Pandangan Hukum Pidana Islam

Ketentuan tentang perkosaan dalam Rancangan KUHP di atas sesungguhnya melindungi posisi perempuan sebagai korban. Unsur-unsur pasalnya jauh lebih luas, variatif, dan ampuh dalam menjerat pelaku. Carol Smart, seperti dikutip Nursyahbani Katjasungkana, berpendapat, lemahnya kedudukan perempuan sesungguhnya merupakan konsekuensi perbedaan seksualitas manusia. 10

B. Pandangan Hukum Pidana Islam

Di dalam hukum pidana Islam perkosaan tergolong ke dalam jarimah takzir, karena tidak memenuhi unsur jarimah zina, hukuman diterapkan kepada pemerkosa dan tidak ada hukuman yang diterapkan kepada orang yang diperkosa. Jika pemerkosa itu budak, maka menjadi tanggung jawab tuannya, kecuali ia mau menyerahkannya. 11 Islam adalah agama yang rahmatan lil „alamin, yang mengajarkan kesamaan hak. Terkait dengan relasi laki-laki dan perempuan, Islam mengakui dan mengajarkan kesamaan hak bagi laki-laki dan perempuan sexual equality. 12 Sejumlah ayat al- Qur’an menegaskan: 9 Aroma Elmina Martha, Perempuan, h. 56-57. Dalam, Milda Marlia, Marital Rape Kekerasan Seksual Terhadap Isteri, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007, h. 39. 10 Dikutip oleh Nursyahbani Katjasungkana, Aspek hukum kekerasan Terhadap Perempuan, dalam Potret Perempuan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, h. 96. 11 Imam Malik ibn Anas, Al- Muwatta’, Kumpulan Hadis dan Hukum Islam Pertama, diterjemahkan oleh Dwi Surya Atmaja dari Al-Muwatta of Imam Malik Ibn Anas The First, transleted by Aisha Abdurrahman Bewley, cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo, 1999, h. 416. 12 Milda Marlia, Marital Rape Kekerasan Seksual Terhadap Isteri, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007, h. 42.                       “Hai Manusia, Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling taqwa.” Q.S. al-Hujurat 49:13.                    “Siapapun, laki-laki dan perempuan yang beramal shaleh dan beriman, niscaya Kami berikan kehidupan yang baik. 13 Dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Q.S al-Nahl 16:97.                               Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, 14 laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Q.S. al-Ahzab 33:35. 13 Ditekankan dalam ayat Ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. 14 yang dimaksud dengan muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya. Qur’an in Word 2003 Rasulullah SAW juga bersabda tentang kesetaraan ini, yang mana sabdanya: “Kaum perempuan adalah saudara kandung kaum laki-laki.” HR. Abu Dawud dan Turmudzi. 15 Beberapa ayat dan hadits nabi di atas bisa dimaknai sebagai sesuatu yang sangat revolusioner. Ia tidak hendak melestarikan tatanan kesadaran dan sosial masyarakat Arab, tetapi justru mendekonstruksi pilar-pilar peradaban, kebudayaan, dan tradisi diskriminatif-misoginis yang sekian lama dipraktikkan. Pada masa pra-Islam, posisi dan derajat perempuan sangat rendah. Mereka dianggap barang atau benda yang dapat dipertukarkan dan diperlakukan seenak-enaknya, bahkan melahirkan seorang anak perempuan pun dianggap memalukan. Kala itu, mengubur hidup-hidup perempuan menjadi kebiasaan masyarakat Arab. 16 Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Islam memandang tindak pidana perkosaan adalah tindak pidana yang tergolong sangat merugikan bagi korban, keluarga dan masyarakat. Sebab, tindak pidana ini bisa menimbulkan kebobrokan moral yang ada pada lingkungan sekitar. Selain sudah merampas hak milik orang lain kesucian seorang perempuan tindak pidana ini juga diikuti oleh beberapa perbuatan, seperti kekerasan, ancaman, dan tipu daya. 15 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud Beirut: Dar al-Fikr, tt, I: 61. Lihat Juga at- Turmudzi, Sunan at-Turmudzi Beirut: Dar Ihya at-Turas al- ‘Arabi, tt, I: 190. Lihat juga Husein Muhammad dan Faqihuddin Abdul Kodir, Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 163. 16 Husein Muhammad dan Faqihuddin Abdul Kodir, ibid., h. 19. Kekerasan pada dasarnya, adalah semua bentuk perilaku orang atau kelompok terhadap orang atau kelompok lain, verbal maupun non verbal, yang menimbulkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis. 17 Perkosaan merupakan bentuk kekerasan seksual yang dialami laki-laki dan perempuan. Kekerasan seksual bisa dilakukan laki-laki terhadap perempuan, atau sebaliknya. Akan tetapi, umum terjadi, pelakunya adalah laki-laki. Perkosaan, pada hakikatnya merupakan pemaksaan sebuah hubungan senggama terhadap orang lain, baik lewat cara persuasif maupun represif. 