indonesia. Terlebih saat Jusuf Kalla menjadi wakil presiden Republik Indonesia periode 2004-2009, mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Permulaan fenomena pasangan ini dimulai saat 14 Biografi Politik, h. 30. 15 Akbar Tandjung, The Golkar Way, h. 123.