Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dengan serapan absorbansi dengan nilai koefisien korelasi r
sebesar 0,99942. Nilai r ini menunjukkan hubungan korelasi yang positif antara konsentrasi dan absorbansi Rohman, 2007.
4.2.2 Analisis Kadar Plumbum Pb dalam Cumi-cumi
Penentuan kadar logam Timbal Pb dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom. Konsentrasi logam Pb dalam sampel ditentukan berdasarkan
persamaan garis regresi linier kurva kalibrasi larutan standar. Data dan
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Hasil analisa kuantitatif logam Timbal Pb dapat dilihat pada Tabel 2.
Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 2. Data Kadar Logam Plumbum Pb
No. Sampel
Kadar Logam Pb mgkg Destruksi Basah
Destruksi Kering
1 Ck
0,3437 ± 0,0056 0,2851 ± 0,0034
2 Ca
1
0,0960 ± 0,0005 0,0728 ± 0,0007
3 Ca
2
0,1010 ± 0,0024 0,0740 ± 0,0014
4 Cb
1
0,0859 ± 0,0004 0,0656 ± 0,0019
5 Cb
2
0,0857 ± 0,0015 0,0647 ± 0,0006
6 Cc
1
0,0965 ± 0,0022 0,0721 ± 0,0007
7 Cc
2
0,0946 ± 0,0004 0,0728 ± 0,0006
Keterangan : Ck
= Sampel tanpa perendaman
Ca
1
= Sampel dengan perendaman dalam larutan jeruk nipis selama 30 menit Ca
2
= Sampel dengan perendaman dalam larutan jeruk nipis selama 60 menit Cb
1
= Sampel dengan perendaman dalam asam cuka selama 30 menit Cb
2
= Sampel dengan perendaman dalam asam cuka selama 60 menit Cc
1
= Sampel dengan perendaman dalam larutan asam jawa selama 30 menit Cc
2
= Sampel dengan perendaman dalam larutan asam jawa selama 60 menit
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Hasil Penurunan Kadar Plumbum Pb Setelah Perendaman dalam Air Perasan Jeruk Nipis, Asam Cuka, dan Larutan Asam Jawa
Dari hasil perhitungan secara statistik diperoleh kadar rata-rata plumbum dalam cumi-cumi. Berdasarkan kadar rata-rata tersebut diperoleh penurunan kadar
plumbum yang dapat dilihat pada tabel 3. Perhitungan persentase penurunan dihitung terhadap kadar awal.
Tabel 3. Persen Penurunan Kadar Plumbum Pb Setelah Perendaman dalam
Air Perasan Jeruk Nipis, Asam Cuka, dan Larutan Asam Jawa
No. Metode
Destruksi Sampel
Kadar Sebelum Perendaman
mgkg Kadar Setelah
Perendaman mgkg
Penurunan 1
Destruksi Basah
Ca
11
0,3436 0,0960
72,06 Ca
12
0,3436 0,1010
70,61 Cb
11
0,3436 0,0859
75,00 Cb
12
0,3436 0,0857
75,06 Cc
11
0,3436 0,0965
71,92 Cc
12
0,3436 0,0946
72,47 2
Destruksi Kering
Ca
21
0,2851 0,0728
74,47 Ca
22
0,2851 0,0740
74,04 Cb
21
0,2851 0,0656
76,99 Cb
22
0,2851 0,0647
77,31 Cc
21
0,2851 0,0721
74,71 Cc
22
0,2851 0,0728
74,47 Keterangan :
Ca
11
= Sampel dengan perendaman dalam larutan jeruk nipis selama 30 menit secara destruksi basah
Ca
12
= Sampel dengan perendaman dalam larutan jeruk nipis selama 60 menit secara destruksi basah
Cb
11
= Sampel dengan perendaman dalam asam cuka selama 30 menit secara destruksi basah
Cb
12
= Sampel dengan perendaman dalam asam cuka selama 60 menit secara destruksi basah
Cc
11
= Sampel dengan perendaman dalam larutan asam jawa selama 30 menit secara destruksi basah
Universitas Sumatera Utara
Cc
12
= Sampel dengan perendaman dalam larutan asam jawa selama 60 menit secara destruksi basah
Ca
21
= Sampel dengan perendaman dalam larutan jeruk nipis selama 30 menit secara destruksi kering
Ca
22
= Sampel dengan perendaman dalam larutan jeruk nipis selama 60 menit secara destruksi kering
Cb
21
= Sampel dengan perendaman dalam asam cuka selama 30 menit secara destruksi kering
Cb
22
= Sampel dengan perendaman dalam asam cuka selama 60 menit secara destruksi kering
Cc
21
= Sampel dengan perendaman dalam larutan asam jawa selama 30 menit secara destruksi kering
Cc
22
= Sampel dengan perendaman dalam larutan asam jawa selama 60 menit secara destruksi kering
Berdasarkan tabel 2 tersebut, kadar rata-rata logam Timbal Pb tanpa perendaman dengan metode destruksi basah adalah 0,3437 ± 0,0056 mgkg dan
dengan metode destruksi kering adalah 0,2851 ± 0,0034 mgkg. Jika dikaitkan dengan ketentuan FAOWHO yg menyatakan bahwa kadar plumbum yang
