Komunikasi Instruksional Dalam Mengajar Mulok

keterampilan guru dalam menggunakannya dan sesuai dengan taraf berfikir siswa 26 . Dengan adanya criteria tersebut akan menjadi lebih mudah untuk guru dalam menggunakan media yang dianggap tepat untuk mempermudah tugasnya dalam mengajar.

D. Komunikasi Instruksional Dalam Mengajar Mulok

Secara etimologis Lughatan dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja, daa, yadu, dawatan, kata daa mengandung arti mengajak,menyeru, memanggil, maka dawatan berarti ajakan, seruan, panggilan. Jadi dakwah Islam dapat dipahami sebagai ajakan, seruan, panggilan kepada islam 27 . Sebagaimana halnya dakwah juga memiliki unsur-unsur guna tercapainya dakwah, karena dakwah juga merupakan usaha bersama sekelompok manusia adapun unsur-unsur dakwah itu adalah: materi dakwah, subjek dakwah dai, objek dakwah madu, metode dakwah, media dakwah, dan tujuan dakwah 28 . Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi berarti proses dakwah juga sama dengan proses komunikasi. Berdasarkan paradigma Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu 29 . Dengan begitu komunikasi meliputi lima unsur, yakni: komunikator, pesan, komunikan, media dan efek. Sehingga 26 Nana Sudjana dan Ahmad RivaI, Media Pengajaran, Bandung: Cv. Sinar Baru, 1990, Cet. Ke-1 hal.4 27 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Sebuah kajian epistimologi dan Struktur Keilmuan Dakwah.Medan: Diktat, 1996 hal 15 28 Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, Bandung: PT. Al-Marif, 1993, hal.20. 29 Onong Uchjana Effendy, Op. Cit. hal 10 proses dakwah adalah seorang atau sekelompok dai mengkomunikasikan pesan kepada madu, perorangan ataupun kelompok, dengan demikian secara teknis, dakwah adalah komunikasi antara dai komunikator dan madu komunikan, dan semua orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah adalah juga komunikan. 30 Dalam dunia komunikasi pengajaran atau lebih dikenal komunikasi instruksional, seorang guru yang diberikan tanggung jawab untuk sebagai dai, yang akan menjadi teladan bagi madunya yakni siswa, guru yang memberikan pesan-pesan agama yang akan dicerna oleh anak didiknya harus dapat merubah tingkah laku anak seagaimana yang telah diharapkan oleh guru dan menurut kurikulum yang telah ditetapkan oleh sekolah. Pada proses dakwah itu juga, seorang guru bukan hanya bertugas untuk menyampaikan pesan saja yakni pada bidang mata pelajaran, akan tetapi seorang guru harus mampu menggambarkan dan memberikan contoh perbuatan-perbuatan baik yang maruf dan mencegah dari yang mungkar. Seperti firman Allah dalam surat Ali-imran ayat 104 yang berbunyi: ☺ ☺ Dan hendaklah diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebijakan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang yang beruntung Q.S. Ali-Imran : 104 Kewajiban dakwah terletak pada setiap persoalan atau indifidu seseorang muslim berdasarkan kemampuan maupun profesi masing-masing beserta cara 30 Dr. Achmad Mubarok, MA. Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, 1999. Cet. Ke-3 hal.21 maupun media yang dimilikinya 31 . Berdakwah memang merupakan tugas yang berat, namun mulia disisi Allah, karena para ulama dai, muballigh itu adalah ahli waris dari para nabi. 32 Proses dakwah dalam komunikasi instruksional dapat efektif apabila seseorang komunikator yakni guru dapat memahami apa yang diinginkan seorang komunikannya yakni peserta didik. Sehingga apapun yang akan disampaikan pesan dapat tersampaikan dengan baik dan menghasilkan efek atau perubahan tingkah laku yang diharapkan pada tujuan instruksional. Peserta didik juga dapat mempraktekkan pesan yang disampaikan dengan baik yang sempurna. Guru yang dalam proses dakwah disebut dai, yakni orang yang menyampaikan pesan harus lebih baik dari madunya yakni peserta didiknya, yang paling utama sekali dalam hal bersikap. 31 Rafiudin, Prinsip dan Strategi Dakwah, , Bandung: Pustaka Setia, 2001 Cet. Ke-II hal. 12 32 Ibid Hal. 13

BAB III PROFILE MADRASAH DINIYAH AWALIYAH AL-ITTIHAD

A. Sejarah

Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Ittihad Tanara, didirikan pada tahun 1989, berlokasi di RT 0405, Kampung Pesisir, Desa Pedaleman, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang-Banten. Didirikan Madrasah ini mengingat keadaan masyarakat Tanara khususnya membutuhkan suatu lembaga pengajaran agama karena sasaran belajar agama yang ada belum memadai atau mencukupi. Dengan dorongan iman kepada Allah swt, tokoh-tokoh manyarakat dan tokoh agama di Tarana bermusyawarah untuk mewujudkan cita-cita mendirikan lembaga pendidikan tersebut, yang kemudian berhasil dibentuk suatu panitia pembangunan madrasah. Diantara pendirinya adalah H.Sopandi, H.Sulaeman Alm, H.Awar Alm dan H. Muhammad Thoha Alm dan dibantu bersama masyarakat sekitar. Bangunan berbentuk permanent, dengan bahan bangunan tembok dari bata merah dan genteng dari tanah liat dengan luas bangunan 1500 meter persegi. Tanah tersebut merupakan tanah wakaf dari Bapak H.Sulaeman Alm. Kini Madrasah Diniyah Awaliyah Al-Ittihad sudah mendapat pengakuan dari kantor wilayah Departemen Pendidikan Agama Propinsi Banten, dengan