semata-mata melarang atau memerintahkan tidak menjamin akan ditaati. Tanpa sanksi, suatu perintah atau larangan tidak puny
a konsekuensi apa-apa. Dengan
hukuman, perintah atau larangan itu akan diperhitungkan dan memiliki arti yang legal untuk kepentingan publik. Syariat menentukan hukuman, lebih banyak
sebagai sarana untuk mencapai kebaikan kolektif dan menjaganya.
B. Pengertian Perkosaan
Perkosaan rape berasal dari bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa, merampas, atau membawa pergi.
6
Pada zaman dahulu perkosaan sering dilakukan untuk memperoleh seorang isteri. Perkosaan
adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar
menurut moral dan hukum.
7
Pendapat ini senada dengan definisi perkosaan menurut Rifka Annisa Women’s Crisis Center, bahwa yang disebut dengan perkosaan adalah segala
bentuk pemaksaan hubungan seksual. Bentuk perkosaan tidak selalu persetubuhan, akan tetapi segala bentuk serangan atau pemaksaan yang
melibatkan alat kelamin. Oral seks, anal seks sodomi, perusakan alat kelamin perempuan dengan benda adalah juga perkosaan.
6
Haryanto, Dampak sosio-psikologis korban tindak perkosaan terhadap wanita, Yogyakarta: Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada, 1997 dalam Ekandari
Sulistyaningsih dan Faturochman, Dampak Sosial Psikologis Perkosaan, Buletin Psikologi, Tahun X, No. 1, Juni 2002, h.3.
7
Wignjosoebroto, Kejahatan Perkosaan Telaah Teoritik Dari Sudut Tinjau Ilmu- Ilmu Sosial, Kejahatan dalam Eko Prasetyo dan Suparman Marzuki, ed., Perempuan Dalam
Wacana Perkosaan, Yogyakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, 1997 ibid., h.4.
Menurut Warshaw 1994, definisi perkosaan pada sebagian besar negara memiliki pengertian adanya serangan seksual dari pihak laki-laki
dengan menggunakan penisnya untuk melakukan penetrasi vagina terhadap korban. Penetrasi oleh pelaku tersebut dilakukan dengan melawan keinginan
korban. Tindakan tersebut dilakukan dengan adanya pemaksaan ataupun menunjukkan kekuasaan pada saat korban tidak dapat memberikan
persetujuan baik secara fisik maupun secara mental. Beberapa negara menambahkan adanya pemaksaan hubungan seksual secara anal dan oral ke
dalam definisi perkosaan, bahkan beberapa negara telah menggunakan bahasa yang sensitif gender guna memperluas penerapan hukum perkosaan.
Di dalam Pasal 285 KUHP disebutkan bahwa: barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh
dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Pada pasal ini
perkosaan didefinisikan bila dilakukan hanya di luar perkawinan. Selain itu kata-kata bersetubuh memiliki arti bahwa secara hukum perkosaan terjadi
pada saat sudah terjadi penetrasi. Pada saat belum terjadi penetrasi maka peristiwa tersebut tidak dapat dikatakan perkosaan akan tetapi masuk dalam
kategori pencabulan.
8
8
Soerodibroto, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Dengan Yurisprudensi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, ibid., h.5.
Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam definisi perkosaan Black’s Law Dictionary dalam Ekotama, Pudjiarto, dan Widiartana 2001,
makna perkosaan dapat diartikan ke dalam tiga bentuk: 1.
Perkosaan adalah suatu hubungan yang dilarang dengan seorang wanita tanpa persetujuannya. Berdasarkan kalimat ini ada unsur yang dominan,
yaitu: hubungan kelamin yang dilarang dengan seorang wanita dan tanpa persetujuan wanita tersebut.
2. Perkosaan adalah persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap
seorang wanita yang dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan kehendak wanita yang bersangkutan. Pada kalimat ini terdapat unsur-unsur
yang lebih lengkap, yaitu meliputi persetubuhan yang tidak sah, seorang pria, terhadap seorang wanita, dilakukan dengan paksaan dan bertentangan
dengan kehendak wanita tersebut. 3.
