UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.7.3 Pengujian Toksisitas
Pengujian toksisitas larutan uji ekstrak etanol 70 dan ekstrak air dilakukan dengan mengambil sebanyak 10 ekor larva udang menggunakan pipet
tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Pada pengujian ekstrak etanol 70, masing-masing tabung kemudian ditambahkan larutan uji ekstrak etanol
70. Sedangkan pada pengujian ekstrak air, masing-masing tabung ditambahkan larutan uji ekstrak air. Volume digenapkan dengan aquades hingga 10 mL
sehingga terjadi pengenceran. Larutan diaduk perlahan sampai homogen. Untuk setiap konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan triplikat Anderson, 1991.
Untuk kontrol dilakukan tanpa penambahan sampel. Larutan dibiarkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan masih hidup dari
tiap tabung Juniarti, et al., 2009.
3.3.7.4 Analisis Data
Pengujian efek toksik dihitung dengan menentukan nilai LC
50
. Nilai LC
50
diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung persentase mortalitas hewan uji setelah 24 jam dengan cara :
Selanjutnya dicari angka probit melalui tabel probit dan dibuat grafik dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap persentase mortalitas dalam
satuan probit sebagai sumbu y. Nilai LC
50
merupakan konsentrasi dimana suatu zat menyebabkan kematian 50 hewan uji yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan regresi linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC
50
kurang dari 1000 ppm untuk ekstrak dan kurang dari 30 ppm untuk suatu senyawa Juniarti, et al., 2009.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman ini dilakukan di
Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa
sampel yang digunakan merupakan Lannea coromandelica Houtt. Merr. dari famili Anacardiacea lampiran 2.
4.2 Penyiapan Sampel
Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang dari tanaman kayu jawa Lannea coromandelica. Kayu jawa yang menjadi
sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone, kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam
sebagai tanaman pagar. Kulit batang yang digunakan dari batang kayu jawa yang berdiameter 5 sampai 6 cm. Kulit batangnya biasanya berukuran 3 sampai 5 mm.
Kulit batang mulai dikumpulkan pada bulan februari 2014. Sebanyak 1,5 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan
dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang. Kulit
batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir. Kulit batang yang telah dicuci dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih
mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang terkandung dalam sampel lebih maksimal. Setelah proses perajangan, dilanjutkan
proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau
perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang. Selain itu, pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada
31