i. Mengubah status hubungan hanya untuk meningkatkan popularitas di Facebook.
2.3. Kerangka Berfikir
Manusia tidak mampu berjalan sendiri dan menghadapi semua yang ada dihadapannya tanpa bantuan orang lain. Itulah salah satu hakikat manusia sebagai
makhluk sosial. Walaupun kita terkadang tidak menyadari, tapi pada kenyataannya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk sekedar hadir atau
ikut berpengaruh dalam hidupnya. Salah satu penelitian yang telah dilakukan oleh Schachter dalam Wrigthsman 1979 telah membuktikan bahwa seorang individu
tidak dapat hidup sendirian tanpa orang lain walaupun segala kebutuhan dasarnya terpenuhi secara layak. Menurutnya, hasil dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukannya sangat meyakinkan dan mempertegas kenyataan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan sosial dengan orang lain.
Kenyataan ini menarik perhatian para tokoh psikologi hingga akhirnya banyak teori yang dikemukakan oleh berbagai pihak untuk menjelaskan akan
sikap afiliatif pada individu. Deskripsi yang dijelaskan dari berbagai sudut pandang menuju pada satu kesimpulan yaitu akan adanya kebutuhan untuk
berafiliasi need for affiliation dalam diri setiap individu. Salah satu tokoh yang banyak memberikan sumbangan dalam perkembangan teori mengenai kebutuhan
afiliasi need for affiliation adalah Murray dalam Martaniah 1984.
Sebagaimana dijelaskan dalam kajian teori di atas, Murray dalam Baron 2004 mendefinisikan kebutuhan afiliasi sebagai kecenderungan untuk
membentuk pertemanan dan untuk bersosialisasi, untuk berinteraksi secara dekat dengan orang lain, untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan orang lain
dengan cara yang bersahabat, dan untuk jatuh cinta. Ia telah melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk menguak salah satu kebutuhan yang ada dalam diri
individu. Salah satu karya besarnya yang juga berkaitan dengan pengukuran tingkat kebutuhan afiliasi pada seseorang adalah TAT Thematic Apperception
Test . Dalam tes tersebut, Murray menjabarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh
individu yang memiliki tingkat kebutuhan afiliasi yang tinggi adalah membentuk, memelihara, atau memperbaiki hubungan afeksi positif dengan orang lain.
Sementara itu, secara lebih spesifik dan mendalam ia juga merumuskan beberapa karakteristik pada individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi yaitu
keinginan untuk mendekat atau bekerjasama dengan orang lain, menyenangkan dan mendapat afeksi dari orang lain, setia dan kepercayaan. Saat individu
memiliki tingkat afiliasi yang tinggi, maka ia akan berupaya mencari atau menciptakan situasi yang mampu membuatnya menjalin hubungan dengan orang
lain.
Penjabaran karakteristik di atas dapat menggambarkan bahwa jauh di dalam diri individu ada kekuatan dan hasrat untuk menjalin hubungan dengan
orang lain. Oleh karena itu, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa setiap individu akan menunjukkan respon positif dan perilaku mendekat pada suatu hal, kegiatan
ataupun peristiwa yang berhubungan dengan orang banyak dan dapat menciptakan suatu hubungan interpersonal seperti Facebook.
Facebook merupakan social networking yang memiliki tujuan utama untuk membantu individu menjaga hubungan baik dengan teman dan relasi
Kurniali,2009. Dapat dikatakan bahwa Facebook mempunyai fungsi sebagai penyedia miniatur kehidupan sosial manusia dalam dunia maya. Dengan
Facebook, individu akan dengan mudah berhubungan, berkomunikasi dan menjadi lebih intim dengan orang lain.
Pada satu sisi, hadirnya Facebook dalam kehidupan manusia sangat bermanfaat untuk membantu memenuhi kebutuhan afiliasi. Tetapi disisi lain, tidak
menutup kemungkinan tingginya hasrat untuk memenuhi kebutuhan afiliasi pada seseorang yang menggunakan Facebook dapat memberi dampak negatif yaitu
kecanduan Facebook Facebook addiction.
Hubungan yang telah tergambar di atas dapat menciptakan suatu hipotesis mengenai keterkaitan kebutuhan afiliasi dengan kecanduan terhadap Facebook.
Kerangka berfikir ini secara singkat digambarkan sebagai berikut.
Hubungan
H
a
: ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan afiliasi dengan
kecanduan Facebook
Kecanduan Facebook : -Kebutuhan untuk meningkatkan waktu
penggunaan Facebook yang mencolok untuk mencapai kepuasan
- Menurunnya efek yang dirasakan dari penggunaan Facebook yang terus menerus
dalam waktu yang sama - Penghentian atau pengurangan pemakaian
Facebook akan terasa berat dan lama - agitasi psikomotor gejolak psikomotor,
kecemasan, pemikiran yang obsesif mengenai apa yang terjadi di Facebook,
- distress atau kerusakan sosial - Menggunakan internet service online
lainnya untuk menghilangkan atau menghindari simptom-simptom
-
Facebook
sering digunakan lebih lama dari yang direncanakan
- Adanya upaya yang tidak berhasil dalam mengendalikan penggunaan
Facebook -
Menghabiskan banyak waktu untuk kegiatan yang berhubungan dengan
Facebook -
Penghentian kegiatan-kegiatan sosial yang penting atau pekerjaan
- Penggunaan
Facebook
tetap dilakukan walaupun telah mengetahui akan
adanya masalah-masalah fisik, sosial, pekerjaan atau masalah psikologis yang
muncul karena penggunaan
Facebook
.
Kebutuhan afiliasi : - Bertemu dan berkenalan dengan orang lain
- Membentuk, memelihara menerima keterkaitan dengan orang lain
- Menunjukkan perbuatan baik dan cinta - melakukan sesuatu yang menyenangkan
orang lain - menghindari untuk menyakiti orang lain
dan menghilangkan pertengkaran - Mendekatkan diri
- Melambai, berjabat tangan dan memeluk - mencium
- Mengucap salam, halo dan bertanya dengan bersahabat
- Memberi informasi, bercerita dan bertukar perasaan
- Mengekspresikan kepercayaan, kekaguman, perasaan dan mempercayai
orang lain - Melakukan pendekatan, menyentuh,
menemani dan tinggal dekat kerabat - Merasa atau bersikap seperti teman
- Mengikuti dan menyetujui orang lain - Menerima sesuatu dengan orang lain
- Berkomunikasi, bermain dengan orang lain, bertelepon dan mengirim surat
- Berbagi keuntungan, pengetahuan, kepercayaan dengan orang lain
- Menikmati hubungan intim dengan orang yang dicintai
- Menerima ide, menyelaraskan satu perasaan dengan perasaan yang lain
menyelesaikan perbedaan
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian