Narasi novel al-Karnak Deiksis dan pemahamannya teks narasi bahasa Arab (telaah novel al-karnak karya Najib Mahfuz)

hal ini, kajian deiksis berdasarkan teori Louise Cummings yang meliputi 3 tiga macam, antara lain: deiksis persona, deiksis waktu, dan deiksis ruang. Suatu kata dikatakan mengandung deiksis, apabila referensinya berganti- ganti dan berubah-berubah bergantung pada situasi dan konteks ujaran. Dalam hal ini, deiksis persona merupakan dasar orientasi pengaruh kedeiktisan bagi deiksis ruang dan deiksis waktu, karena leksem-leksem ruang dan waktu yang tidak deiktis dapat menjadi deikstis bila dikaitkan dengan leksem persona. Maka dapat dikatakan bahwa deiksis persona merupakan deiksis asli, sedangkan deiksis ruang dan deiksis waktu adalah deiksis jabaran.

BAB III STRUKTUR DEIKSIS NOVEL AL-KARNAK

Pada bab III ini mengkaji analisis konteks novel al- Karnak dan model analisis teks deiksis novel al-Karnak berdasarkan urutan struktur deiksis. Model analisis mengisyaratkan bahwa metodologi diperlukan untuk memudahkan analisis peneliti terhadap teks narasi dalam novel al-Karnak.

A. Narasi novel al-Karnak

1. Konteks novel al-Karnak

Analisis konteks narasi novel Karnak Kafe berdasarkan 3 tiga deiksis, merupakan penyampaian ide kebahasaan Najib Mah}fuz} yang bertopik strategis narasi investigasi. Dialog yang diungkapkan antar tokoh merujuk pada keadaan di Mesir pasca masa kekalahan besar perang Juni 1967 yang berimbas pada masyarakat Mesir. Seluruh struktur kekuasaan dunia Arab telah tertangkap basah dalam tindakan pembohongan sistematis selama enam hari berjalannya konflik. Sekilas kemenangan awal di darat dan kemenangan di udara telah berubah pada kehinaan dan kegagalan. Reaksi yang terjadi tidak sekedar bencana besar, melainkan kejahatan luar biasa sekaligus muslihat yang disengaja. Kini, dimana kebanggaan nasional yang dilahirkan oleh kemajuan Revolusi Mesir tahun 1952? Apakah sekarang ini kita harus kembali ke gambaran kondisi semula? Pemerintah macam apa sekarang yang bisa dan seharusnya mengendalikan kekuasaan? Peran dan kedudukan seperti apa untuk masing- masing individu? Dan tugas macam apa untuk para intelektual, khususnya novelis. Pasca-1967 merupakan era kegundahan yang luar biasa, tentang pemikiran, tuduh-menuduh, dan “balas dendam”. Najib Mah}fuz} menggunakan gambaran yang penuh semangat guna menjelaskan pengaruh kejadian tersebut; yakni sebuah pukulan yang meremukan tulang tengkorak kepala. Konsekuensinya adalah campuran keputusaan yang luar biasa sekaligus kemarahan yang hampir tak tertahankan. Reaksi beragam dilakukan para intelektual. Banyak penulis tercatat sezaman dengan Najib Mah}fuz} seperti Taufiq Al-Hakim Arab, Orhan Pamuk Turki, Nadine Gordimer Afrika Selatan, Kenzaburo Oe Jepang dan sebagainya, baik pada masa itu ataupun sesudahnya, merasa tak berdaya dan benar-benar tidak mampu menulis apa pun. 180 Sebaliknya, Najib Mah}fuz} merupakan sosok yang berbeda. Ia segera mulai menulis keseluruhan cerita pendeknya, yang kebanyakkan tulisan itu muncul pada koleksinya pada tahun 1969, taha al-Mizallah –yang beberapa isinya diterjemahkan dalam kumpulan tulisan God’s World tahun 1973. 181 180 http:indojaya.comartikel1361kisah-najib-mahfudz-jari-jari- kekarsastrawan-mesir.html. oleh Ade pada kamis, 05 mei 2011. 181 Roger Allen, The Arabic Novel: An Historical and Critical Introduction New York: Syracuse University Press, 1995, 111. Najib Mah}fuz} mengkisahkan sebagian besar melukiskan sebuah gambaran yang kacau mengenai dunia di mana tak seorang pun bisa memahami apa yang terjadi dan tak ada seorang pun tampil sebagai pimpinan atau yang mau menerima tanggung jawab. Kisah lain semacam ini terus bermunculan di penerbitan Mesir pada 1968-1969, yang kemudian dipublikasikan dalam sebuah koleksi Hikayah bi la bidayah wa la nihayah dan Shahr al-‘asal keduanya terbit pada 1971. 