Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
mampu dengan cepat berintrospeksi dan berkonsolidasi yang akhirnya memenangkan kembali pemilihan umum 2004.
Pasca kepemimpinan Akbar Tandjung di Partai Golkar selama satu periode 1999-2004, nahkoda Partai Golkar digantikan oleh Jusuf Kalla pada
Munas VII melalui kongres Golkar di Bali 28-30 Nopember 2004.
7
Gaya kepemimpinan Jusuf Kalla tentu sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan
Akbar Tandjung. Akbar adalah seorang politisi tulen, sedangkan Jusuf Kalla adalah pengusaha. Keluarganya adalah pengusaha yang tumbuh dari bawah
dan hidup dengan penuh kesulitan. Darah dan adat Bugis sangat kuat melekat dalam diri Jusuf Kalla. Dalam pergaulan dikenal hangat, berbicara terbuka
dan tidak jarang sebagaimana kebiasaan orang Sulawesi Selatan, eksplosif. Dalam kepemimpinan, Jusuf Kalla lebih mengutamakan hal-hal yang
sifatnya teknis, karena latar belakang yang dimilikinya adalah pengusaha. Namun, sebagai salah satu syarat untuk menjadi pemimpin, kemampuan yang
lebih dibutuhkan adalah kemampuan untuk mensinergikan kekekuatan- kekuatan di bawah kepemimpinannya itu supaya dapat melangkah seirama
dan sejalan. Setiap kali beliau ditanya mengenai sesuatu, beliau dengan jelas menjawab dan mengatakan tentang penyelesaiannya yang begitu gamblang,
sampai masuk ke dalam level teknis. Gaya kepemimpinan Jusuf Kalla yang cenderung pragmatis bukan
berarti tanpa resiko. Bahkan pendahulunya Akbar Tandjung sempat mengkritik gaya kepemimpinan Jusuf Kalla di Partai Golkar yang
7
Slamet Hariyanto, “ Pemerintah Dicurigai Intervensi Kongres Parpol,” artikel diakses pada tanggal 18 Mei 2011.
5
disampaikan, ketika menjawab ujian doktoral di Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.
8
Kritik Akbar Tandjung terhadap gaya kepemimpinan Jusuf Kalla adalah sebagai berikut:
“Kepemimpinan Jusuf Kalla yang hanya berorientasi pada kekuasaan jangka pendek tanpa memperhatikan tiga hal penting dalam
memimpin partai yaitu memperkuat kelembagaan partai, intensitas konsolidasi partai dan rekrutmen untuk mencari kader-kader terbaik.
“Itulah bedanya kepemimpinan partai di bawah saudagar dengan kepemimpinan partai oleh politisi pejuang. Saya ini politisi pejuang
yang tentunya mempunyai cita- cita untuk membesarkan partai,” kata
Akbar Tandjung sambil menambahkan saudagar yang memimpin partai juga cenderung berpikir singkat menganggap implikasi dari
langkah yang diambil belakangan”.
9
Seorang pemimpin mempunyai gaya kepemimpinannya masing-
masing. Begitu pula dengan gaya Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla, gaya kepemimpinan melekat pada diri seseorang yang dibentuk dari proses panjang
berdasarkan lingkungan tempat ia lahir dan dibesarkan, latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan teman, lingkungan kerja, nilai-nilai yang
diemban, serta pengaruh-pengaruh lainnya.
10
Pemimpin merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah organisasi. Pemimpin atau kepemimpinan merupakan kekuatan penggerak
organisasi.
11
Arah dan tujuan organisasi, amat sangat dipengaruhi oleh gaya
8
Dalam sidang terbuka yang dihadiri tiga Menteri Kabinet, yaitu Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Menteri Perekonomian Boediono, Menteri Hukum dan Ham Andi Matalatta. Selain
dihadiri oleh Menteri, juga dihadiri oleh Ketua Umum yakni Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Ketua BPK Anwar Nasution, dan Sekjen
PDIP Pramono Anung.
9
“Kecam Kepemimpinan Jusuf Kalla,” Sinar harapan 1 September 2007, h. 2.
10
Mar’ie Muhammad, “Gaya Kepemimpinan SBY-JK” Majalah Bisnis Indonesia, 11
Oktober 2004, h. 17.
11
Sartono Kartodirdjo, Kepemimpinan Dalam Dimensi Sosial, Jakarta: LP3ES, 1984, h. v.
6
kepemimpinan. Pemimpin memegang kendali yang cukup signifikan dalam setiap kebijakan yang hendak dikeluarkan tentang suatu permasalahan.
Dari latar belakang di atas, penulis mempunyai ketertarikan untuk melakukan penelitian dan pengkajian terhadap gaya kepemimpinan dua tokoh
tersebut dalam membawa Partai Golkar, yaitu Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla. Karena pada saat itu, di bawah kepemimpinan Akbar Tandjung dan
Jusuf Kalla Partai Golkar merupakan partai yang sangat berpengaruh dalam dinamika politik nasional.