Pembatasan Dan Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

golongan membuatmu tidak adil. Tegakkanlah keadilan, itulah yang lebih dekat kepada taqwa. Dan takutlah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apapun yangkamu kerjakan” . Atas dasar fakta-fakta dan pemikiran tersebut di atas, penulis merasa penting untuk mengkaji isi Perda Nomor 11 tahun 1988 yang meskipun tidak lagi berlaku namun penting untuk dijadikan pijakan analisis karena Perda yang baru belum dapat dilihat dampak implementasinya dan Perda Nomor 8 Tahun 1988 dilihat dari perspektif Islam dan HAM terkhusus hak-hak sipil, ekonomi dan sosial warga. Karena jika selama ini pemerintah daerah DKI Jakarta selalu berargumen bahwa Perda ini merupakan instrument hukum yang penting bagi penegakan ketertiban umum yang sesungguhnya di dalamnya juga terkandung hak publik dan hak asasi warga, maka fakta bahwa Perda ini juga selalu menjadi dasar justifikasi hukum bagi terjadinya serangkaian penggusuran, pengusiran dan perusakan warga oleh aparat Negara menunjukkan bahwa ada yang bermasalah dari isi Perda ini sendiri. Untuk itu, telaah terhadap isi content analysis Perda, dikaitkan dengan Islam dan berbagai produk hukum lainnya yang mengatur tentang HAM menjadi penting untuk dilakukan.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Mengingat spektrum cakupan HAM yang luas, telaah perspektif HAM terhadap Perda 11 tahun 1988 dan perda 8 Tahun 2007 akan dibatasi pada kajian isi masing-masing perda, tinjauan islam terhadap perda tibum, dan kajian khusus terhadap perda 8 tahun 2007 mengenai pasal-pasal yang akan membatasi dan atau akan mengakibatkan pelanggaran hak atas pekerjaan. Setiap pasal yang dimaksud akan dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai hak atas pekerjaan. Atas dasar pembatasan tersebut di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana isi dan implementasi Perda Nomor 11 tahun 1988 tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta? 2. Bagaimana isi Perda Nomor 8 tahun 2007 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 11 tahun 1988? 3. Bagaimana tinjauan Islam terhadap isi dan impelementasi dari Perda Nomor 11 Tahun 1988 dan Perda Nomor 8 tahun 2007? 4. Bagaimana isi dan kajian perda 8 tahun 2007 terhadap pasal-pasal yang akan membatasi danatau akan mengakibatkan pelanggaran hak atas pekerjaan.?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan melakukan pengayaan wacana akademis berkaitan dengan materi ketertiban umum dalam hubungannya dengan penegakan hak asasi manusia. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui isi dan implementasi dari Perda 11 tahun 1988 tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. 2. Mengetahui isi dari Perda 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. 3. Mengetahui perspektif Islam terhadap isi dan implementasi Perda Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan isi Perda Nomor 8 Tahun 2007. 4. Mengetahui perspektif HAM terhadap pasal-pasal yang membatasai danatau mengakibatkan pelanggaran hak atas pekerjaan.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat tiga variable utama yang akan dikaji dalam penelitian ini, yakni variable ketertiban umum yang dalam konteks ini secara konseptual-substansial dibatasi dan direpresentasikan oleh Perda 11 tahun 1988 dan Perda Nomor 8 tahun 2007, variable HAM, dan variable Islam yang dikaitkan dengan HAM dan ketertiban umum. Untuk mengetahui fokus dan posisi penelitian ini, penting untuk dijelaskan konsep-konsep tersebut dengan cara mereview literatur-literatur baik berupa buku maupun hasil penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan Perda 111988 dan Perda 82007 , ketertiban umum, HAM dan Islam. Hasil penelusuran kami menunjukkan bahwa penelitian tentang Perda 11 tahun 1988 bukanlah yang pertama dilakukan. Pada tahun 2002, LBH APIK telah melakukan kajian terhadap Perda ini, dimana fokus kajian lebih diarahkan kepada dampak penerapan perda ini yang lebih banyak merugikan kaum perempuan dan anak-anak. 10 10 Lihat LBH-APIK, Kajian Terhadap Perda 11 tahun 1988 tentang