182 Periode kalut ini imbas malapetaka Juni 1967 – di kenal di dunia Arab sebagai al-naksa kemunduran 183 – bermula dari pengunduran diri presiden Jamal Abdul Nasr, figur utama tak tergoyahkan di dunia Arab, yang pergantiannya membangkitkan gelombang protes publik luar biasa yang kian memantapkannya di kekuasaan. Biaya untuk keselamatan hidupnya pada masa berikutnya jelas lebih besar, puncaknya ia meninggal dalam serangan 1970 setelah memberikan sambutan pada para pemimpin Arab yang berkumpul di Kairo dalam usaha sia-sia merumuskan kebijakan umum menghadapi hancurnya realitas baru. Penggantinya adalah wakil presiden waktu itu, Muhammad Anwar Sadat. Najib Mah}fuz} merupakan peserta yang giat dalam diskusi berkaitan dengan Revolusi Mesir yang dimulai sejak 1952. Hal itu dapat dilihat secara khusus pada seri novel yang ditulisnya tahun 1960-an, yang diawali dengan al-Liss wa al- Kilab 1961: The thief dan the Dogs, dan melalui pandangan yang sangat pesimistik yaitu Tharthara fawq al-Nil 1966: Adrift on the Nile , serta pandangannya yang paling negatif dari semua itu, Miramar 1967: Miramar. 184 Perdebatan berkenaan dengan revolusi serta pelbagai sebab kekalahan yang dapat ditemukan dalam novel tersebut dan Karnak Kafe merupakan kelanjutan dari novel-novel tahun 1960-an. Novel Karnak kafe merupakan kaitan perdebatan politik pada seri novel sebelumnya yaitu al-Maraya. 185 Karya ini 182 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, terjemah versi Inggris oleh Roger Allen berjudul Karnak Café, terjemah versi Indonesia oleh A. Fathoni berjudul Karnak Kafe Jakarta: Pustaka Alvabet, 2008, 153. 183 http:etalasebuku.com200803potret-politik-mesir-di-balik-kafe. Oleh Mursidi. 184 Roger Allen, The Arabic Novel: An Historical and Critical Introduction, 138- 139. 185 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 157. merupakan sketsa karakter orang-orang Mesir, salah satunya adalah sahabatnya, seorang artis Iskandaria, Saif Wanli, yang telah dilukis menjadi sebuah potret. Publikasi novel Karnak kafe pada tahun 1974 merupakan kronologi yang tepat. Banyak ‘darah’ mengalir dibawah jembatan di Mesir semenjak Anwar Sadat dikukuhkan menjadi presiden. Telah terjadi pembersihan para politisi kiri sekaligus usaha meningkatkan pengaruhnya pada agama yang populer disana, dengan cara menambahkan nama Muhammad di depan nama Sadat yang asli, dimana model semacam ini menjadi gejala utama dari tren kala itu. 186 Banyak laporan rahasia yang dipublikasikan menjelaskan perihal aktivitas kejahatan berbagai agen selama 1960-an. Ekonomi Mesir yang sebelumnya sulit dikendalikan menjadi terbuka untuk investasi, yang kemudian disebut kebijakan ‘infitah, di mana kebijakan tersebut membuat orang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, dan kelas menengah tergencet di antara keduanya. Hal tersebut menjadi topik kegusaran dari beberapa novel Najib Mah}fuz} pada 1970-an. Salah satu karya kritis yakni al-Karnak.

2. Struktur deiksis narasi al-Karnak

Penceritaan pada novel al-Karnak dirangkai berdasarkan urutan peristiwa sebab-akibat dengan alur maju. Pada bagan peristiwa komunikasi, anak panah melambangkan acuan, dan menunjukkan bahwa tokoh utama dalam cerita mengacu pada peristiwa yang berhubungan dengan tokoh pendamping, tempat, dan waktu. Selain itu, kaitan komunikasi cerita antar tokoh dengan tokoh, tokoh dengan pembaca dapat dilihat pada 2 dua bentuk, yaitu ujaran sebagai objek ujaran dan subjek ujaran dan pengujaran dapat berupa objek pengujaran dan subjek pengujaran. Berikut urutan peristiwa dengan bagan acuan dapat dijelaskan sebagai berikut: Suatu hari Najib Mah}fuz} tidak sengaja datang ke sebuah kafe kecil, yang terletak di ujung jalan raya, yaitu al- Karnak. Saat itu ia bermaksud memperbaiki jam tanganya yang ternyata cukup menghabiskan waktu. Akhirnya ia putuskan untuk datang ke kafe tersebut. Sejak saat itu, kafe tersebut menjadi tempat yang paling favorit bagi Najib Mah}fuz} untuk sekedar menghabiskan waktu. Di sana ia bertemu dengan 186 Denys Johnson dan Roger Allen, Arabic Short Stories California: University of California Press, 1994, 101. dengan pemilik kafe, seorang penari cantik di era 1940-an, Qurunfula. Bagan acuan: Jalan al-Mahdi Najib Mah}fuz} kafe Karnak Qurunfula “Tanpa sengaja aku datang ke kafe Karnak. Suatu hari aku berjalan di jalan al-Mahdi guna memperbaiki jam