model analisis deiksis yang meliputi deiksis persona persona pertama dan persona kedua, deiksis waktu, dan deiksis ruang.
Bab keempat berisi penjelasan deiksis novel al-Karnak. Bab kelima adalah bagian penutup, yang merupakan bab terakhir.
Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan tesis ini berdasarkan hasil temuan penelitian. Paparan mengenai kesimpulan penelitian akan diberikan sesuai
dengan sistematika pertanyaan penelitian, sehingga diketahui sejauh mana pertanyaan yang ditetapkan telah memperoleh jawaban. Selanjutnya akan
diajukan implikasi penelitian yang dapat ditindaklanjuti setelah penelitian ini.
BAB II DEIKSIS DAN TEKS NARASI
Pada bab ini membahas kerangka teori mengenai: pragmatik meliputi aras pragmatik, relasi bentuk dan makna, serta konteks pragmatik.
Dilanjutkan pemaparan deiksis dan pembagian 3 tiga macamnya, yaitu deiksis persona al-isharah al-shakhs}iyyah, deiksis waktu al-isharah al-
zamaniyyah
, dan deiksis ruang al-isharah al-makaniyyah. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai teks narasi yang meliputi teks dan konteks,
pengujaran dan ujaran, narasi novel dan pemahaman teks, biografi Najib Mah}fuz}, serta novel al-Karnak berupa deskripsi penceritaan berdasarkan
tema, tokoh, alur, latar, dan peristiwa.
A. Pragmatik
Pada tahun 1940-an dan 1950-an, aliran linguistik struktural atau deskriptif,
54
dengan pengusungnya – Leonard Bloomfield, Edward Sapir, Charles Hockett, Charles Fries – berpendapat bahwa tugas linguis adalah
menjabarkan bahasa manusia dan mengenali karakter struktural bahasa- bahasa tersebut. Aksioma mereka bahwa bahasa-bahasa bisa saling berbeda
tanpa batas dan tidak ada praduga yang bisa diterapkan terhadap bahasa- bahasa tersebut, sehingga tugas linguis struktural hanya memeriksa data
54
F. Twadell, On Defining The Phoneme, Language Monograph No. 66, 1935, 9.
yang nyata yang bisa diamati dan mengabaikan “pikiran” filsafat dan intuisi yang tidak bisa diamati. Sejalan dengan Skinner,
55
bahwa konsep apapun mengenai gagasan atau makna adalah fiktif ilustasi dan si pembicara
hanyalah tempat kejadian bagi perilaku verbal, bukan penyebar. Pendapat para tokoh strukturalis tersebut merupakan kesimpulan
yang tidak holistik terhadap pemahaman bahasa, karena hanya melingkupi gramatikalisasi. Pada kenyataannya dalam komunikasi, bahasa terjadi tidak
hanya mengedepankan unsur-unsur internal dalam sturktural saja, melainkan adanya faktor-faktor eksternal berupa situasional dan sosial yang
komprehensif mengenai bahasa.
56
Terciptanya bahasa yang dinamis disebabkan perilaku bahasa masyarakat yang cenderung memunculkan
istilah-istilah baru yang turut dipengaruhi perkembangan sosial dan budaya yang ada di lingkungannya. Memproduksi makna merupakan tindakan
bersama antara teks lisan secara nyata dan pengujar, dan karenanya tindakan tersebut menjadi tindakan yang selalu berubah-ubah sesuai dengan
keragaman pengujar dan situasi ujaran yang terjadi. Bahasa akan berkembang lambat selama masih membatasi pada ruang lingkup struktural.
Oleh karena itu, perkembangan bahasa yang dinamis merupakan hasil dari pemfungsian struktural yaitu secara pragmatik.
1. Aras pragmatik
Dalam gejala pragmatik, bahasa merupakan a satu bentuk tingkah laku manusia, yaitu sebagai satu peristiwa dimana manusia melakukan hal-
hal tertentu terhadap yang lain dengan menggunakan bahasa, sedangkan manusia yang melakukan bentuk tindakan ini dinamakan pemakaian bahasa.
Para pemakaian bahasa adalah penutur dan pendengar, penulis dan pembaca, dan b sarana yang dipakai oleh manusia dalam pemakaian
bahasa untuk saling berkomunikasi.
57
Pernyataan a terdapat bentuk lisan dan bentuk tulis dalam pemakaian bahasa. Dalam ilmu bahasa pemakaian
55
B.F. Skinner, Verbal Behavior New York: Appleton-Century-Crofts, 1957, 21.
