Karier Politik Jusuf Kalla di Partai Golkar
                                                                                maka  menjadi  pengurus  partai  politik  adalah  salah  satu  cara  yang  bisa ditempuh  oleh  para  aktivitis  yang  ingin  memperjuangkan  aspirasi  rakyat
dengan  terjun  langsung  di  dalam  kehidupan  politik.  Menjadi  anggota  dewan maupun pejabat eksekutif adalah bagian dari peran politik yang harus diambil
oleh mereka yang peduli terhadap rakyat. Tanpa terlibat langsung, sangat sulit untuk
menyampaikan keinginan
dan aspirasi
masyarakat banyak.
Sebagaimana yang diungkapkan beliau kepada penulis: “Jika ada pertanyaan tentang motivasi saya menjadi ketua umum Partai
Golkar,  saya  bisa  menjawab  bahwa  hal  tersebut  sudah  merupakan insting  aktivis  atau  politisi.  Karena  dengan  berada  di  tengah-tengah
lapangan,  baik  di  legislatif  maupun  eksekutif,  perjuangan  untuk menyampaikan  aspirasi  masyarakat  lebih  terbuka,  jika  dibandingkan
dengan berada di luarnya. Kalau dulu ketika mahasiswa saya berusaha memperjuangkan  aspirasi  masyarakat  dengan  turun  ke  jalan  atau
demonstrasi, maka sekarang jalurnya adalah melalui sistem itu sendiri. Menjadi  ketua partai  politik,  bisa  saya  artikan sebagai  salah satu cara
untuk berjuang.”
1
Lebih lanjut Akbar Tandjung memberikan penjelasan tentang perannya
sebagai  ketua  umum  Partai  Golkar.  Pada  posisi  ini,  menurutnya  pikiran  dan tenaga  yang  dibutuhkan  lebih  besar  jika  dibandingkan  saat  masih  menjadi
pengurus  harian  atau  pengurus  departemen  tertentu  dalam  partai.  Untuk  itu dirinya  menyatakan  bahwa  diperlukan  startegi-strategi  khusus  dalam
menyelamatkan  Partai  Golkar  dari  citra  buruk  yang  terlanjur  ada  di  benak masyarakat.  Salah  satunya  adalah  dengan  cara  memberikan  gagasan  baru
dalam hidup berdemokrasi. Misalnya dengan adanya konvensi di dalam Partai Golkar.  Meskipun  cara  ini  cukup  lama  dan  melelahkan,  menurutnya  hal
1
Wawancara pribadi dengan Akbar Tandjung bertempat di kantor Akbar Tandjung Institute, Jakarta 22 September 2011 pukul 11.15 WIB
tersebut tidak menjadi alasan untuk  menaikkan citra Partai Golkar di tengah- tengah masyarakat. Seperti yang dituturkan Akbar Tandjung kepada penulis:
“Jadi  ketua  umum  itu  perlu  tenaga  dan  pikiran  yang  lebih.  Berbeda kalau  kita  masih  menjabat  pengurus  harian  atau  departemen  tertentu,
seperti departemen kaderisasi misalnya. Apalagi menjadi ketua umum Partai  Golkar,  yang  sudah  terlanjur  mendapat  stigma  negatif  di
masyarakat  karena  dianggap  sebagai  warisan  dari  Orde  Baru  yang otoriter. Di sini saya berusaha untuk memperjuangkan bagaimana bisa
menaikkan  citra  Partai  Golkar,  agar  mendapat  tempat  lagi  di  hati masyarakat.  Salah  satu  strategi  yang  saya  tempuh  adalah  dengan
membuat  suatu  terobosan  breaktrough  dalam  hidup  berdemokrasi. Konvensi adalah wujud riilnya. Ini memang melelahkan, membutuhan
banyak biaya, serta perlu waktu yang tidak sebentar. Tapi konsekuensi
tersebut  harus  diambil,  mengingat  kondisi  yang  ada.  Slogan  “Golkar Baru”  harus  benar-benar  terimplementasikan,  bukan  hanya  sekedar
bualan  semata.  Nanti  kalau  tidak  ada  realisasinya,  maka  anggapan bahwa  politisi  hanya  sekedar  berkata  tanpa  berbuat  akan  semakin
mengakar di benak masyarakat.”