tanganku, yang ternyata menghabiskan waktu beberapa lama sehingga aku mesti menunggu. Untuk mengisi waktu, aku putuskan melihat-lihat beraneka ragam jam, perhiasan, sekaligus pernak-pernik di ruang etalase beberapa toko yang berada di kedua sisi jalan tersebut. Dan itulah awal mula aku temukan kafe Karnak ini. Sebuah kafe kecil yang terletak di ujung jalan raya. Sejak saat itu, kafe ini menjadi tempat favoritku untuk sekedar duduk serta menghabiskan waktu. Saat pandanganku kian dekat, sosok perempuan itu menyentakku pada suatu kenangan yang telah lama hilang. Seluruh bayangan itu tiba-tiba mengalir kembali. Aku duduk di pojok sembari menyaksikan sesosok tubuh indah bergoyang ke sana kemari; udara dipenuhi semerbak aroma wewangian. Ya .. penari, wanita itu adalah seorang penari. Dialah Qurunfula Sekarang ia duduk di bangku itu, benar-benar Qurunfula, bidadari impian era 1940- an”. 187 Perbaiki jam Penulis Ø di jalan al-Mahdi Kafe Karnak Qurunfula Poros komunikasi: struktur ujaran bersubjek pada penulis yang mengkomunikasikan pada pembaca sebagai lawan ujaran mengenai awal cerita ketika penulis menemui kafe Karnak dan pertemuannya dengan Qurunfula, yang terjadi pada waktu sebelum pengujaran. Tak lama setelah penulis berkunjung di kafe tersebut, ia langsung menjadi bagian darinya. Di sana, ia menemukan sebuah 187 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 1-2. hal yang menarik, sebuah hal yang sangat menakjubkan. Di balik kesederhanaan kafe tersebut, ternyata kafe itu adalah tempat berkumpulnya orang-orang eksterm dan berpandangan provokatif, baik golongan muda dan golongan tua. Mereka meluapkan pandangan-pandangan tersebut dengan berteriak keras maupun pelan, mereka mengekspresikan kenyataan sejarah revolusi 1952. Akan tetapi, kaum oposisi yang membisikkan bahwa pandangan ekstrem kiri harus diwaspadai karena berada di bawah bendera afiliasi ikhwanul muslimin—sebuah gerakan bawah tanah. Bagan Acuan: Najib Mah}fuz} golongan muda kafe Karnak golongan tua kaum oposisi ikhwanul muslimin “Pada hari-hari berikutnya, aku menjadi bagian dari keluarga kafe Karnak”. 188 “Disamping itu, ada rahasia lain mengenai kafe ini. Dari dulu sampai sekarang, kafe ini menjadi tempat berkumpulnya orang-orang ekstrem dan berpandangan provokatif; baik yang berteriak keras-keras ataupun yang bicara pelan-pelan, mereka mengekspresikan kenyataan sejarah yang ada”. 189 “Dari waktu ke waktu, kami kerap mendengar isyarat kaum oposisi yang membisikkan bahwa pandangan ekstrem kiri ataupun sejenisnya harus diwaspadai, karena berada di bawah bendera afiliasi Ikhwanul Muslimin”. 190 Penulis kafe Karnak tempat orang- orang ekstrem dan provokatif 188 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 11. 189 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 12. 190 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 13. kaum oposisi Poros komunikasi: pengirim adalah penulis yang menyampaikan gambaran tentang seluk beluk kafe Karnak. Pembaca dalam hal ini sebagai penerima. Adapun, kala dalam ujaran tersebut berlangsung kini, yaitu pada saat penulis mengujarkan peristiwa. Kemudian alur ini terus berkembang sesuai jalan cerita dan seiring dengan waktu. Mah}fuz} mulai mengarah topik yang berbeda—tentang cinta—cinta beberapa orang terhadap Qurunfula dan cinta Qurunfula terhadap Hilmi Hamada. Suatu hari keanehan terjadi di kota tersebut. Mah}fuz} mendapati seluruh ruangan kafe Karnak sepi dan kosong. Hingga malam tiba, tidak seorang pun muncul begitu pula pada malam berikutnya. Ternyata terdengar kabar bahwa telah terjadi penangkapan besar-besaran memasukkan mereka yang dianggap bersalah ke dalam penjara. Bagan acuan: Najib Mah}fuz} kafe Karnak sepi Golongan muda Penangkapan pertama “Lalu tibalah suatu hari saat aku datang ke kafe dan menemukan semua tempat duduk, yang biasanya dipenuhi anak-anak muda, sepi, dan kosong. Seluruh ruangan terasa janggal, dan kesenyapan menambah suasana kian mencekam…hingga malam bertambah larut, namun tak seorang pun muncul. Begitupun pada malam berikutnya”. 