56
Pernyataan yang di kemukakan oleh pemikir bebas, Firth dan halliday. Pada tataran studi pragmatik yang sangat berpengaruh adalah para ahli filsafat, seperi Austin
1962, Searle 1969, dan Grice 1975. Lihat Geoffrey Leech, The Principles of Pragmatics
, penerjemah M.D.D. Oka dengan judul Prinsip-Prinsip Pragmatik Jakarta: UI Press, 1993, 2.
57
S.C. DikJ.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum, penerjemah T.W. Kamil Jakarta: RUL, 1994, 11.
bahasa lisan adalah primer terhadap pemakaian bahasa tulis. Berdasarkan sejarah bahasa, bahwa pernyataan b, bahasa alamiah pertama adalah
sarana untuk berkomunikasi lisan. Perbandingan dengan berabad-abad penggunaan bahasa alamiah merupakan hal baru untuk menguasai satu
bentuk tulis. Bahkan, beberapa bahasa sama sekali tidak tertulis. Pada kenyataannya bahwa bahasa yang tidak ditulis tidak kalah secara hakiki
sebagai sarana komunikasi dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada tulisannya. Karena itu pemakaian bahasa tulis dianggap sebagai satu bentuk
turunan dalam pemakaian bahasa secara lisan.
Pragmatik sebagai kajian konteks eksternal bahasa mengamati berbagai aspek pemakaian bahasa dalam situasi yang kongkret. Hal ini
karena, pragmatik memiliki komponen yang jelas berupa acuan dan ‘informasi’ yang melibatkan psikologi kognitif
58
dan inteligennsi artifisial.
59
Pemakaian bahasa merupakan bentuk interaksi sosial yang dapat dipakai oleh masyarakat bahasa bertujuan saling menjalin hubungan dengan cara
yang lembut dan beraneka ragam, serta untuk mencapai komunikasi.
60
Komunikasi sebagai fungsi yang paling umum bagi pemakai bahasa yang bukan terjadi semata-mata melalui pemakaian bahasa komunikasi “non
verbal”
61
, melainkan bahasa adalah sarana yang efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan komunikasi “verbal”, bila
orang yang berbeda saling mempengaruhi keadaan mental
62
dengan cara
58
Psikologi kognitif yang dimaksud bukanlah satu-satunya disiplin ilmiah kognitif yang mengasumsikan pandangan pemrosesan informasi kognisi manusia maupun yang
berkaitan dengan pragmatik. Lihat Louise Cummings, Pragmatics, a Multidisciplinary Perspective
, oleh editor Abdul Syukur Ibrahim dengan judul Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 3.
59
Tujuan utama inteligennsi artifisial IA adalah menstimulasikan inteligensi manusia dengan komputer. Dalam pemprosesan bahas alam yang terbukti sangat sulit,
pragmatik menempati posisi yang berpengaruh dalam penggunaan bahasa dalam setiap konsep inteligensi, yaitu bagaimana penutur menggunakan kompetensi otomisasi dalam
komunikasi. Lihat Louise Cummings, Pragmatics, a Multidisciplinary Perspective, 302- 303.
60
S.C. DikJ.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum, 19-20.
61
Istilah non-verbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun
dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan atas dasar relasi-relasi. Lihat Kris Budiman, Kosa Semiotika Yogyakarta: LKiS, 1999, 108.
62
‘Keadaan mental’ di maksudkan adalah segala yang diketahui, dipikirkan, diduga, diharapkan, dan dirasakan oleh penutur. Lihat S.C. DikJ.G. Kooij, Ilmu Bahasa
Umum , 20.
tuturan. Sehingga dengan bahasa kita dapat mengemudikan permainan pikiran dan tindakan orang lain.
Dalam konsep linguistik, perlu melihat pada aras maknanya yang merupakan makna-makna leksikal dan makna-makna struktural sebuah
bahasa.
63
Pada aras makna linguistik, para penutur perlu menguasai dan membedakan setiap makna kata dan penggunaan makna kata. Perangkat
konsep linguistik yang menjadi penelitian ini mengenai pragmatik yang berintegrasi dengan semantik. Dalam pragmatik makna diberi definisi dalam
hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa, sedangkan makna semantik didefinisikan semata-mata sebagai ciri ungkapan-ungkapan dalam
suatu bahasa tertentu, terpisah dari situasi penutur dan petuturnya.
