Deteksi Kandungan Senyawa Antifungi Dari Ekstrak Metanol Bakteri Endofit Konsentrasi N-asetilglukosamin

diketahui menghasilkan antifungi, antitumor dan sitotoksik Wakayama et al., 1984. Sebagian besar diketahui bahwa antifungi yang dihasilkan oleh B. subtilis adalah polipeptida Munimbazi Bullerman, 1998 dalam Chitarra et al., 2003. Beberapa strain dari Enterobacter spp. telah digunakan sebagai agen biologi kontrol terhadap jamur patogen. Enterobacter cloacae dan Enterobacter agglomerans mampu menghasilkan antibiotik seperti hydroxamate siderophor Chernin et al., 1995.

4.4 Deteksi Kandungan Senyawa Antifungi Dari Ekstrak Metanol Bakteri Endofit

Hasil analisis kandungan senyawa antifungi dari bakteri PS38D yang memiliki zona hambat terbesar menunjukkan bahwa bakteri PS38D menghasilkan senyawa alkaloid, glikosida, triterpenoidsteroid bebas dan saponin Tabel 4.4.1. Berbagai macam aktivitas fisiologi yang menarik ditunjukkan oleh beberapa triterpenoid, senyawa triterpenoid bekerja sebagai antifungi. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba Robinson, 1995. Bakteri endofit menghasilkan alkaloid dan mikotoksin sehingga memungkinkan digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit Sudhanta Abadi, 2007. Bakteri endofit menghasilkan senyawa aktif biologis secara in-vitro antara lain alkaloid, paxillin, lolitrems dan tetranone steroid Dahlam et al., 1991 dalam Sudhanta Abadi, 2007. Endofit dapat menjadi sumber berbagai metabolit sekunder baru yang berpotensi untuk dikembangkan dalam bidang medis, pertanian dan industri Prasetyoputri Atmosukarto, 2006. Tabel 4.4.1 Hasil skrining fitokimia ekstrak metanol bakteri PS38D Pemeriksaan Skrining Fitokimia PS38D Alkaloida Flavonoida Glikosida TriterpenoidaSteroida bebas Saponin Tanin + - + + + - Keterangan + = mengandung golongan senyawa tersebut - = tidak mengandung golongan senyawa tersebut Universitas Sumatera Utara Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik dari tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit Taxol, suatu senyawa diterpenoid yang merupakan agen anti kanker merupakan salah satu contoh metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri endofit Tan et al., 2001 dalam Radji, 2005. Produksi senyawa bioaktif tertentu oleh mikroba endofit secara in situ mungkin memfasilitasi dominansinya dalam jaringan tanaman atau bahkan melindungi tanaman tersebut dari serangan patogen Prasetyoputri Atmosukarto, 2006.

4.5 Konsentrasi N-asetilglukosamin

Hasil uji kemampuan lisis miselium G. boninense pada media mineral yang ditambahkan hifa G. boninense sebagai sumber C menunjukkan bahwa kadar N- asetilglukosamin dan glukosa yang dihasilkan oleh masing-masing bakteri pada kedua jenis media menunjukkan perbedaan pola dan perubahan. Kadar N-asetilglukosamin pada media mineral dengan penambahan koloidal kitin cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa penambahan koloidal kitin. Kadar N-asetilglukosamin dengan penambahan koloidal kitin terus meningkat pada bakteri PS34A dan PS38D, tetapi cenderung menurun pada bakteri PS35A Gambar 4.5.1; Lampiran I, hlm: 40 Penambahan koloidal kitin dapat menyebabkan terinduksinya N-asetilglukosamin di dalam media. Namun pada bakteri PS35A kadar N-asetilglukosamin pada media tanpa penambahan koloidal kitin cenderung meningkat. Hal ini mungkin karena bakteri PS35A tidak menggunakan kloidal kitin sebagai sumber C melainkan hifa G. boninense. Kadar N-asetilglukosamin pada penambahan koloidal kitin yang dihasilkan oleh bakteri PS34A cenderung meningkat, dimana kadar yang tertinggi terlihat pada hari ke-6 dan ke-8. Peningkatan kadar N-asetilglukosamin diikuti dengan lisisnya miselium G. boninense. Sedangkan bakteri PS35A kadar N-asetilglukosamin tertinggi terdapat pada hari ke-2. Kadar N-asetilglukosamin terbesar yang dihasilkan oleh bakteri PS38D adalah pada hari ke-6. Besarnya konsentrasi N-asetilglukosamin dari masing-masing bakteri dan kontrol dapat dilihat pada Lampiran I, hlm: 40. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5.1 Pengaruh uji lisis G. boninense terhadap kadar N-asetilGlukosamin di dalam media mineral Keterangan : tanpa koloidal kitin dengan koloidal kitin PS34A 5 10 15 20 2 4 6 8 Hari ke- kons e nt ra si ppm PS35A 5 10 15 20 2 4 6 8 Hari ke- K ons e nt ra si ppm PS38D 5 10 15 20 2 4 6 8 Hari ke- K ons ent ra si ppm 22 Universitas Sumatera Utara Menurut Haran et al., 1995 dalam Yurnaliza, 2001, koloidal kitin merupakan substrat yang dapat menginduksi enzim kitinase. Kitin dapat dihirolisis secara enz imatis oleh enzim kitinase menghasilkan monomer β-1,4 N-asetil-D-glukosamin. Pengaturan sintesis kitinase dipengaruhi juga oleh produk akhir katabolit berupa GlcNAc dan glukosa Yurnaliza, 2002.

4.6 Konsentrasi glukosa