Gambaran Self-Efficacy Konselor Sekolah di Kota Medan.

kegiatan belajar, karirjabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. 7 Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. 8 Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara- cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. 9 Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.

D. Gambaran Self-Efficacy Konselor Sekolah di Kota Medan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengemukakan bahwa: “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat Mulyasa, 2007. Universitas Sumatera Utara Kelangsungan proses pembelajaran di sekolah diperkuat oleh tiga komponen guru yang memiliki fungsi berbeda, yakni guru mata pelajaran, guru praktek dan konselor sekolah Laeis, 2009. Prayitno 1991 juga menyatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan sistem pendidikan di sekolah maka perlu dibutuhkan tiga bidang pemimpin di sekolah. Ketiga pemimpin tersebut adalah pimpinan sekolah, pendidik, dan bimbingan dan konseling. Dari pendapat kedua tokoh diatas terlihat bahwa keberadaan bidang bimbingan dan konseling di sekolah mendapatkan peranan yang sangat penting guna mencapai kesuksesan pendidikan. Melihat peran guru BK yang sangat penting maka sudah seharusnya unit Bimbingan dan konseling BK ada di setiap lembaga pendidikan. Istilah konselor secara resmi digunakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan menyatakan “konselor adalah pendidik” Himpunan UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana dijelaskan bahwa fokus kegiatan pendidikan tidak lagi terletak sebatas kegiatan mengajar dengan mengutamakan peranan guru, melainkan dengan sengaja dan terencana melibatkan berbagai profesi pendidik Winkel Hastuti, 2006. konselor sekolah memiliki tugas untuk melakukan pemantauan dan pembimbingan terhadap siswa berkaitan dengan perkembangan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya Laeis, 2009. Menurut Hafid dalam Anonimous, 2009 peran guru Bimbingan Konseling BK saat ini belum optimal. Hal tersebut disinyalir akibat masih ada pihak yang belum memahami arti penting konselor sekolah dalam proses pembelajaran dan masih ada kepala sekolah yang menganggap peran konselor Universitas Sumatera Utara sekolah itu tidak penting. Menurut Sukadji 2000 beberapa kepala sekolah mengaggap tidak perlu ada petugas khusus untuk bimbingan. Selain itu masih banyak guru yang sebenarnya kurang memahami asas-asas BK Winkel, 1991. Kurangnya pemahaman kepala sekolah dan guru akan arti pentingnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah mengakibatkan tugas konselor semakin tidak jelas Winkel, 1991. Hafid dalam Anonimous, 2009 menyatakan bahwa hanya demi formalitas banyak sekolah yang memposisikan guru BK dipegang oleh guru kesenian, guru PKK, atau guru-guru yang jam mengajarnya tidak terlalu padat. Menurut Hafid dalam Anonimous, 2009 , latar belakang pendidikan yang tidak sesuai mengakibatkan banyak peran konselor sekolah yang disalahfungsikan untuk menghukum anak semata. Menurut Wibowo Laeis, 2009 pelaksanaan fungsi yang kurang tepat akan mempengaruhi jalannya proses pendidikan, sebab tugas dan fungsi tidak dilakukan oleh mereka yang memiliki kompetensi dan wewenang terhadap bidang tersebut. Kenyataan seperti ini banyak terjadi di kota Medan, hal ini terlihat dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di beberapa sekolah di kota Medan. Untuk menghadapi kenyataan tersebut maka konselor sekolah seharusnya memiliki self-efficacy, seorang konselor sekolah harus memiliki keyakinan yang kuat akan kemapuan dan keterampilan dia miliki untuk menghadapi segala situasi yang ada terutama ketika berhadapan dengan klien siswa, keyakinan seperti inilah yang sering disebut self-efficacy oleh Bandura Maldonado, 2008. Ketika seorang konselor memiliki self-efficacy maka konselor akan mampu Universitas Sumatera Utara melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik terutama ketika berhadapan dengan klien Bandura, 1994 Self-efficacy konselor sekolah merupakan kepercayaan yang dimiliki oleh seorang konselor terhadap kapasitasnya untuk mempengaruhi performa siswa Maldonado, 2008. Larson dan Daniel dalam Maldonado, 2008 juga menyatakan bahwa self-efficacy konselor dapat didefinisikan sebagai suatu kepercayaan tentang kemampuan dan keterampilan mereka untuk menghadapi klien secara efektif. Bandura 1997 juga menyatakan bahwa Self-efficacy dapat menjembatani antara pengetahuan yang dimiliki dengan perilaku-perilaku tertentu. Self-efficacy yang dimiliki oleh konselor sekolah dapat mempengaruhi banyak hal. Dengan tingginya Self-efficacy yang dimiliki, seorang konselor sekolah dapat menampilkan kinerja yang baik, ia akan bertahan dalam membimbing terutama dalam menghadapi siswa yang bermasalah di sekolah Bandura, 1997. Selain itu Self-efficacy yang dimiliki oleh konselor juga dapat mempengaruhi motivasi Eggen Kauchak, 2004 dan prestasi siswa dalam belajar Ashton Webb, 1986. Oleh karena itu, self-efficacy yang dimiliki oleh konselor sekolah sangatlah penting. Menurut Bandura dalam Zulkaida, dkk., 2007 self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melakukan tindakan-tindakan yang perlu dalam mencapai tingkat kinerja tertentu. Bandura 1997 menyebutkan ada tiga dimensi self-efficacy, yaitu level, generality, and strength. Level berhungan dengan level kesulitan tugas yang Universitas Sumatera Utara diterima oleh seseorang untuk diselesaikan, generality berhubungan dengan sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas dan bagaimana individu menginterpretasikan dirinya gagal atau sukses, strength berhubungan dengan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki Hall, 2009. Self efficacy sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berada Bandura dalam Hall, 2009. Self-efficacy konselor sekolah akan dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dimana dia bekerja, misalnya sistem pendidikan, pekerjaan yang dihadapi, dan bagaimana hubungannya dengan orang- orang yang terkait didalam sekolah tersebut. self-efficacy seseorang akan cenderung meningkat ketika lingkungan juga memberikan dukungan terhadap tugas yang dia lakukan dan ketika individu memiliki self-efficacy yang tinggi maka dia akan bisa menghadapi tantangan dengan lebih baik Bandura, 1997. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian karena metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian Hadi, 2000. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat dekriptif yang dimaksud untuk melihat bagaimana gambaran self-efficacy konselor sekolah di kota Medan. Menurut Azwar 2000 metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Jenis penelitian ini tidak mempersoalkan hubungan antar variabel dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau kualifikasi lainya untuk setiap kategori di suatu variabel. Dalam pengolahan dan analisa data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif Faisal, 1999. Punch 1998 menyatakan bahwa ada 2 dua kegunaan dilakukannya penelitian deskriptif. Pertama, untuk mengembangkan teori dan area penelitian Universitas Sumatera Utara