191 Penulis Kafe Karnak Kosong dan sepi Tidak ada golongan muda yang berkumpul Poros komunikasi: kekalaan terjadi dalam waktu mendatang, yaitu saat penulis datang ke kafe. Subjek dalam peristiwa tersebut adalah golongan muda yang menghilang 191 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 21. secara misterius dan kafe Karnak sebagai objek. Penulis sebagai pengirim dan pembaca sebagai penerima. Tiba-tiba mereka Zainab Diyab, Isma’il al-Sheikh, Hilmi Hamada dan beberapa orang lainnya muncul kembali. Namun, saat seseorang bertanya kemana saja selama ini, mereka tak banyak bicara dan enggan menjawab. Melalui gerak tubuh mereka, seolah tergambar rasa takut yang besar. Terdengar kabar bahwa mereka diikat oleh perjanjian besar. Bagan acuan: Kafe Karnak Golongan muda Perjanjian besar Pelanggan kafe lainnya Tidak terjawab “Lalu pada suatu sore, tiba-tiba wajah-wajah akrab yang telah lama raib muncul kembali di ambang pintu kafe: Zainab Diyab, Isma’il al-Sheikh, Hilmi Hamada, dan beberapa lainnya. Sedangkan, sisanya tidak akan pernah dapat kami temui kembali. Kedatangan mereka tentu saja langsung mencuatkan kegembiraan, dan kami semua menyambut mereka dengan tangan terbuka. Bahkan Zainal ‘Abidin turut serta merayakan kebahagiaan ini. Mereka semua kemudian larut dalam tawa, dan masing-masing orang tampak bahagia. Meskipun ada yang berubah dari wajah mereka. “Tapi bagaimana itu terjadi ?” salah seorang bertanya. “Tidak, tidak, seru Isma’il al-Sheikh, “Tolong jangan tanyai kami soal itu..”. 192 Kafe Karnak Zainal ‘Abidin Isma’il al-Sheikh Kembalinya golongan muda Poros komunikasi: pengirim adalah Zainal ‘Abidin kepada Isma’il al-Sheikh sebagai penerima. Waktu mendatang terjadi saat peristiwa kembalinya golongan muda yang di gambarkan secara statis ‘pada suatu sore’. Kemudian, para pemuda itu kembali menghilang secara tiba-tiba dalam penangkapan untuk kedua kalinya. Mereka merasa takut dan kecewa. Kejadian yang serupa kerap terjadi 192 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 27-28. setiap hari, namun pengaruhnya berbeda. Sehingga membawa kondisi saling curiga kepada apapun dan siapapun. Kini, bagi mereka yang tersisa hanyalah duduk melingkar sampai ajal menjemput, menyesali berlalunya masa kejayaan di masa lalu serta bertukar resep guna menunda kematian. Menghilangnya golongan muda membuat suasana semakin mengerikan. Bagan acuan: Pelanggan kafe Karnak kafe Karnak kecewa dan takut Golongan muda penangkapan kedua “Untuk kedua kalinya para pemuda itu kembali menghilang. Mirip kepergian mereka yang pertama. Semua terjadi secara tiba- tiba, tanpa ada peringatan apa pun. Namun kali ini, tak satu dari kami melewatinya dengan siksaan keraguan ataupun diselimuti tanda-tanya. Meski begitu, kami semua merasa takut dan kecewa”. 193 Poros komunikasi: subjek pada peristiwa tersebut adalah golongan muda yang kembali menghilang karena terjadi penangkapan kedua. Dalam hal ini, penulis sebagai pengirim kepada pembaca sebagai penerima cerita. Waktu dalam peristiwa tersebut terjadi pada kini, yaitu saat penulis menggambarkan situasi yang terjadi pada saat berlangsungnya pengujaran. Setelah perang Juni, mereka yang menghilang kembali ke kafe. Namun, tidak dengan Hilmi Hamada, ia meninggal saat di interogasi. Hal ini membuat semua pelangan kafe sedih. Terlebih Qurunfula, orang yang sangat mencintai Hilmi. Bagan acuan: Golongan muda kafe Karnak Kesedihan Qurunfula Hilmi Hamada wafat Ruang interogasi 193 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 35. “Beberapa minggu setelah Perang Juni, teman-teman kami muncul kembali ke kafe, mereka adalah Isma’il al-Sheikh, Zainab Diyab, dan dua orang lainnya. Kendati peristiwa ini terjadi di tengah kesedihan melanda seluruh negeri, namun kepulangan mereka merupakan kesempatan untuk merasakan kebahagiaan, sekalipun hanya sementara….mereka bilang Hilmi meninggal saat diinterogasi.” 