Latar Belakang Kemampuan AntiFungi Bakteri Endofit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Ganoderma boninenese Pat

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komoditas kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq bagi Indonesia merupakan komoditas yang sangat strategis. Industri pengolahan minyak kelapa sawit menyimpan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di tanah air. Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan terpenting bagi negara maupun masyarakat Indonesia. Penanaman kelapa sawit di Indonesia mempunyai prospek yang cerah karena cukup tersedianya berbagai faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Lingkungan pertanian di Indonesia yang berada di kawasan tropik, memiliki hampir semua jenis patogen jamur, bakteri, nematoda dalam tingkat populasi dan patogenisitas yang cukup tinggi, terutama pada daerah yang didukung oleh ekosistem yang sesuai dengan pertumbuhan patogen tersebut Sitepu, 1993. Pengendalian hayati patogen tanaman merupakan pendekatan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pertanian modern terhadap senyawa-senyawa kimia pestisida, karena dapat menyebabkan polusi lingkungan Harjono Widyastuti, 2001. Salah satu penyakit yang paling merugikan pada tanaman kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal batang BPB yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat. suatu jamur tanah hutan hujan tropik. Jamur G. boninense bersifat saprofitik dan akan berubah menjadi patogenik bila bertemu dengan akar kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007. Pada generasi pertama serangan penyakit ini sangat rendah, dengan semakin bertambahnya generasi Universitas Sumatera Utara tanam berikutnya maka persentase serangan akan semakin tinggi, dan gejala penyakit sudah dapat terlihat pada awal pertumbuhan tanaman Subronto et al., 2003. Penggunaan agen biokontrol merupakan pendekatan alternatif untuk pengendalian penyakit busuk pangkal batang. Salah satu pengendali hayati terhadap penyakit busuk pangkal batang yaitu penggunaan bakteri endofit yang bersifat antagonistik untuk meningkatkan ketahanan induksi terhadap penyakit busuk pangkal batang. Mikroba endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya Radji, 2005. Bacillus subtilis merupakan salah satu contoh bakteri endofit yang mampu menghasilkan antibiotik berupa antifungal. Beberapa genus Bacillus diketahui mampu memproduksi antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain Cappucino dan Sherman, 1987 dalam Aini Abadi, 2004. Menurut Cook Baker, 1983 McKnight, 1993 dalam Sadfi et aI., 2002 banyak dari spesies Bacillus termasuk B. cereus B. subtilis, B. myocoides telah diketahui dapat menekan pertumbuhan beberapa jamur patogen seperti Rhizoctonia, Sclerotinia, Fusarium, Gaeummanomyces, Nectria, Pythium dan Phytophthora. Mekanisme penghambatan agen biokontrol pada bakteri tidak melalui hiperparasitik, tetapi melalui antibiosis dengan mengeluarkan antibiotik. Hifa G. boninense yang mengalami kontak langsung dengan antibiotik yang dihasilkan oleh bakteri akan mengalami kerusakan dan membran hifa menjadi pecah sehingga cairan sel keluar Susanto et al., 2002. Enzim kitinase berperan penting dalam kontrol fungi patogen tanaman secara mikoparasitisme Nugroho et al., 2003. Menurut Frindlender et al., 1989 dalam Aini Abadi, 2004 Bacillus subtilis merupakan salah satu bakteri endofit yang mampu menghasilkan enzim litik berupa kitinase dan β-1-3 glukanase. Kitin poli-β- 1,4-N-asetilglukosamin merupakan struktur komponen utama dinding sel jamur Fujii Miyashita, 1993. Enzim kitinolitik sangat penting dipertimbangkan sebagai Universitas Sumatera Utara agen biologi kontrol terhadap patogen tanah karena endofit memiliki kemampuan untuk mendegradasi dinding sel jamur Singh et al., 1999.

1.2 Permasalahan