64
Pada aras pragmatik, ujaran yang dilontarkan seorang penutur tentu mengandung tujuan tertentu. Hal ini termasuk dalam pemahaman akan
tujuan dan fungsi sebuah tutur.
65
Bagi Yule,
66
terdapat argumen mengenai pragmatik berintegrasi dengan makna, yakni:
Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker or writer and interpreted by a listener or reader. It has,
consequently, more to do with the analysis of what people mean by their utterances than what the words or phrases in those utterances might mean
by themselves. Pragmatics is the study of speaker meaning.
Pragmatik mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal diluar bahasa
67
dan mengintegrasikan bentuk linguistik dengan pemakaian bahasa.
68
Bagi Levinson,
69
pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasikan atau
ditandai dalam struktur suatu bahasa. Hubungan pragmatik yang tidak terlepas dari konteks, karena pragmatik adalah aturan-aturan bagaimana cara
berbahasa dan menggunakan bahasa tersebut sesuai dengan konteks sehingga dapat menunjang kemampuan si pemakai bahasa dalam
berkomunikasi. Bagi Nababan,
70
berbahasa secara pragmatik adalah dengan
63
J.D. Parera, Teori Semantik Jakarta: Erlangga, 2004, 2.
64
Geoffrey Leech, The Principles of Pragmatics, 8.
65
J.D. Parera, Teori Semantik, 3.
66
George Yule, Pragmatics Oxford: Oxford University Press, 1997, 3.
67
Untung Yuwono Kushartanti, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik
Jakarta: Gramedia, 2005, 104.
68
George Yule, Pragmatics, 4.
69
Stephen C. Levinson, Pragmatics Cambridge: Cambridge University Press, 1983, 9.
70
P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI, 1987, 76.
melibatkan dan mengaitkan konteks secara teks bahasa dan kebudayaan, atau situasi tempat, waktu, pemeran serta lingkungannya dalam kegiatan
berbahasa itu pembicara atau pengarang.
Pragmatik dan semantik secara egaliter menggunakan makna sebagai isi komunikasi, dengan menelaah hubungan unsur bahasa dengan para
pemakainya atau tidak linguistik beserta konteks situasinya.
71
Pragmatik memiliki kaitan erat dengan semantik. Semantik memperlakukan makna
sebagai suatu hubungan yang melibatkan dua segi ‘dyadic’ seperti pada “Apa artinya Z?”, sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai
suatu hubungan yang melibatkan tiga segi ‘triadic’, seperti pada “Apa maksudmu dengan Z?”.
72
Dengan demikian, dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakaian bahasa,
sedangkan dalam semantik, makna didefinisikan semata-mata sebagai ciri- ciri ungkapan dalam suatu bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur dan
lawan tuturnya. Selain itu, pragmatik berpusat pada teks sebagai proses penggunaan bahasa yang bersifat motivasional. Bagi Levinson,
73
pragmatik adalah kajian menghubungakan antara bahasa dan konteksnya yang
merupakan dasar dari penentuan pemahamannya. Sependapat dengan Levinson, Leech menyatakan bahwa pragmatik adalah kajian makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Aspek-aspek situasi ujar meliputi penyapa dan pesapa, konteks sebuah tuturan, tujuan sebuah tuturan, tuturan
sebagai bentuk tindakkan, dan tuturan sebagai produk suatu tindak verbal di luar tindak verbal.
74
Crystal,
75
mengemukakan bahwa pragmatik merupakan kajian yang menghubungkan struktur bahasa dan pemakaian bahasa, seperti bagan 2
berikut: Bahasa
Struktur ‹--------- Pragmatik --------› Pemakaian
71
Yayat Sudaryat, Makna Dalam Wacana Bandung: Yrama Widya, 2009, 120.
72
Geoffrey Leech, The Principles of Pragmatics, 8.
73
Stephen C. Levinson, Pragmatics, 21.
74
Geoffrey Leech,The Principles of Pragmatics, 13.
75
David Crystal, The Cambridge Encyclopedia of Language Cambridge: Cambridge University Press, 1991, 83.