194 Poros komunikasi: penulis sebagai pengirim yang menggambarkan peristiwa mendatang, yaitu saat kembalinya golongan muda pasca perang Juni. Penerima adalah pembaca. Dalam hal ini, subjek cerita adalah golongan muda dan objek cerita adalah kasus kematian Hilmi Hamada di ruang interogasi. Tengah cerita bab Isma’il al-Sheikh: Berawal dari pertemuan antara Isma’il al-Sheikh dengan Mah}fuz}. Di sini, Isma’il banyak menceritakan masalah yang dialaminya waktu kecil bersama kedua orang tuanya kepada Mah}fuz}—dengan seorang ibu yang begitu menyayanginya dan mendukung pendidikannya serta seorang ayah yang tidak begitu mendukung pendidikannya—dan teman di masa kecilnya, Zainab. Bagan acuan: Keluarga Isma’il al-Sheikh Zainab Najib Mah}fuz} “’Aku berasal dari lingkungan yang sangat miskin’. Kata Isma’il padaku. ‘pernahkah kau mendengar lorong Da’bas di Perempatan Husainia? Ayahku bekerja di sana di ‘restoran hati’, dan ibuku seorang penjaja keliling yang juga menjual selasih serta daun palem saat orang-orang pergi berziarah ke makam keluarga mereka selama perayaan Hari Raya’…’ketika itu ibuku mulai mempersiapkan kelanjutan sekolahku dan akan melakukan apa pun, bahkan ibaratnya, sekalipun ia harus menjual matanya’”. 195 “Selanjutnya, dia menceritakan secara panjang lebar tentang Zainab. ‘aku mengenal Zainab sejak kami anak-anak, besar 194 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 54-56. 195 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 62-63. bersamanya di gang tersebut. Ia tinggal di bangunan kumuh yang sama. Kami biasanya bermain bersama dan ditempa di tempat yang sama. Lalu ia tumbuh dan besar menjadi seorang gadis muda cantik’”. 196 Latarbelakang keluarga Isma’il al-Sheikh penulis Ø Zainab Ø Poros komunikasi: poros ini menjelaskan latarbelakang kehidupan Isma’il al-Sheikh tentang keluarganya dan hubungannya dengan Zainab. Pengirim oleh Isma’il al-Sheikh dan penerima adalah penulis dengan kala lampau, yaitu pada peristiwa yang terjadi sebelum pengujaran. Zainab dan Isma’il adalah dua insan yang saling mencintai akan tetapi mereka ditimpa isu, melakukan skandal seksual. Pembicaraan mereka tidak hanya sampai di situ, Isma’il juga bercerita di suatu malam Isma’il di mana ia ditangkap sekelompok polisi dengan cara paksa kemudian di masukkan di sebuah sel yang hampa tanpa penerangan. Kondisinya sangat mengerikan. Bahkan, apapun yang tersisa dari rasa kemanusiaannnya, larut dalam perasaan ngeri. Ia dituduh telah bergabung dengan ikhwanul muslimin. Tuduhan itu menyebabkan siksaan yang keras terhadap dirinya. Keberuntungan berpihak pada Isma’il, ia tidak terbukti bersalah. Meski begitu, ia tak dapat lepas begitu saja dari jeratan para polisi tersebut. Ia diikat dengan perjanjian besar, perjanjian yang menyiksa batinnya. Bagan acuan: Cinta Zainab Isma’il Isu skandal seksual Penangkapan pertama Dugaan ikhwanul muslimin Penjara “’Kami mendapat isu skandal seks’, dia melanjutkan ucapannya sembari tertawa. ‘sekian lama kami meraba-raba sekeliling, benar- benar tidak tahu apa yang mesti kami lakukan menghadapi isu itu’. 196 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 66. ‘kita saling mencintai,’ ucapku suatu hari pada Zainab seraya memeluknya, ‘tak ada keraguan tentang cinta dan ketulusan hati kita, kita benar-benar akan menikah’… ” 197 Zainab Isma’il al-Sheikh Isu skandal seks Ø Penulis Ø Poros komunikasi: penulis sebagai pengirim menanyakan kepada Isma’il sebagai penerima mengenai isu skandal seks. Kala yang terjadi menunjukkan waktu lampau dalam bentuk verba madi. “Saat malam tiba, aku sedang tidur disebuah bangku di lapangan. Di musim semi dan musim gugur aku senantiasa melakukannya untuk meninggalkan ruangan buat ayahku sendirian. Aku mendengar suara saat tidur. Pelan-pelan aku sadar, cahaya terang masuk menembus tidurku laksana mimpi. Tiba-tiba seseorang membangunkanku dengan kasar. Aku terbangun dan membuka mata. Aku menemukan diriku disorot tajam oleh lampu terang kea rah mataku…’ikut kami’. ‘Siapa kalian ?’. ‘Jangan khawatir, kami polisi’. ‘Apa yang kalian inginkan ?’. ‘Kau hanya perlu menjawab beberapa pertanyaan. Setelah itu kau akan pulang kembali sebelum fajar’…’kapan kau bergabung dengan Ikhwanul Muslimin?’.” 198 Beberapa polisi Penangkapan tuduhan ikhwanul muslimin Ø Isma’il al-Sheikh Ø Poros komunikasi: pengirim adalah beberapa polisi yang datang, penerima adalah Isma’il al-Sheikh. Poros ini menggambarkan kekalaan kini, yaitu subjek pengujaran 197 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 67. 