Ketertiban Umum di Wilayah DKI Jakarta , 2005. lihat juga, LBH APIK Jakarta, “Hak Asasi Kaum Perempuan, Langkah demi Langkah” . Berdasarkan kajian LBH APIK, Penerapan Perda 111988 berupa penggusuran ternyata tidak hanya menyisakan penderitaan fisik dan kerugian material pada rakyat miskin, tapi lebih jauh lagi dampak psikologis yang dirasakan oleh perempuan dan anak memberikan trauma yang berkepanjangan yang hal ini tidak terpikirkan oleh Pemda DKI Jakarta. Trauma menghadapi kekerasan dari tingkah laku petugas Tramtib ketika menghancurkan rumah dan perkampungan membekas dalam ingatan anak-anak dan perempuan. Ditambah lagi dengan tidak diberinya kesempatan pada mereka menyelamatkan barang- barang menambah penderitaan ini. Anak-anak kehilangan kesempatan sekolah karena perlengkapan sekolahnya musnah terkubur puing-puing rumahnya, anak dan perempuan tidak mempunyai akses pelayanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi. Menurut LBH-APIK ini semua merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan karena telah melanggar konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia, Hak Anak dan Hak Perempuan. Kajian LBH-APIK juga menemukan bahwa Perda 1188 ini juga menjadi salah satu senjata yang paling ampuh dalam melakukan penertiban bagi para perempuan prostitut baik yang berada di lokalisasi maupun yang berada di jalanan. Pada saat dilakukannya operasi penertiban itu, seringkali para perempuan prostitut tersebut mengalami kekerasan misal dengan dikejar, dipukul atau dicekal keras-keras tangannya serta pelecehan seksual berupa kata-kata dan pandangan tak menyenangkan. Dalam penertiban terhadap perempuan prostitut ini, jelas Pemda DKI telah menempatkan perempuan prostitut sebagai kriminal atau penyakit sosial yang harus diberantas. Selain itu, usaha pemulihan atau rehabilitasi yang dilakukan Pemda juga tidak betul-betul dilakukan, dimana dana untuk panti-panti sosial dan rehabilitasi hanya sebagian kecil saja dari seluruh dana APBD. Sehingga ketika di panti rehabilitasi itu para perempuan prostitut yang terjaring operasi harusnya mendapatkan pendidikan ketrampilan serta kebutuhan hidup yang layak dan sesuai dengan keputusan berapa lama mereka harus menjalani rehabilitasi tersebut ternyata hanya mampu dilayani beberapa hari saja karena panti-panti tersebut tidak bisa menanggung biaya operasionalnya. LBH APIK juga menemukan bahwa pelanggaran ini berkaitan dengan dialihfungsikannya fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk pembangunan yang berorientasi pada investasi. Dan yang perlu diingat dalam pelaksanaan Perda 1188 ini, Pemerintah DKI Jakarta hanya sebatas melaksanakan saja padahal kalau memang ada niat baik dari Pemerintah harus ada penyediaan layanan umum dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Tapi itu tidak dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta. Pada variable Islam dan HAM terdapat cukup banyak literatur baik berupa buku maupun hasil riset yang dapat dijadikan titik pijak dan alat bantu peneliti dalam mengkaji tema penelitian ini. Literatur dalam bentuk buku yang mengulas tentang Islam dan HAM antara lain buku Tengku Muhammad Hasbie As Shiddiqi yang berjudul, Islam dan HAM. 11 Bukan hanya memberikan tinjauan filosofis seputar posisi HAM dalam perspektif Islam, buku ini juga mengutip nilai-nlai dasar HAM yang telah diletakkan oleh Nabi. Buku ini juga mengulas komponen- 11 Lihat, Teungku Muhammad Hasbi As Shiddiqi, “Islam dan HAM”, Semarang : Pustaka Rizqi Utama, 1999. komponen HAM yang dicantumkan di dalam Deklarasi Cairo yang kemudian sering dijadikan dasar oleh kalangan masyarakat Muslim untuk menyatakan bahwa Islam bukan hanya kompatibel dengan HAM, bahkan memberi perhatian yang sangat besar kepada HAM. Hal itu ditunjukkan dengan justifikasi ayat-ayat al Quran yang terkait dengan HAM di dalam Deklarasi ini. Buku-buku lain yang membahas tentang Islam dan HAM antara lain, Hak Asasi Manusia dalam Islam , yang merupakan terjemahan karya Abu A’la Al Maududi, buku Islam dan HAM karya Tengku Muhammad hasby As Shiddiqy, buku Hak Asasi Manusia dalam Islam