2. Relasi bentuk dan makna
Kata merupakan satuan dari perbendaharaan sebuah bahasa yang mengandung 2 dua aspek, yaitu: bentuk dan makna. Bentuk sebagai segi
yang dapat dipahami dengan panca indera, yaitu dengan mendengar atau melihat. Sedangkan, makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam
pikiran pendengar atau pembaca disebabkan rangsangan aspek bentuk. Dalam makna kata dapat dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan
referennya.
76
Pada kata sepeda merupakan bentuk dan referennya adalah sesuatu yang diwakili oleh kata sepeda itu, yaitu alat yang beroda dua,
terdapat keranjang didepannya dan dikendarai dengan cara diayunkan oleh kedua kaki. Maka hubungan antara keduanya bentuk dan referen akan
menimbulkan makna. Makna kata sepeda timbul akibat hubungan bentuk itu dengan pengalaman non-linguistis.
77
Seperti bagan 3 berikut: Makna
Sepeda bentuk
referen: pengalaman non-linguistis
Makna bahasa terkait erat dengan bentuk kata, struktur dan konteks pada situasi dan kondisi. Makna kata suatu bahasa tidak dapat dipisahkan
dari akar kata, penunjukkan dan konteks penggunaannya.
78
Relasi antara bentuk dan makna dalam gramatikal menimbulkan masalah yang kompleks.
Dalam bahasa, satu bentuk gramatikal menuntut deskripsi yang rumit untuk menjelaskan beragam makna yang dimunculkannya. Bentuk dan makna
dalam kebahasaan merupakan 2 dua unsur yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Pembahasan makna tidak terlepas dari unsur-unsur yang lebih kecil yang menjadi bahan terbentuknya suatu kalimat, seperti unsur-unsur fonem,
76
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta: Gramedia, 2001, 25.
77
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 26.
78
Moh. Matsna, Orientasi Semantik al-Zamakhsyari: Kajian Makna Ayat-Ayat Kalam
Jakarta: Anglo Media, 2006, 18-24.
morfologi, sintaksis, dan unsur-unsur lainnya.
79
Bahasa merupakan alat penyampaian makna yang meliputi semua tataran bahasa. Bahasa juga
bersifat sistemis karena memiliki subsistem berupa fonogis, gramatikal, dan leksikal.
80
Ketiga subsistem tersebut relevan dengan makna yang berkitan dengan semantik. Jika sistem bahasa dihubungkan dengan unsur luar bahasa
pragmatik, maka dapat berfungsi menentukan serasi tidaknya sistem bahasa tersebut dengan pemakaian bahasa dalam komunikasi. Berikut bagan
4 hubungan sistem dan pemakaian bahasa:
81
Bahasa
Struktur ‹----------- Pragmatik ----------› Pemakaian Fonologi Leksikal Tulis Lisan
Gramatikal Semantik Morfologi dan Sintaksis
Makna fonetik lisan atau al-as}wat dan tulis atau al-imla dalam bahasa Arab berhubungan dengan bentuk harakat dalam bahasa tulisan yang
sangat berpengaruh terhadap makna. Dalam makna leksikal denotatif atau asasiyyah
adalah makna yang secara inheren dalam sebuah leksem.
82
Makna leksikal dapat juga diartikan sebagai makna kata secara lepas diluar konteks kalimatnya. Sementara makna gramatikal yang meliputi
morfologi s}araf dan sintaksis nah}w merupakan makna yang muncul sebagai hasil suatu proses struktural. Dalam bentuk, gramatikal terbagi 2
79
S.C. Dik dan J.G. Kooij, Ilmu Bahasa, vii.
80
Yayat Sudaryat, Makna Dalam Wacana, 2.
81
Yayat Sudaryat, Makna Dalam Wacana, 3.
82
Umar Manshur, “Ambiguitas Teks al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Polarisasi Pemikiran”, Tesis Jakarta: Sekolah PascaSarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008, 17.
dua macam, yaitu bentuk beraturan dan bentuk tidak beraturan. Dalam bahasa Arab memiliki bentuk verba beraturan. Pola-pola perubahan bentuk
pada mad{i dan mud}ari’. Verba mad}i menyatakan masa lampau dan makna perfektifitas, sedangkan verba mud}ari’ merupakan makna
progresif dengan waktu kebahasaan yang fleksibel dan dapat mengungkapkan ke-kini-an. Bentuk sintaksis terdapat 2 dua macam, yakni
umum dan khusus. Bentuk umum berupa makna kalimat atau struktur, sedangkan bentuk khusus berupa kedudukkan subjek, objek, dan
sebagainya.