198 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 71-78. menggunakan verba mud}ari’ ketika berlangsungnya peristiwa tersebut. Kebebasan Isma’il untuk menghirup udara segar di luar sel yang mengerikan itu, tidak berlangsung lama. Ia kembali dijebloskan ke dalam sel, kali ini ia mendapati Hilmi Hamada terkapar tak bergerak, meninggal di ruang interogasi. Bagan acuan: Keluar penjara Isma’il penangkapan kedua Ø Melihat Hilmi Hamada tewas ruang interogasi “Jadi inilah cara Iama’il dibebaskan dari penjara, menjadi informan dengan gaji cukup, namun nurani yang tersiksa. Betapapun ia gigih berjuang melawan nuraninya untuk menerima pekerjaan barunya tersebut lantaran ikatan yang kuat dengan revolusi, namun ujungnya adalah rasa berdosa atas apa yang ia lakukan. Tak lama terbebas, ia pun kembali di tangkap dan kali ini ia menceritakan pada ku perihal perjuangan terakhir Hilmi Hamada di ruang interogasi. Ia tetap bersiteguh memegang keyakinan sekaligus pendiriannya. Jawaban yang ia berikan membuat mereka marah. Mereka memukulinya, dan dalam kemarahan, ia mencoba membalas. Pukulan bertubi-tubi tersebut berlangsung hingga ia pingsan, terlihat seolah meninggal”. 199 Poros komunikasi: peristiwa yang terjadi berlangsung sebelum ujaran terjadi, hal ini terlihat pada bentuk afiksal subjek pada verba bantu kana. Pengirim adalah penulis dan penerima adalah pembaca. Tengah cerita bab Zainab Diyab: Saat Mah}fuz} bertemu dengan Zainab. Kali ini, Zainab banyak bercerita tentang dirinya. Di saat masa kecilnya, yang tinggal di kawasan kumuh hingga ia dilamar oleh seorang pedagang ayam yang merupakan saudagar kaya—di lingkungan miskin, ia adalah duda beranak tiga—tetapi Zainab menolak lamaran tersebut lantaran ia mencintai Isma’il. Bagan acuan: Najib Mah}fuz} 199 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 89-97. Masa kecil Zainab menolak saudagar kaya Mencintai Isma’il “Kemelut yang telah diduga jauh sebelumnya akhirnya datang manakala Zainab tengah duduk di sekolah menengah. Penjual ayam yang merupakan orang kaya dalam lingkungan miskin ini datang mengulurkan tangan. Ibu Zainab menyambut senang keinginan orang ini untuk membawa Zainab pergi dari rumah kumuh itu dan memberikan kehidupan menyenangkan baginya. Namun Zainab menolaknya, dan ini membuat ibunya sangat marah. Isma’il dan keluarganya yang memikul berat kemarahan ini”. 200 Poros komunikasi: pengirim adalah penulis dengan penerima adalah pembaca. Kekalaan lampau yang terjadi sebelum ujaran yang tampak pada bentuk verba madi feminin yang bersubjek pada Zainab. Cinta Zainab kepada Isma’il berjalan penuh liku-liku. Di satu sisi orang tua Zainab yang tidak setuju, lantaran Isma’il dianggap sebagai batu penghalang kehidupan keluarga Zainab dan Zainab sendiri. Di sisi lain, Zainab harus berpisah lantaran hubungannya dengan Isma’il. Tak hanya itu, Zainab juga banyak menderita akibat dituduh melawan revolusi, ia dimasukkan kedalam sel sebagaimana Isma’il. Perlakuan yang ia dapatkan begitu mengerikan, sampai akhirnya ia harus kehilangan harga dirinya. Bagan acuan: Hubungan Isma’il Zainab terhalang restu orang tua Penangkapan dugaan ikhwanul muslimin penjara Pelecehan 200 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 103-105. “Tapi persoalan ini tidaklah lantas menjadi reda. Sang saudagar kaya menyebarkan rumor bahwa terjadi skandal antara Zainab dan Isma’il. hal ini menggemparkan seisi pemukiman tersebut, namun Zainab cukup kuat bertahan. Ini juga berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Demi melawan tuduhan tak adil tersebut, ia memutuskan menggunakan pakaian yang sangat konservatif . jika ada orang mencoba menuduhnya telah menjadi pembangkang…ia sangat mencintai Isma’il dan benar-benar memahami jalan pikirannya. Ia yakin mereka berdua memiliki sikap yang sama. Kendati barangkali ia berpura-pura mengatakan sesuatu yang tidak benar-benar ia yakini dalam hatinya”. 