Analisis Multivariat HASIL PENELITIAN

Marni Siregar : Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Tapanuli Utara Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 131

4.4. Analisis Multivariat

Analisis multivariate dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen secara bersamaan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda multiple logistic regression untuk mencari faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara melalui beberapa langkah yaitu : 1. Melakukan analisa pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan untuk mengestimasi peranan variabel masing-masing. 2. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan dalam model. Variabel yang dipilih sebagai kandidat atau yang dianggap signifikan yaitu variabel yang telah diuji melalui uji Chi Square dan mempunyai nilai kemaknaan p0,05. 3. Selanjutnya dilakukan pengujian secara bersamaan dengan metode enter untuk mengidentifikasi faktor paling berpengaruh yang berpengaruh terhadap kinerja perawat. 4. Pada uji regresi logistik berganda tahap pertama dipilih nilai signifikan p kurang dari 0,25 p0,25. Penggunaan kemaknaan statistik 0,25 untuk memungkinkan variabel-variabel yang secara terselubung sesungguhnya penting dimasukkan ke dalam model multivariat. Jika pada tahap pertama masih ditemukan variabel yang mempunyai nilai p0,25 maka dilakukan uji logistik tahap kedua dengan hanya menguji variabel dengan nilai p0,05. Marni Siregar : Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Tapanuli Utara Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 132 Dalam penelitian ini terdapat 6 variabel yang diduga berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana yaitu prestasi, tanggung jawab, pengembangan, kondisi kerja, pengakuan, dan pendapatan. Tahap selanjutnya keenam variabel ini dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan analisis multivariate dengan uji regresi logistik. Analisis multivariate bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana. Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dimasukkan secara bersama-sama, kemudian variabel yang memiliki nilai p-value 0,25 akan dikeluarkan secara bertahap backward selection seperti terlihat pada Tabel 4.22. Tabel 4.22. Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Pertama Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 Variabel B p Exp β Prestasi Tanggung Jawab Pengembangan Kondisi Kerja Pengakuan Pendapatan Konstanta 3,483 -1,220 1,155 1,463 1,515 0,359 -9,817 0,001 0,295 0,151 0,115 0,060 0,634 0,000 32,567 0,295 3,175 4,318 4,552 1,431 0,000 = Dikeluarkan secara bertahap Setelah dikeluarkan variabel dengan nilai p 0,25 secara bertahap, maka didapatkan 4 variabel yang masuk sebagai kandidat model pada tahap kedua yaitu prestasi, pengembangan, kondisi kerja, dan pengakuan. Berdasarkan hasil uji Marni Siregar : Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Tapanuli Utara Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 133 logistik tahap kedua, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana dengan α0,05 adalah prestasi dan pengakuan. Sedangkan variabel pengembangan dan kondisi kerja tidak signifikan α0,05. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.23. Tabel 4.23. Uji Regresi Logistik Tahap Kedua Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 Variabel B p Exp β Prestasi Pengembangan Kondisi Kerja Pengakuan Konstanta 2,943 0,973 0,997 1,563 -9,336 0,000 0,206 0,209 0,049 0,000 18,978 2,647 2,710 4,771 0,000 = Dikeluarkan secara bertahap Dari pemodelan tahap kedua diperoleh variabel yang berpengaruh signifikan p0,05 yaitu variabel prestasi p=0,000 dan pengakuan p=0,049. Selanjutnya dilakukan pemodelan tahap ketiga dengan memasukkan variabel prestasi dan pengakuan dengan tidak mengikutkan variabel pengembangan dan kondisi kerja. Dari hasil pemodelan tersebut, variabel paling berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara adalah variabel prestasi Exp β=31,445. Ini menunjukkan bahwa jika prestasi perawat baik, maka kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung semakin menguat sebesar 31 kali, dibandingkan prestasi perawat yang kurang baik. Marni Siregar : Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Tapanuli Utara Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 134 Keseluruhan variabel yang dipergunakan dalam penelitian dapat memprediksi besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana sebesar 85,7 overall percentage 85,7, sisanya 14,3 dipengaruhi oleh faktor lain. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.24. Tabel 4.24. Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Tahap Ketiga Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 Variabel B p Exp β Prestasi Pengakuan Konstanta 3,448 1,684 -7,621 0,000 0,028 0,000 31,445 5,387 0,000 Dari hasil uji regresi logistik di atas diperoleh persamaan sebagai berikut : Z = -7,621 + 3,448 prestasi + 1,684 pengakuan Dari model persamaan di atas dapat dikatakan bahwa kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara akan meningkat seiring dengan meningkatnya prestasi dan pengakuan. Marni Siregar : Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Tapanuli Utara Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 135 Dengan persamaan tersebut dapat dibuat ramalan tentang probabilitas individu perawat sebagai berikut : ln p p − 1 = 563 , 1 997 , 973 , 943 , 2 336 , 9 1 1 + + + + − − + e Misalkan perawat memiliki nilai variabel predictor, seperti : a. Prestasi P=1, yaitu prestasi perawat baik b. Pengembangan PG=1, yaitu pengembangan baik c. Kondisi kerja KK=1, yaitu kondisi kerja baik d. Pengakuan PK = 1, yaitu pengakuan baik Maka nilai probabilitasnya adalah : p = 1 563 , 1 1 997 , 1 973 , 1 943 , 2 1 336 , 9 1 1 + + + + − − + e = 0,8701 å 87,01 artinya, perawat yang mempunyai prestasi baik, mendapatkan pengembangan baik, kondisi kerja baik, serta mendapatkan pengakuan secara baik, maka memiliki probabilitas kinerja sebesar 87,01. Marni Siregar : Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Tapanuli Utara Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 136

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Motivasi Perawat Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 Motivasi merupakan sebuah dampak langsung dari kepuasan kerja. Dalam studinya yang mendalam, Herzberg menemukan kluster-kluster, faktor-faktor terpisah dan khusus berkaitan dengan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja lebih sering dihubungkan dengan prestasi, rekognisi, karakteristik pekerjaan, tanggungjawab, dan kemajuan pengembangan. Faktor-faktor tersebut berhubungan dengan hasil yang berkaitan dengan isi content tugas yang dilaksanakan, yang dinamakan sebagai faktor motivator. Sedangkan gejala bahwa ketidakpuasan dengan pekerjaan, terutama berhubungan dengan faktor- faktor dalam konteks kerja atau lingkungan khususnya kebijakan perusahaan dan administrasi, supervisi teknikal, gaji, hubungan antar perorangan dengan supervisor langsung, dan kondisi-kondisi kerja merupakan faktor yang paling sering diutarakan karyawan guna mengekspresi perasaan tidak puas mereka dengan pekerjaan, yang dinamakan sebagai faktor higiene. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap karena di ruangan ini banyak keluhan pasien tentang pelayanan asuhan keperawatan, sedangkan di ruangan kebidanan tidak diteliti karena di ruang kebidanan pasien tidak mengeluh tentang pelayanan yang diberikan. Dengan menggunakan teori Herzberg, peneliti