83
3. Konteks pragmatik
Pragmatik sebagai kajian konteks eksternal bahasa dengan mengamati berbagai aspek pemakaian bahasa dalam situasi yang konkret.
Dalam pragmatik mengkaji empat aspek, yaitu tindak tutur Speech Act
84
, implikatur
Implicature
85
, deiksis
Deixis,
86
dan praanggapan
Presupposition
87
, pada bagan 5 sebagai berikut:
83
Tamam H{assan, al-Lughah al-‘Arabiyyah Ma’naha wa mabnaha Cairo: ‘Alam al-Kutub, 1998, 178.
84
John Austin 1911-1960, seorang ahli filsafat Inggris, orang pertama yang memberikan perhatian pada fungsi-fungsi yang terjadi yang dihasilkan oleh ujaran-ujaran
sebagai bagian dari komunikasi interpesonal. Austin menunjukan bahwa banyak ujaran yang tidak menyampaikan informasi belaka, melainkan juga suatu tindakan. Ia membagi
tindak tutur menjadi 3 tiga macam ketika seorang pengujar menghasilkan ujaran: 1 Tindak Lokusi The Act of Sayying Something merupakan tindak ujaran untuk menyatakan
sesuatu, seperti: strawberry itu berwarna merah. Ujaran tersebut dingkapkan oleh pengujaran yang bertujuan untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk
melakukan sesuatu pada lawan biacarnya. 2 Tindak Ilokusi The Act of Doing Something yaitu ujaran yang berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan bertujuan untuk
melakukan sesuatu, seperti saya tidak bisa datang. Kalimat tersebut diujarkan kepada teman yang baru saja merayakan ulang tahun. Informasi ketidakhadiran pengujar dalam
ujaran tersebut mengisyaratkan tindakan permohonan maaf kepada lawan bicaranya tersebut. Dan 3 Tindak Perlokusi The Act of Affecting Someone merupakan sebuah
ujaran yang diungkapkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi atau efek bagi lawan bicaranya, seperti: ujiannya mudah. Ujaran tersebut dilakukan oleh seseorang untuk
memberikan pengaruh positif kepada lawan bicaranya yang pada saat itu belum mengikuti ujian, selain itu pengujar bermaksud untuk tidak frustasi menghadapi ujian sehingga ia
dapat menerka bahwa soal-soal ujian akan mudah untuk dijawab. Lihat Louise Cummings, Pragmatics, a Multidisciplinary Perspective
, 8-10.
85
Implikatur menekankan pada percakapan dalam peran kerja sama antara pembicara dan lawan bicara. Teori implikatur oleh Grice bahwa kerja sama membentuk
struktur kontribusi-kontribusi pembicara terhadap percakapan dan menginterpretasikannya pada lawan bicaranya. Dalam hal ini pembicara menganggap lawan bicaranya mengetahui
Pragmatik
Tindak tutur Implikatur Deiksis Praanggapan
Pragmatik merupakan kesatuan utuh yang tercermin dalam empat aspek diatas. Untuk lebih menjelaskan posisi aspek-aspek tersebut
perhatikan contoh berikut: “Aku akan berkunjung kerumah barumu siang ini.”
Ujaran tersebut dalam tindak tutur merupakan ujaran performatif.
88
Keadaan yang dalam ujaran ini – bahwa dia berjanji untuk mengunjunginya siang ini – sekaligus dapat menjadi landasan bagi ujaran konstatif sesuai
pada tingkat keakuratannya. Tindakan pengujaran tersebut adalah tindak ilokusi dalam bentuk memperingatkan pada seseorang agar tidak bepergian
hari itu karena akan dikunjungi. Secara implikatur ujaran tersebut jika di tambahkan dengan ujaran “kakakku sedang dirawat di rumah sakit”, maka
konteks ini, ujaran kedua dapat diinterpretasikan dengan sejumlah tindak tutur yang berbeda. Mungkin pengujar pertama belum mengetahui perihal
kakak pengujar kedua sakit. Mungkin dengan pengetahuan ini di benak
maksud dari percakapan yang di sampaikan oleh pembicara. Louise Cummings, Pragmatics, a Multidisciplinary Perspective
, 13.