diperbolehkan dalam tubuh hewan laut yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak lebih dari 1 ppm Agustini, 2008, maka kadar plumbum dalam cumi-cumi
yang berasal dari perairan Belawan belum melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
Dari perhitungan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terjadi penurunan kadar timbal Pb pada cumi-cumi setelah perendaman dalam larutan jeruk nipis,
asam cuka, maupun asam jawa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa buah jeruk
nipis, asam cuka, dan larutan asam jawa memiliki kemampuan yang cukup efektif untuk menurunkan kadar logam berat plumbum Pb. Hal ini disebabkan adanya
berbagai macam senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat dan hidroksil yang terdapat pada jeruk nipis, asam cuka, dan asam jawa yang
memiliki kemampuan mengikat logam Pb pada cumi-cumi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menurunkan kadar logam dari makanan yang berasal dari laut
yaitu dengan cara melakukan perendaman terlebih dahulu dalam larutan jeruk nipis, perendaman dalam asam cuka 5, atau bisa juga dengan perendaman dalam
larutan asam jawa.
4.2.4 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Plumbum Pb pada Cumi- cumi dengan Perendaman dalam Jeruk Nipis, Asam Cuka, dan Asam
Jawa
Dilakukan uji beda nilai rata-rata secara statistik pada taraf kepercayaan 95. Uji yang dilakukan adalah uji F dan uji T yang hasilnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Dari tabel diperoleh F hitung untuk faktor perendaman adalah 482,328 dan F tabel sebesar 3,1504, dimana F hitung F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa
perendaman mempengaruhi penurunan kadar Plumbum Pb cumi-cumi.
Tes Pengaruh masing-masing Subjek
Dependent Variable: Persen Penurunan Kadar Pb
268.663
a
11 24.424
158.653 .000
395215.324 1
395215.324 2567236
.000 148.505
2 74.252
482.328 .000
.746 1
.746 4.847
.032 109.989
1 109.989
714.467 .000
4.796 2
2.398 15.576
.000 1.990
2 .995
6.463 .003
.110 1
.110 .712
.402 2.528
2 1.264
8.209 .001
9.237 60
.154 395493.223
72 277.900
71 Sumber
Model Koreksi Intersep
Perendaman Waktu
Metode Perendaman Waktu
Perendaman Metode Waktu Metode
Perendaman Waktu Metode Kesalahan
Total Total Koreksi
Jumlah Kuadrat
df Kuadrat
Rata-rata F
Sig.
R Kuadrat = .967 a.
Variabel Terikat:
Universitas Sumatera Utara
Selain itu dari tabel diperoleh F hitung untuk faktor perbedaan waktu adalah 4,847 dan F tabel sebesar 4,0012, dimana F hitung F tabel. Hal ini
menunjukkan bahwa perendaman dengan waktu 30 menit mempengaruhi penurunan kadar Plumbum Pb cumi-cumi. Hal ini juga dapat dilihat dari rata-
rata kadar timbal pada cumi-cumi sebelum perendaman adalah lebih tinggi daripada kadar cumi-cumi setelah perendaman selama 30 menit dengan air
perasan jeruk nipis, asam cuka, atau larutan asam jawa. Kemudian, dari tabel diperoleh F hitung untuk faktor metode destruksi
adalah 714,467 dan F tabel sebesar 4,0012, dimana F hitung F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa proses destruksi mempengaruhi kadar Plumbum Pb dalam
cumi-cumi.
4.2.4.1 Analisis Beda Nilai Rata-rata Penurunan Kadar Plumbum Pb pada Cumi-cumi dengan Perendaman dalam Jeruk Nipis, Asam Cuka, dan
Asam Jawa
Tabel di atas bertujuan untuk mencari atau menguji kelompok mana yang tidak berbeda atau tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok
lainnya. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penurunan kadar plumbum Pb pada perendaman cumi-cumi dalam jeruk nipis berbeda dengan perendaman
dalam asam jawa serta berbeda pula dengan perendaman dalam asam cuka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar plumbum Pb pada
Pe rse n Pe nuruna n Kada r Pb
24 72.7908
24 73.3842
24 76.0904
Jenis A sam Jeruk Nipis
As am Jawa As am Cuk a
Tukey HSD
a,b
N 1
2 3
Subset
Jumlah Sampel Rata-rata = 24. 000. a.
