UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mL, dihomogenkan dengan vortex. Selanjutnya, diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit Molyneux, 2004. Serapan diukur pada panjang
gelombang maksimum yaitu 515,5 nm.
3.3.6.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C
1. Pembuatan larutan pembanding Vitamin C
Membuat larutan induk Vitamin C 1000 ppm dengan cara menimbang 50 mg serbuk vitamin C, dilarutkan dengan metanol p.a dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan dengan metanol p.a sampai tanda batas. Kemudian dari larutan induk dibuat seri
konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. 2.
Pengukuran serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis Pengujian dilakukan dengan cara masing-masing konsentrasi
larutan pembanding vitamin C sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL, dihomogenkan
dengan vortex. Selanjutnya, diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit Molyneux, 2004. Serapan diukur pada panjang gelombang
maksimum yaitu 515,5 nm.
3.3.6.6 Analisis Data
1. Penentuan Nilai IC
50
Inhibitory Concentration Parameter yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil
dari uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah dengan nilai efficient concentration EC
50
atau sering disebut nilai IC
50
, yaitu konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50 aktivitas DPPH Molyneux,
2004. Untuk menghitung nilai IC
50
diperlukan data persen inhibisi dari pengujian yang dilakukan. Persen inhibisi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Ghosal Mandal, 2012
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang diperoleh diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear.
Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan nilai IC
50
dari masing- masing sampel dinyatakan dengan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan
diperoleh sebagai IC
50
Nurjanah, Izzati Abdullah, 2011. 2.
Penentuan Nilai AAI Antioxidant Activity Index Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang
digunakan dalam uji ppm dibagi dengan nilai IC
50
yang diperoleh ppm. Nilai AAI yang 0,5 menandakan antioksidan lemah, AAI 0,5-1
menandakan antioksidan sedang, AAI 1-2 menandakan antioksidan kuat, dan AAI 2 menandakan antioksidan yang sangat kuat Vasic, Stefanovic,
Licina, Radojevic Comic, 2012.
3.3.7 Pengujian Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
BSLT 3.3.7.1 Persiapan Larva
Artemia salina
Penetasan telur Artemia salina dilakukan dengan cara menetaskan sebanyak 50 mg telur Artemia salina dalam wadah yang berisi air laut, disekat
menjadi dua bagian yang salah satunya dibuat gelap dan diletakkan dibawah lampu Meyer, et al., 1982. Telur Artemia salina akan menetas dan menjadi
larva setelah 24 jam Mudjiman, 1988.
3.3.7.2 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa Lannea
coromandelica
Larutan uji ekstrak etanol 70 kulit batang kayu jawa Lannea coromandelica dibuat dengan cara menimbang 50 mg ekstrak etanol 70
kemudian dilarutkan dengan sedikit etanol 70 dan ditambahkan aquades hingga 50 mL sebagai larutan induk 1000 ppm. Larutan uji dibuat seri konsentrasi akhir
menjadi 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, dan 500 ppm. Larutan uji ekstrak air kulit batang kayu jawa Lannea coromandelica
dibuat dari ekstrak air hasil dekokta 5. Larutan induk 5 ini selanjutnya dibuat larutan uji dengan konsentrasi akhir 0,15, 0,3, 0,5, dan 0,1.