86
Deiksis mencakup ungkapan-ungkapan dari kategori gramatikal yang memiliki keragaman seperti kata ganti dan kata kerja, menerangkan berbagai entitas dalam konteks
sosial, linguistik, atau ruang-waktu ujaran yang lebih luas. Acuan pada entitas berbagai konteks ini dapat diperoleh makna ungkapan-ungkapan deiksis. J.L. Austin, How To Do
Thing With Words Cambridge: Harvard University Press, 1975, 109. Lihat pula, Louise
Cummings, Pragmatics, a Multidisciplinary Perspective, 31.
87
Praanggapan merupakan perkiraan atau sangkaan yang berkaitan dengan kemustahilan sesuatu bisa terjadi defessbility. Hal ini berkaitan dengan inferensi
kewacanaan, yaitu proses yang dilakukan oleh pembicara untuk mamahami makna wacana yang tidak diekspresikan langsung dala wacana. Inferensi kewacanaan diperlukan dalam
memaknai wacana yang implisit atau tidak langsung mengacu ke tujuan. Namun tidak semua inferensi yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan linguistik tertentu merupakan
praanggapan yang tepat terhadap suatu ujaran. Louise Cummings, Pragmatics, a Multidisciplinary Perspective
, 42-43.
88
Ujaran performatif merupakan ujaran yang tidak menyatakan ‘benar’ atau ‘salah’ melainkan pengujaran kalimat untuk melakukan sesuatu. Hal ini berlawanan dengan
ujaran konstatif yang mendeskripsikan atau melaporkan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sehingga memunculkan kesimpulan ‘benar’ atau ‘salah’. Lihat Louise Cummings,
Pragmatics, a Multidisciplinary Perspective , 8.
pengujar kedua, dia sedang berusaha mengingatkan pengujar pertama untuk tidak berkunjung siang ini karena ia sedang menemani kakaknya di
rumah sakit. Asumsi bahwa pengujar kedua sedang bersikap penuh kerjasama dalam percakapan tersebut, sedangkan pengujar pertama dapat
menyimpulkan bahwa tindak tutur yang dimaksudkan pengujar kedua merupakan penolakan terhadap informasi yang diberikan pengujar pertama.
Sementara, dalam deiksis ujaran tersebut meliputi kata aku sebagai bentuk persona pertama, kata kamu bentuk persona kedua, ke-waktu-an mendatang
pada kata akan, dan kata rumah sebagai bentuk tempat. Deiksis persona aku dan kamu bersifat ekstralingual yang berfungsi menggantikan suatu acuan di
luar ujaran, seperti siapa yang berkata aku dan kepada siapa aku mengujarkan ujaran itu pada seseorang yang disebut kamu. Dalam hal ini
penting untuk diketahui pada acuannya. Acuan waktu akan adalah pengujaran saat sebelum terjadinya peristiwa tersebut, karena bisa jadi
pengujar itu melakukan tindak tutur pada waktu pagi ini atau menjelang siang ini. Adapun deiksis tempat pada kata rumah mengacu tempat
berlangsungnya kejadian yang tidak berada dekat dengan pengujar. Praanggapan dalam ujaran tersebut bahwa lawan ujar menduga bahwa siang
ini pengujar akan datang ke rumahnya dan ia akan mengetahui kebenarannya jika pengujar tersebut benar-benar datang.
Bagi Leech
89
semantik dan pragmatik memiliki perbedaan dalam cara memberikan arti sebuah ujaran. Dalam pragmatik, ujaran merupakan
kaitan antara 2 dua jenis arti yaitu makna istilah Leech ‘harfiah’ dengan daya ilokusi. Oleh karena itu, pragmatik mengkaji perilaku yang
dimotivasi oleh tujuan-tujuan percakapan. Ada beberapa faktor yang menentukan apa yang dimaksud pengujar dengan ujarannya, antara lain
kondisi-kondisi yang dapat diamati, ujaran, dan konteks.
90
Berdasarkan faktor-faktor tersebut lawan ujar bertugas menyimpulkan interpretasi yang
paling mungkin. Namun walaupun pengujar seorang penafsir yang baik, ia tidak selalu sanggup membuat suatu kesimpulan yang pasti mengenai
maksud dari ujarannya. Dengan demikian, menafsirkan sebuah ujaran sama dengan membuat hipotesis,
91
sebagaimana penjelasan contoh diatas.
89
Geoffrey Leech,The Principles of Pragmatics, 45.
90
Geoffrey Leech,The Principles of Pragmatics, 45-46.
91
Geoffrey Leech,The Principles of Pragmatics, 46.
B. Deiksis