Deiksis Ruang 1. Lokatif Deiksis dan pemahamannya teks narasi bahasa Arab (telaah novel al-karnak karya Najib Mahfuz)

C. Deiksis Ruang 1. Lokatif

Deiksis lokatif digunakan untuk mengacu lokasi atau tempat berlangsungnya peristiwa. Leksem deiksis lokatif dalam bahasa Arab, yaitu huna { ﺎﻨھ }, lokasi yang dekat proksimal dengan P1, dan hunaka { كﺎﻨھ }, lokasi yang jauh distal dengan P1. Sifat lokatif bisa statis ditandai dengan keberadaan: disini, disana dan dinamis ditandai dengan tujuan: ke sini, kesana dan asal: dari sini, dari sana. Berikut analisis deiksis lokatif dalam novel al-Karnak. Kata huna { ﺎﻨھ } terjadi pada kalimat 118, 119 dan 120. Bentuk leksikal ‘disini’ pada 119 dan 120 mengacu pada lokasi proksimal keberadaan yang statis - yaitu kafe Karnak - namun, tidak disebutkan lokasi secara tersurat atau penyebutan lokasi telah disebutka pada kalimat sebelumnya. Lokasi statis leksikal adverbia hunaka { كﺎﻨھ } kalimat 121 hunaka { كﺎﻨھ } ‘dari sana’ yang mengacu pada lokasi distal dari P1, namun bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan lokasi yang di maksud masih ‘mungkin’ berubah berdasarkan lokasi asalnya.

2. Demonstratif

Sistem pronomina demostratif dalam banyak bahasa di kenal adanya dua hal, yakni ini dan itu. Termasuk bahasa Arab, hanya saja sistem pronomina demonstratif dalam bahasa Arab membedakannya berdasarkan gender, antara lain: hadha { اﺬھ } untuk maskulin dan hadhihi { هﺬھ } untuk feminin yang bermakna ini dan bermakna itu pada dhalika { ﻚﻟذ } untuk maskulin dan tilka { ﻚﻠﺗ } untuk feminin. Istilah “pronomina” menjelaskan deiksis demonstratif berdasarkan “persona”-nya. 338 Oleh karena itu, pronomina demonstratif ini mengacu pada sesuatu yang di tempat P1. Sebaliknya, itu mengacu pada sesuatu tempat yang bukan tempat P1, yakni dapat disebut pada tempat P3. Kalimat leksikal adverbia hadha { اﺬھ } pada 122 hadha al- makan { نﺎﻜﻤﻟا اﺬھ } ‘tempat ini’ dan 123 hadha al-maqha { ﻰﮭﻘﻤﻟا اﺬھ } ‘kafe ini’ sebagai subjek pronomina demonstratif proksimal.

3. Temporal

338 J.W.M. Verhaar, Asas-asas Linguistik, 406. Deiksis temporal merupakan unsur kebahasaan pemarkah waktu 339 . Deiksis ruang menggunakan temporal untuk menyatakan tempat terjadinya peristiwa, yaitu pada verba berupa unsur morfologis atau kala, baik lampau, kini dan mendatang. Konstruksi 124 merupakan temporal kala lampau klausa dhahabtu .. ila baiti H}ilmi { ُﺖﺒھذ .. ﻰﻤﻠﺣ ﺖﯿﺑ ﻰﻟإ } yang merujuk waktu pada saat P1 berujar setelah peristiwa lokasi. Begitupun, kalimat 125 yaum ‘araftu hadha al-maqha { ﻰﮭﻘﻤﻟا اﺬھ ﺖﻓﺮﻋ مﻮﯾ } ‘saat aku datang ke kafe ini’ dan 126 kanu { اﻮﻧﺎﻛ } ‘saat mereka’, verba bantu kana bermakna lampau. Secara eksistensial kalimat nominal yang didahului kana mengandung 3 tiga pengertian, yaitu: 1 suatu peristiwa yang sudah terjadi, sebagai kala historis, 2 suatu peristiwa yang belum terjadi dan masih diharapkan akan terjadi nanti dinamakan non-historis, dan 3 semi-historis yaitu suatu peristiwa yang sedang dan masih akan terjadi. 340 Maka, Ketiga klausa tersebut menunjukan peristiwa terjadi sebelum pengujaran yang merujuk pada kala lampau. Pada konstruksi 126 berstatus historis karena peristiwa tersebut telah terjadi dan dengan demikian telah merupakan ‘bagian dari sejarah’, atau P 0. Rujukan temporal kini terdapat pada klausa 127 al- yaum . Kata pada 128 terdapat bentuk verba rujukan kekalaan mendatang yang dengan mudah dikenali. Hal ini terlihat penggunaan verba mud}ari’ dan partikel sa- { ـﺳ }.

D. Rumusan Deiksis