Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
memberi perubahan dalam segala segi kehidupan karena dakwah bersifat universal.
6
Maka dalam pelaksanaannya dakwah harus dapat menyentuh semua lapisan atau tingkatan, baik dari sudut budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kemajuan teknologi. Semua aspek kehidupan tersebut, selalu dikaitkan dengan solusi Islam
yang berpedoman pada al-Quran dan hadis. Untuk itu dakwah Islam haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara
aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti konkrit dan nyata,
serta kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.
7
Untuk mencapai tujuan dakwah secara maksimal, maka perlu dukungan oleh para juru dakwah yang handal. Keandalan tersebut meliputi kualitas yang
seharusnya dimiliki oleh seorang juru dakwah yang sesuai dengan tujuan dewasa ini. Aktivitas dakwah dipandang sebagai kegiatan yang diperlukan keahlian.
Mengingat suatu keahlian memerlukan penguasaan pengetahuan, maka para aktivis dakwah da’i muballigh harus memiliki kualifikasi dan persyaratan
akademik dan empirik dalam melaksanakan kewajiban dakwah.
8
6
Jumanto, Toto, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani, Wonosobo: Jakarta,2001 h. xiii.
7
Munzier Suparta dan Ani Hetani, Metode Dakwah: Pengantar Metodologi Dakwah Sebuah Kajian Jakarta: Kecana, 2003, Cet ke-1, , h.xiii.
8
Asep Muhyidin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan,Bandung: Pustaka Setia, 2002, hlm. 34.
5
Dakwah dapat diucapkan, dituliskan, digambarkan, dibentukkan, dilakukan, diisyaratkan, dan lain sebaginya, menurut tingkat kesanggupan
manusia yang melakukannya untuk mencapai daya guna yang setingi-tingginya. Yang menerima dakwah itu pun senang pula diberi dakwah. Makin indah dan
menarik cara dakwah yang dilakukan, makin tertarik orang.
9
Di era modern ini, juru dakwah perlu memiliki dua kompetensi dalam melaksanakan dakwah, yaitu: kompetensi substantif dan kompetensi metodologis.
Kompetensi substantif meliputi penguasaan seorang juru dakwah terhadap ajaran- ajaran Islam secara tepat dan benar. Kompetensi metodologis meliputi
kemampuan juru dakwah dalam mensosialisasikan ajara-ajaran Islam kepada sasaran dakwah mad’u.
10
Lembaga Training ESQ Leadership Center 165 yang didirikan oleh Ary Ginanjar Agustian, merupakan lembaga training yang memiliki metode baru
tentang konsep kecerdasan emosi dan spiritual yang dikaitkan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ikhsan, kemudian disebut
dengan ESQ Model 165 yang diaplikasikan dalam bentuk training. Walau dinamakan training Sumber Daya Manusia SDM, namun dalam training ini
diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadits serta berlandaskan pada pilar-pilar Syariat Islam, yaitu Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam.
9
M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, Jakarta: AL-mawardi 2004 h.ix.
10
Abdul Munir Mulkhan, Ideologi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir,
Yogyakarta: Sipress, 1996, hlm. 237.
6
Training ESQ adalah sebuah fenomena yang mampu menggugah dan mengubah kehidupan seseorang. Hal itu bisa terjadi karena ESQ memang berbeda
dari pelatihan lainnya bukan sekedar pelatihan kepemimpinan atau menejemen biasa. Training ESQ merupakan pelopor pelatihan yang mengasah sisi spriritual
dengan mendalam, bersamaan dengan sisi emosional dan intelektual seseorang. ESQ adalah suatu inovasi mutakhir yang bertujuan untuk membangkitkan
dimensi spiritual manusia. Lembaga tersebut dinilai mampu memberikan solusi yang terbaik yang
mengembalikan semangat dan giroh untuk hidup dengan kembali pada ajaran Islam serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan pemikiran
tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian: “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165”.