201 Sudagar kaya Rumor skandal seks Zainab dan Isma’il Pemukiman Poros komunikasi: pengirim adalah saudagar kaya yang menyebarkan rumor skandal seks atas Zainab dan Isma’il kepada penduduk pemukiman sebagai penerima. Kekalaan pada peristiwa tersebut adalah sebelum ujaran terjadi. “Cerita keteguhannya terhadap revolusi sama persis seperti Isma’il. ‘Mereka menangkapku karena hubunganku dengan Isma’il. Tak ada satu pun alasan yang bisa diarahkan untuk menuduhku, dan aku bilang pada mereka kalau aku tidak pernah menjadi anggota Ikhwan’, tutur Zainab.” 202 “Zainab menceritakan padaku, ia lantas dimasukkan ke dalam penjara dan menjadi sasaran penghinaaan sekaligus siksaan yang paling kejam, penderitaan yang hanya seorang wanita saja yang sanggup benar-benar mengerti”. 203 Penangkapan Zainab tuduhan ikhwanul muslimin 201 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 105-106. 202 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 109. 203 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 112. Hubungan Isma’il penjara pelecehan Poros komunikasi: pengirim adalah beberapa polisi yang menangkapnya dengan penerima adalah Zainab atas tuduhan ikhwanul muslimin dan hubungan dengan Isma’il. Peristiwa yang terjadi adalah sebelum pengujaran, yaitu kala lampau yang terlihat pada subjek afiksal verba bantu kana. Akhirnya, keadaan yang menyiksa ini, memaksa Zainab menjadi seorang mata-mata dan memaksanya terjun dalam lembah pelacuran. Kondisi ini masih belum berakhir. Ia merasa putus asa untuk memperbaiki atau mengembalikannya pada kondisi semula. Sampai akhirnya, keyakinan Zainab untuk mendukung demonstrasi tergoyahkan dan benar-benar tercerabut dari akarnya. Dan semuanya itu terjadi serba tiba-tiba. Bagan acuan: Keluar penjara Zainab mata-mata dan pelacur Pudarnya revolusi “Setelah dibebaskan, akhirnya Zainab juga menjadi mata-mata. Ia ditawari kedudukan istimewa, sekaligus diputuskan Isma’il akan menjadi spion dari semua ini. Itu artinya Zainab mesti selalu menjaga rahasia: ia beritahu bahwa orang yang menjadi atasannya mempunyai kekuasaan penuh atas segala sesuatu. ‘Saat aku pulang ke rumah’, kata Zainab padaku, ‘dan sejenak bisa merenung tentang diriku, aku benar-benar takut dengan apa yang telah hilang dariku, sesuatu yang tidak dapat ditebus oleh apa pun’.” 204 “Mungkin aku telah berbuat salah, tapi bagaimanapun, aku mulai mengambil satu-satunya jalan yang terbuka untukku, dengan cara menyiksa diri sendiri dan menyerahkan pada hukuman terburuk yang bisa kubayangkan. Dengan melakukan semua itu, aku telah bersandar pada logika yang tak lazim. Aku anak revolusi, aku yakimkam diriku sendiri. Di balik segala yang terjadi, aku menolak memungkiri yang ada. Sehingga aku masih tetap bertanggung jawab akan keselamatan revolusi, sekaligus harus memenuhi kewajiban itu. Seolah-olah, secara tidak langsung, aku 204 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 117. menyalahkan yang terjadi padaku. Atas dasar itu, aku putuskan menghentikan berpura-pura hidup dalam kehidupan yang terhormat, sebaliknya aku jadi berkelakuan bagai wanita yang tidak terhormat”. 205 Poros komunikasi: kekalaan peristiwa tersebut pada lampau, yaitu saat Zainab dikeluarkan dari penjara dan mengalami berbagai penyiksaan psikologis akibat perlakuan dalam penjara. Pengirim adalah Zainab, penerima adalah penulis. Akhir cerita bab Khalid S}afwan: Pembicaraan mereka tentang revolusi dan insiden mengerikan mendapat sorotan terpanjang dari awal cerita hingga akhir cerita. Mereka merasa jenuh dengan yang dilakukannya. Sampai akhirnya mencoba mengganti topik pembicaraan. Namun, diskusi yang seperti itu, justru tidak bersemangat dan lesu. Hingga akhirnya kembali kepada topik semula. Sampai akhirnya, suatu malam datanglah sesosok wajah asing di kafe Karnak dengan mengapit lengan seorang anak muda. Ia duduk di amping pintu masuk. Semua mata tertuju padanya. Melihat dengan heran. Sampai akhirnya mereka tahu bahwa Khalid S}afwan berada di kafe yang sama, di antara mereka. Mereka masih dalam kebingungan dengan tujuan Khalid S}afwan datang ke kafe Karnak. Bagan acuan: Kafe Karnak Khalid S}afwan anak muda Pengunjung kafe Karnak “Hari-hari tersebut hanya itulah topik pembicaraan di Karnak kafe. Pembicaraan itu mendominasi persoalan lainnya, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun. Kami tidak membahas yang lainnya…Acapkali kami mengalami rasa bosan dengan semua yang ada, sampai akhirnya seseorang akan menyarankan untuk mengubah topik pembicaraan sebelum kami semua benar-benar menjadi gila. Kami sangat bersemangat mendukung ide tersebut dan mulai membicarakan hal 205 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 119. lainnya, namun diskusi yang terjadi biasanya tidak bersemangat dan lesu”. 