18 Perkosaan yang dilakukan terhadap perempuan dapat mengakibatkan kehamilan. Kondisi kehamilan perempuan yang diperkosa tentu akan membuat perempuan bersangkutan menanggung rasa malu dan mendapat cemooh dari masyarakat, selain akan merusak sendi susunan masyarakat di bidang kekeluargaan, baik perkawinan maupun kewarisan. 19 Surat an-Nuur ayat 33 telah menentukan:                                     17 Elli Nur Hayati, Panduan Untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan, Yogyakarta: Rifka Annisa dan Pustaka Pelajar, 2000, h. 28. 18 Milda Marlia, Ibid, h. 72. 19 Neng Djubaedah, Perzinaan, Dalam peraturan Perundang-undangan di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010, h. 212.                 “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, 20 jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. 21 dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada mereka sesudah mereka dipaksa itu. ” 22 Q.S. an-Nuur 24:33 Sebab turunnya surat an-Nuur ayat 33 tersebut, dalam satu riwayat dikemukakan bahwa Shubaih, hamba sahaya Huwaithib bin Abdil ‘Uzza, meminta dimerdekakan dengan satu perjanjian tertentu. Akan tetapi permohonannya ditolak. Maka turunlah ayat ini yang memerintahkan untuk mengabulkan permintaan hamba sahaya yang ingin merdeka dengan perjanjian tertentu. Diriwayatkan oleh ibnu Sakan di dalam Kitab Ma’rifatush Shahabah, dari Abdullah bin Shubaih yang bersumber dari bapaknya. 23 20 salah satu cara dalam agama Islam untuk menghilangkan perbudakan, yaitu seorang hamba boleh meminta pada tuannya untuk dimerdekakan, dengan perjanjian bahwa budak itu akan membayar jumlah uang yang ditentukan. Pemilik budak itu hendaklah menerima perjanjian itu kalau budak itu menurut penglihatannya sanggup melunasi perjanjian itu dengan harta yang halal. 21 untuk mempercepat lunasnya perjanjian itu hendaklah budak- budak itu ditolong dengan harta yang diambilkan dari zakat atau harta lainnya. 22 Maksudnya: Tuhan akan mengampuni budak-budak wanita yang dipaksa melakukan pelacuran oleh tuannya itu, selama mereka tidak mengulangi perbuatannya itu lagi. 23 K. H. Q. Sahaleh dan H. A. A. Dahlan dkk, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al- Qur’an, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, ed. 2, 2007, h. 384. Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ‘Abdullah bin Ubay menyuruh jariyahnya hamba sahaya wanita melacur dan meminta bagian dari hasilnya. Maka turunlah kelanjutan ayat ini sebagai larangan memaksa jariyah melacurkan diri dan mencari keuntungan. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nama jariyah ‘Abdullah bin Ubay itu Masikah dan Amimah, yang keduanya mengadu kepada Rasulullah SAW karena dipaksa melacur. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sufyan yang bersumber dari J abir bin ‘Abdillah. 24 Dalam ayat tersebut tidak ditentukan hukuman bagi orang yang memaksa Masikah dan Amimah melakukan pelacuran, yaitu ‘Abdullah bin Ubay. Sedangkan bagi orang yang menikmati pelacuran melalui pembayaran yang ia berikan, dapat dikenakan hukuman takzir. Hal itu karena melakukan hubungan seksual di luar perkawinan dengan pemaksaan. Orang yang menjadi korban pelacuran adalah orang yang dipaksa melakukan pelacuran atau orang yang menjadi korban perkosaan, terhadap mereka bisa ditentukan hak ganti rugi berdasarkan takzir. 25 Dari ayat-ayat al- Qur’an dan hadits di atas, sekiranya penulis dapat mengambil beberapa poin penting bahwa, pertama, perkosaan adalah bentuk kejahatan yang sangat merugikan bagi berbagai pihak walaupun yang banyak terjadi perkosaan yang dilakukan terhadap laki-laki terhadap perempuan, 24 K. H. Q. Sahaleh dan H. A. A. Dahlan dkk, Ibid. 25 Neng Djubaedah, Perzinaan, Dalam peraturan Perundang-undangan di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010, h. 213. namun hukum Islam dapat mengakui perkosaan yang terjadi antara perempuan terhadap laki-laki karena Islam mengajarkan hak dan kewajiban bagi laki-laki dan perempuan, dan di antara laki-laki dan perempuan hendaklah ada rasa kasih sayang karena persaudaraan. Kedua, dalam pandangan hukum Islam perkosaan termasuk kepada jarimah takzir, dan hukuman bagi pelaku perkosaan adalah berdasarkan keputusan dan analisa hakim. Ketiga, bagi korban perkosaan dapat ditentukan hak ganti rugi berdasarkan takzir. Keempat, Allah SWT telah berfirman untuk menjaga kemaluan seseorang, yang firman-Nya dalam surat al- Mu’minun 23:5-6               : - Artinya: Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa. Q.S. al- Mu’minun 23:5-6

BAB IV ANALISIS DAYA EFEK JERA SANKSI PIDANA