Al fa = .05. b.
Universitas Sumatera Utara
masing-masing perendaman dalam asam jeruk nipis, asam cuka, dan asam jawa memiliki perbedaan yang signifikan.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang paling baik dalam mengikat plumbum Pb pada cumi-cumi adalah asam cuka. Hal ini disebabkan karena asam
cuka merupakan asam organik sintetik yang murni. Sedangkan asam jawa dan jeruk nipis merupakan asam organik dari bahan alam yang tidak kita ketahui
kandungan pengotornya sehingga dapat mengurangi efektifitas kandungan asam jawa dan jeruk nipis dalam mengikat plumbum Pb pada cumi-cumi.
4.2.4.2 Analisis Beda Nilai Rata-rata Kadar Plumbum Pb pada Cumi- cumi dengan Perbedaan Waktu Perendaman
Tabel 4. Perbedaan Kadar Plumbum Pb pada Cumi-cumi Setelah Perendaman
dalam Jeruk Nipis, Asam Cuka, dan Asam Jawa Selama 30 menit dan 60 menit
No Waktu Perendaman
Kadar mg kg Jeruk Nipis
Asam Cuka Asam Jawa
1 30 Menit
0,0960 0,0859
0,0965 2
60 Menit 0,1010
0,0857 0,0946
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penurunan kadar Pb dengan perendaman selama 30 menit ternyata tidak berbeda jauh dengan penurunan kadar
Pb dengan perendaman selama 60 menit. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu perendaman 30 menit dan waktu
perendaman 60 menit terhadap penurunan kadar plumbum Pb dalam cumi- cumi. Hal ini berarti bahwa kemampuan pengikatan dari ketiga asam tersebut
hanya maksimal pada menit ke 30. Meskipun waktu perendaman diperpanjang, penurunan kadar logam tidak akan terjadi lagi.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4.2.1 Analisis Beda Nilai Rata-rata Kadar Plumbum Pb pada Cumi- cumi antara Metode Destruksi Basah dan Metode Destruksi Kering
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan taraf signifikansi 0,05, t-hitung yang diperoleh sebesar 13,843 dan nilai t tabel sebesar 2,019541, dimana
t-hitung t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode destruksi basah dan destruksi kering.
Besarnya nilai probabilitas atau signifikansi adalah 0,00 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara metode destruksi
basah dan destruksi kering. Secara teknis, bila ditinjau dari metode destruksi, destruksi basah lebih
efektif dalam menentukan kadar logam Pb dibandingkan dengan metode destruksi kering. Dapat dilihat pada tabel bahwa selisih kadar Pb yang diperoleh antara
destruksi basah dan destruksi kering adalah cukup bermakna yaitu sekitar 23,48 . Hal ini terjadi karena pada metode destruksi kering lebih banyak terjadi
kehilangan logam Pb pada proses destruksi, diantaranya proses penguapan air dan pengarangan di atas hot plate, pengabuan dengan menggunakan suhu tinggi
hingga 500
o
C dan waktu pemanasan yang sangat lama, serta pemanasan larutan sampel. Sementara diketahui bahwa logam Pb mulai melebur pada suhu
327,46°C. Sedangkan pada metode destruksi basah hanya mengalami satu kali proses pemanasan larutan sampel pada suhu rendah pada waktu pemanasan yang
relatif singkat.
Hasil Ana lisis pe rbandingan: T-Test Pa ired Sa mples Test
.0280190 .0131174
.0020241 .0239314
.0321067 13.843
41 .000
Destruksi Basah - Destruksi Kering
Var 1 Rata-rata
Std. Devias i Std. Error
Rata-rata Lower
Upper Perbedaan pada
Interval Keperc ayaan 95
Perbedaan Antarvariabel t
df Angka
Signifik ans i
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, metode yang lebih baik untuk penetapan kadar logam pada sampel adalah metode destruksi basah karena menunjukkan hasil
pengukuran logam yang lebih tinggi dibandingkan secara destruksi kering. Padahal kedua metode tersebut sama-sama mempengaruhi kadar logam Pb yang
terkandung di dalamnya. Jadi, proses destruksi mempengaruhi kadar logam Pb dalam cumi-cumi yang diperiksa.
4.2.5 Uji Perolehan kembali