206 “Suatu malam datanglah ke kafe sesosok wajah asing dengan mengapit lengan seorang anak muda. Laki-laki itu lalu duduk di dekat pintu masuk. Dialah Khalid S}afwan. Berita ini menyebar dari mulut ke mulut di kafe ini. Keheningan mendalam segera memenuhi seluruh ruangan. Setiap orang memandangnya. Selama beberapa saat ia berusaha tidak menghiraukan ia menyadari bahwa setiap orang yangada di ruangan itu tengah memandangnya. Tatkala itu terjadi, ia bersikap seakan-akan baru terbangun dari tidur panjang”. 207 Poros komunikasi: pengirim adalah penulis yang menggambarkan kehadiran sosok Khalid S}afwan di kafe Karnak, penerima adalah pembaca. Peristiwa yang terjadi saat berlangsungnya ujaran penulis, yaitu kala kini. Beberapa bulan kemudian Khalid S}afwan muncul kembali dalam kafe, menjelaskan tujuannya. Khalid mulai menjadi bagian dari kafe tersebut. Khalid mulai bergabung dengan komunitas pembela revolusi. Popularitasnya mencuat, bagai artis yang sedang naik daun. Beberapa orang mengagumi penyelidikannya dan mengagumi kekayaan informasi rahasia yang di milikinya. Bahkan sebagian yang lain membela Khalid serta menegaskan bahwa ia tidak pantas di persalahkan atas kejahatan yang telah dilakukannya. Hanya Qurunfula yang berbada pandangan dengan mereka yang mendukung keberadaan Khalid. Kendati demikian, ketika Khalid datang untuk bergabung kembali di komunitas kafe karnak, ia tetap mendapatkan sambutan hangat. Bagan acuan: Kafe Karnak Khalid S}afwan Bergabung pembela revolusi Informasi rahasia “Beberapa bulan kemudian kami heran saat ia muncul kembali, sama seperti saat ia datang pertama kali. Mengapa ia datang lagi, 206 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 130-131. 207 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 135-136. kami bertanya dalam hati. Mengapa ia tidak mencari tempat lain saja sambil menunggu kedatang obatnya ? apa ia benar-benar ingin berdamai dengan kami ? Atau ada kekuatan tersembunyi yang memaksanya menuju kami ?. ‘Jika boleh saya berharap, mudah- mudahan anda semua sedang menikmati malam yang indah’, katanya seraya duduk. Lalu ia memandang sekeliling. ‘Andaikata Tuhan berkehendak kesehatan saya membaik, saya ingin bergabung dengan kelompok kalian di sini’”. 208 Khalid S}afwan kafe Karnak bergabung dengan para revolusi Para pelanggan kafe Poros komunikasi: pengirim adalah Khalid S}afwan, penerima adalah para pelanggan kafe. Kekalaan yang terjadi adalah setelah pengujaran. Hal ini terlihat pada bentuk harapan kata ‘indama . “Di negara kita ada beberapa tipe orang religius. Kepentingan mereka adalah melihat agama mendominasi seluruh ranah kehidupan – filsafat, politik, moralitas, dan ekonomi. Mereka menolak menyerah atau bernegosiasi dengan musuh. Bagi mereka, jalan keluar yang damai hanya bisa disepakati jika solusi tersebut benar-benar mencapai hasil yang sama sebagai kemenangan tulus. Mereka mengajak berjuang…Lalu ada juga kelompok kanan dari aliran tertentu. Mereka menginginkan aliansi dengan Amerika dan pemutusan semua hubungan dengan Rusia. Mereka akan menyambut baik penyelesaian damai walaupun dengan semua konsesi yang menyakitkan dan memalukan yang tak bisa dihindari.” 209 Informasi rahasia Khalid S}afwan latarbelakang politik negara Para pelanggan kafe 208 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 139-140. 209 Najib Mah}fuz}, al-Karnak, 141-142. Poros komunikasi: kekalaan yang terjadi adalah sebelum ujaran terjadi dengan menggunakan verba mad}i. Pengirim adalah Khalid S}afwan dengan penerima adalah para pelanggan kafe.

B. Model analisis teks deiksis novel al-Karnak