2
Meskipun  hasil  konvensi  tersebut  tidak  memenangkan  pemilihan
umum tahun 2004, apresiasi terhadap terobosan Partai Golkar patut diberikan. Mengingat  kultur  partai  politik  yang  belum  begitu  transparan  dalam
mekanisme  pengkaderan  dan  pencalonan,  maka  Partai  Golkar  memberikan angin  segar  bagi  demokratisasi  di  Indonesia.  Hasil  dari  konvensi  yang
dilakukan  Partai  Golkar  tersebut,  oleh  Harmoko  dinilai  positif.  Setidaknya Partai Golkar mendapatkan porsi publikasi yang cukup banyak. Media massa
mau  tidak  mau  harus  memberi  perhatian  terhadap  semua  tahapan  konvensi yang berjalan.
3
2
Wawancara pribadi dengan Akbar Tandjung bertempat di kantor Akbar Tandjung Institute, Jakarta 22 September 2011 pukul 11.15 WIB
3
Harmoko,  Quo  Vadis  Golkar:  Mencari  Presiden  Pilihan  Rakyat,  Jakarta:  Kintamani Publishing, 2009, h. 201.
Saat  penulis  menanyakan  tentang  strategi  atau  kiat  yang  dipakai  oleh Akbar  Tandjung  dalam  memimpin  sebuah  oraganisasi  besar  seperti  Partai
Golkar,  ia  menjelaskan  bahwa  dengan  jelas  tentang  kiat-kiat  tersebut.  Salah satunya  adalah  dengan  tetap  menjaga  keharmonisan  dan  keutuhan  organisasi
dengan meminimalisir konflik antar anggota. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini jawaban yang diberikan kepada penulis:
“Ini  yang  menarik.  Dinamika  yang  terjadi  di  tubuh  Partai  Golkar membutuhkan  kemampuan  dan  kapasitas  yang  luar  biasanya  dari
pemimpin  atau  ketua  umumnya.  Ketika  saya  menjadi  ketua  umum Partai Golkar, saya berusaha untuk menjaga keharmonisan antar kader
partai  dengan  mengedepankan  persatuan  dan  keutuhan  partai.  Saya berusaha  meminimalisir  konflik  di  dalam  tubuh  partai,  dengan  tetap
mempertahankan  daya  kritis.  Selain  itu,  untuk  kasus-kasus  tertentu, saya  tidak  segan-segan  untuk  meminta  masukan  atau  nasihat  dari
dewan Pembina partai maupun dari tokoh-tokoh senior partai. Dengan demikian,  apa  yang  menjadi  keputusan  saya  dalam  organisasi,  saya
peroleh tidak saja berasal dari pemikiran saya pribadi, melainkan juga hasil  dari  sharing  atau  konsultasi  dengan  pihak-pihak  yang  lebih
berpengalaman.
”
4
Lebih  lanjut,  penulis  mencari  tahu  tentang  aktivitas  Akbar  Tandjung dalam  rangka  untuk  menjaga  keharmonisan  kader-kader  yang  ada  di  daerah.
Dari  jawaban  yang  diberikan,  Akbar  Tandjung  mengaku  bahwa  dirinya berusaha  untuk  menyempatkan  diri  melakukan  kunjungan  ke  pengurus-
pengurus di daerah untuk menyerap aspirasi mereka. Selain itu, kunjungan ke daerah  dilakukan  untuk  mengetahui  problematika  kader-kader  yang  ada  di
daerah. Seperti yang diungkapkan kepada penulis: “Untuk  menjaga  keharmonisan  dan keutuhan partai,  saya juga sering
melakukan  kunjungan-kunjungan  ke  pengurus-pengurus  pronvinsi
4
Wawancara pribadi dengan Akbar Tandjung bertempat di kantor Akbar Tandjung Institute, Jakarta 22 September 2011 pukul 11.15 WIB
                                            
                