kabupatenkota, provinsi, baru kemudian berkiprah di tingkat nasional. Dengan  demikian,  maka  proses  kadirisasi  akan  terus  berlanjut  dan
berjenjang,  sesuai  dengan  kapasitas  dan  kemampuan  masing-masing kader. Kalau tidak begitu, maka akan terjadi kecemburuan antar kader
dan proses kaderisasi akan berlangsung tidak kontinyu dan amburadul.
24
Sebagai  sebuah  partai  yang  tidak  baru,  proses  kaderisasi  di  dalam Partai  Golkar  sudah  berlangsung  cukup  lama  dan  stabil.  Berbeda  dengan
partai-partai baru yang membutuhkan pola rekruitmen dan pengkaderan yang harus terus dipelihara, dalam Partai Golkar proses tersebut sudah mapan.
C. Pengaruh Kepemimpinan Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla
Berdasarkan  kajian  yang  telah  penulis  lakukan,  baik  melalui  penelusuran literatur  maupun  wawancara dengan nara sumber,  ada  beberapa  benang  merah  yang
dapat  ditarik  dari  pembahasan  ini.  Meskipun  tidak  dapat  dipungkiri  bahwa  masing- masing individu  memiliki karakter  maupun  ciri-ciri  tersendiri, dalam  hal  memimpin
suatu  organisasi  atau  partai  politik,  komitmen  dan  integritas  tidak  dapat  diabaikan begitu  saja.  Demikian  juga  dengan  gaya  kepemimpinan,  satu  pemimpin  dengan
pemimpin lainnya sangat mungkin untuk berbeda. Dalam  menahdokai  Partai  Golkar,  Akbar  Tandjung  dan  Jusuf  Kalla  menurut
hemat  penulis,  masing-masing  memberikan  warna  tersendiri.  Pada  masa kepemimpinan  Akbar  Tandjung,  harus  diakui  bahwa  Partai  Golkar  berhasil  keluar
dari krisis politik pada era transisi di masa reformasi. Berbagai strategi dan terobosan
24
Wawancara  pribadi  dengan  Jusuf  Kalla,  Kantor  Kalla  Group,  Jakarta,  tanggal  10 September 2011 Pukul 10.15 WIB
yang  ada  pada  masa  kepemimpinannya,  membuat  Partai  Golkar  tetap  bertahan  dan memberikan sumbangsih terhadap Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang
terjadi di Partai Golkar itu sendiri, di mana sebelumnya Golkar dianggap sebagai alat penguasa dalam melanggengkan kekuasaan, antikritik, eksklusif, menjadi partai yang
demokratis, terbuka, dan mendengar kritik yang ada. Hasil  kerja  keras  Akbar  Tandjung  saat  menjadi  ketua  umum  Partai  Golkar
dapat  dilihat  dari  keberhasilan  Golkar  dalam  memenangkan  pemilu  legislatif  2004, meskipun jumlah suara yang diperoleh menurun. Ini adalah sebuah prestasi tersendiri,
mengingat buruknya citra Golkar di mata masyarakat. Selain itu, masih dipercayanya beberapa  kader  Golkar  untuk  mengisi  jabatan-jabatan  penting  di  pemerintahan,  juga
bisa  dijadikan  ukuran  bagaimana  Partai  Golkar  tetap  bertahan  di  tengah-tengah kecaman dan desakan dari banyak kalangan untuk bubar.
Sedangkan dalam era kepemimpinan Jusuf Kalla, bisa dikatakan Partai Golkar sudah melewati masa-masa kritis  menuju masa-masa konsolidasi. Citra Golkar  yang
buruk sedikit demi sedikit bisa dikikis dengan gaya kepemimpinan Jusuf Kalla yang progresif, jujur, dan blak-blakan. Meskipun merangkap menjadi wakil presiden, Jusuf
Kalla mampu untuk meluangkan waktu menjalankan roda organisasi di Partai Golkar.
64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  pembahasan  yang  telah  penulis  lakukan,  dapat disimpulkan  bahwa  persamaan  kepemimpinan  antara  Jusuf  Kalla  dan  Akbar
Tandjung dalam tubuh Partai Golkar antara lain adalah kedua mantan ketua umum tersebut  berjuang  mempertahankan  nama  baik  Partai  Golkar  di  tengah-tengah
kondisi  masyarakat  yang  memberikan  stigma  buruk  terhadap  partai  berlambang pohon  beringin  tersebut.  Kondisi  Partai  Golkar  pasca  reformasi  membutuhkan
seorang pemimpin yang luar biasa dalam mengendalikan organisasi. Adapun  perbedaan  gaya  kepemimpinan  antara  keduanya  adalah  dalam
menjalankan  roda  organisasi,  terletak  pada  gaya  kepemimpinan.  Kepemimpinan Akbar Tandjung di dalam Partai Golkar lebih cenderung bersifat paternalistik. Hal
ini  terlihat  dari  bagaimana  Akbar  Tandjung  mengambil  keputusan  mengenai kebijakan  Partai  Golkar  yang  mengutamakan  keselarasan  antar  sesama  pengurus
dengan banyak melibatkan para senior untuk mendapatkan pengarahan. Partai  Golkar  di  bawah  kepemimpinan  Akbar  Tandjung  mampu  bertahan
di  tengah-tengah  tuntutan  reformasi,  termasuk  tuntutan  sebagian  kalangan  yang menginginkan  pembubaran  Partai  Golkar.  Selain  itu,  di  bawah  kepemimpinan
Akbar Tandjung,
Partai Golkar
masih mendapatkan
tempat dalam