Perkosaan adalah perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria terhadap seorang wanita bukan isterinya dan tanpa
persetujuannya, dilakukan ketika wanita tersebut ketakutan atau di bawah kondisi ancaman lainnya. Definisi hampir sama dengan yang tertera pada
KUHP pasal 285. Perkosaan adalah suatu bentuk pernyataan akan adanya dominasi,
kekuatan dan penghinaan. Rape is also a crime of extreme violence. It is an expression of dominance,
power and contempt, a rejection of the woman’s right to self determination ,
a denial of heir being. Rape is not passion or lust gone wrong. It is first and foremost an act of aggresion with a sexual manifestation.
9
perkosaan juga merupakan tindak pidana kekerasan ekstrem. Itu adalah ekspresi dari dominasi, kekuasaan dan penghinaan, penolakkan terhadap
wanita untuk menentukan nasib sendiri, penyangkalan terhadap dirinya. Perkosaan adalah gairah atau nafsu yang tidak beres. Pertama-tama dan
terutama dan bertindak agresif dengan manifestasi sexual.
Di dalam Hukum Pidana Islam jangankan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, bersetubuh di luar pernikahan saja sudah tergolong hadd
zina, apalagi disertai dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Zina adalah hubungan kelamin antara laki-laki dengan perempuan
tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah dan dilakukan dengan sadar serta tanpa adanya unsur subhat.
10
Di dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bisa dikatakan zina jika seseorang telah
terjadi penetrasi kelamin laki-laki ke dalam vagina perempuan. Hadits Rasulullah SAW dalam Tarjamah Bulughul Maram Hadits ke
1234:
“Dari Ibnu ‘Abbas. Ia berkata: Tatkala datang Ma’iz bin Malik kepada Rasulullah dan mengaku berzina ia bersabda kepadanya:
“Barang kali engkau cium atau engkau remas atau engkau lihat?” ia jawab: “tidak ya
Rasulullah” HR. Bukhari.
11
9
Chaterine N. Niarchos, “Women, War, and Rape : Challenges Facing The
International Trib unal for the Former Yugoslavia”, dalam Skripsi, Tindak Pidana Perkosaan
di waktu Perang, Universitas Sumatra Utara, 2002, h.20.
10
Abu Zahrah, Al-Jarimah wa al-Uqubah fi al-Fiqh al-Islam, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., II: hlm. 109.
11
Hassan, Tarjamah Bulughul Maram, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2002, h.552.
Menurut Riwayat yang lengkap bahwa Ma’iz itu datang kepada Rasulullah SAW dan mengaku beberapa kali bahwa ia berzina. Di antara itu Rasulullah
ada bersabda: “Barang kali engkau cium saja? Barang kali engkau pegang saja? Barang kali engkau lihat saja?” sesudah ia menolak semua “barangkali”
itu baru Rasulullah SAW bertanya: “Apakah betul-betul engkau telah setubuhi dia?” Ia jawab: Betul-betul. Sabdanya: “Apakah seperti masuknya
batang celak di lobang cepunya dan seperti masuknya tali timba di perigi ?” Ia
jawab: Betul. Sabdanya:”Apakah engkau mengetahui apa zina itu?” Jawabnya: tahu, saya telah kerjakan terhadap perempuan itu dengan cara
haram apa yang seseorang kerjakan terhadap perempuan itu dengan cara
halal. Sabdanya:”Engkau mau apa?” Jawabnya: Saya mau paduka tuan bersihkan saya. Maka rasulullah SAW perintah supaya rajam dia.
12
Dalam hal kejahatan perkosaan, hanya orang yang melakukan pemaksaan saja si pemerkosa yang dijatuhi hukuman. Para ahli hukum
Islam berpendapat bahwa hukuman si pemaksa itu bisa dijatuhkan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.
13
Namun sejauh pengetahuan penulis jarang sekali ditemukan yang pelakunya adalah wanita, bahkan tidak
mungkin terjadi penetrasi, bila ia laki-laki benar-benar dipaksa oleh pihak wanita.
C. Sejarah Singkat Perkosaan