UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penyiapan Sampel
Sampel kulit batang tanaman kayu jawa Lannea coromandelica diperoleh dari daerah Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Sampel
kulit batang dikumpulkan pada bulan Februari 2014. Sebanyak 1,5 kg kulit batang segar disortasi basah, selanjutnya dicuci dengan air mengalir. Sampel kemudian
dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan. Selanjutnya sampel yang telah kering disortasi kering dan dihaluskan menggunakan blender hingga
diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 688 gram.
3.3.2 Ekstraksi Sampel Kulit Batang Kayu Jawa Lannae coromandelica
Serbuk kering kulit batang Kayu Jawa Lannea coromandelica diekstraksi dengan menggunakan dua metode yang berbeda yaitu sebagai berikut.
1. Metode Maserasi
Serbuk simplisia kering kulit batang kayu jawa Lannea coromandelica ditimbang 344 gram dan dimaserasi dengan etanol 70
selama 2 sampai 3 hari. Prosedur diulangi hingga 6 kali proses maserasi. Selanjutnya masing-masing hasil ekstraksi disaring dan filtrat yang
diperoleh dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh, dihitung
rendemennya.
2. Metode Dekokta
Dekokta kulit batang kayu jawa Lannea coromandelica dibuat larutan induk konsentrasi 5. Serbuk simplisia kering kulit batang Kayu
Jawa ditimbang 5 gram. Serbuk simplisia yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam botol dan ditambahkan aquades hingga 100 mL. Botol tersebut
ditutup dengan aluminium foil untuk menjaga volume air dalam botol tetap. Botol tersebut selanjutnya dipanaskan selama 30 menit dalam alat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kukusandandan. Waktu 30 menit dihitung setelah suhu dalam botol telah mencapai 90°C Tiwari, et al., 2011.
3.3.3 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang terkandung di dalam ekstrak etanol 70 dan ekstrak air kulit batang kayu jawa
Lannea coromandelica. Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara
lain alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, triterpenoid, fenol, dan tanin.
1. Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer
kemudian disaring. Tes Mayer dilakukan dengan menambahkan filtrat
dengan reagen mayer Potassium Mercuric Iodide. Terjadinya endapan berwarna kuning mengindikasikan adanya senyawa alkaloid Tiwari, et al.,
2011. Tes Dragendorf juga dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan
alkaloid. Filtrat yang diperoleh ditambahkan reagen dragendorf solution of
Potassium Bismuth Iodide. Terjadinya endapan berwarna merah mengindikasikan adanya senyawa alkaloid Tiwari, et al., 2011.
2. Uji Flavonoid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan ditambahkan 3 tetes larutan NaOH. Terjadinya perubahan intensitas warna
kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat mengindikasikan adanya senyawa flavonoid Tiwari, et al., 2011.
3. Uji Saponin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 20 mL aquades, kemudian larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit. Terbentuknya
busa setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin Tiwari, et al., 2011.
4. Uji Glikosida
0 Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning mengindikasikan
adanya senyawa glikosida Tiwari, et al., 2011.