karya Harun Nasution dan Bahtiar Effendi, dan lain-lain. Selain buku-buku, literatur tentang HAM dan Islam dalam bentuk makalah atau artikel yang merupakan hasil riset juga cukup banyak tersedia. Misalnya hasil riset Ahmad Ali Nurdin yang berjudul Islam dan HAM. Makalah ini berusaha menelaah dua isu pokok. Pertama, kontroversi apakah HAM harus dipahami sebagai prinsip universal yang bisa diterapkan bagi seluruh umat manusia atau hanya dipandang sebagai nilai esensial yang dibentuk oleh suatu negara yang hanya berlaku bagi negara tertentu. Kedua, hubungan Universal Declaration of Human Rights di satu sisi dan nilai-nilai universal Islam di sisi lain, adakah kontradiksi atau konflik nilai di dalamnya. Dalam membahas hubungan Islam dan HAM, Nurdin menemukan bahwa cendekiawan Muslim yang konsen terhadap isu relativisme budaya dan HAM secara garis besar terbagi kepada dua kelompok. Afshari sebagaimana dikutip Nurdin menyebutnya sebagai kelompok old-traditionalist dan new-traditionalist, sementara Bielefeldt menyebut mereka sebagai kelompok konservatif dan liberal. Kelompok konservatif menolak untuk memaksakan standar Barat diterapkan pada masalah-masalah publik masyarakat Muslim. Bagi mereka, urusan publik dalam masyarakat Islam telah diatur secara jelas oleh norma agama. Bagi kelompok ini, universalitas HAM yang dipromosikan oleh PBB dan negara-negara Barat adalah ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat Muslim. Meskipun demikian, kelompok ini tidak serta-merta menolak seluruh konsep tentang HAM yang ditawarkan Barat, mereka menawarkan solusi dengan penekanan pada perlunya masyarakat Islam merumuskan konsep HAM dengan framework yang islami. Kelompok liberal di pihak lain telah jauh melangkah dengan mencoba menafsirkan teks-teks sakral agama dengan cara mengembangkan metodologi penafsiran baru. Bagi kelompok ini diperlukan reinterpretasi baru atas nilai-nilai Islam untuk memenuhi tuntunan norma global. Ahmed An-Naim, seorang cendekiawan hukum Islam yang konsen dengan HAM, kutip Nurdin, mengatakan bahwa secara substantif nilai-nilai Islam sangat mendukung dan sejalan dengan norma legal HAM yang dikembangkan Barat jika nilai-nilai Islam ditafsirkan secara akurat. Untuk mendukung pernyataannya, Naim menunjuk elastisitas Islam yang memiliki kafabilitas tinggi dalam mengakomodasi variasi interpretasi teks. Lebih jauh, kaum liberal Muslim memandang bahwa tidak ada kontradiksi yang prinsipil antara nilai-nilai Islam dan standard HAM internasional yang dikembangkan PBB. Ide-ide Al Quran tentang tingginya martabat manusia, perlunya solidaritas kemanusiaan bahkan tidak adanya pemaksaan dalam beragama menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai HAM. Menurut Nurdin, sampai sekarang, kontroversi antara kaum konservatif dan liberal Muslim tentang hubungan antara Islam dan HAM masih belum berakhir. Namun, untuk menyinergikan dan membangun suatu konsep tentang HAM dengan framework islami, seperti ditekankan kaum konservatif, masyarakat Muslim telah berhasil menyusun dua deklarasi tentang HAM: The Universal Islamic Declaration of Human Rights yang dirumuskan oleh Islamic-Council Eropa pada tahun 1981 dan Cairo Declaration of Human Rights in Islam yang diadopsi oleh Organisasi Konferensi Islam pada Agustus 1991 sebagai acuan HAM dalam Islam. 12 Berdasarkan penelusuran sementara terhadap literatur yang tersedia terlihat bahwa pengkajian terhadap Perda Nomor 8 Tahun 1988 meskipun telah pernah dilakukan sebelumnya, namun kajian tersebut –meskipun juga menyinggung HAM- masih dalam kacamata yang sangat spesifik pada aspek HAM perempuan dan anak-anak. Demikian pula, kajian tentang Islam dan HAM juga telah banyak dilakukan oleh para Ahli, namun mengaitkan Islam dan HAM denan ketertiban umum yang secara praktis sering memicu terjadinya benturan 12 Lihat, Ahmad Ali Nurdin, Islam dan Hak Asasi Manusia, paper untuk Post Graduate Student University of New England-Australia. nilai, belum –atau belum banyak- di kaji orang. Untuk mengisi ‘kekosongan’ itulah fokus kajian penelitian ini diarahkan.

E. Manfaat Yang Diharapkan