• Kasino • Hotel •
91
Suwanti 060406028
Data umum proyek Judul proyek
: Kasino Hotel di Bin Lokasi proyek
: Lagoi Bay Development, Bintan Resorts, Pulau Bintan, Kepulauan Riau
Tema proyek : Sustainable Site
Luas
site :
5,2 ha
Luas site yang boleh dibangun : 1,3 ha
KDB : Maksimal
40
RTH : Minimal
20 Garis sempadan pantai
: Minimal 100 meter Keadaan
eksisting :
Lahan kosong
Bintang
: Jumlah akomodasikamar tamu : maksimal 200 kamar
Status
proyek :
Fiktif
3.3.1 Pulau Bintan, Kepulauan Riau
Kecamatan : Teluk Sebong, Pulau Bintan
Ibukota Kecamatan : Sebong Lagoi
DesaKelurahan : Sebong Pereh, Sebong Lagoi, Ekang Anculai,
Sri Bintan, Pengudang, Berakit, Kota Baru Letak
geografis : 0º6’17”LU-1º34’52”LU; dan 104º12’47”BT-
108º2’27” BT
Iklim : Tropis
Suhu
: 22,5ºC-32,2ºC
Kelembaban Udara : 61-96
Waktu standar : WIB atau GMT +7 jam
Mata
uang :
Rupiah Pulau Bintan yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan ini merupakan bagian dari
peninggalan sejarah perdagangan dan budaya di Asia Tenggara. Bintan pernah menjadi persimpangan di jalur perdagangan antara Indonesia, Cina, Timur Tengah
dan India, sehingga Pulau Bintan mewarisi budaya Melayu dari abad-abad silam sampai sekarang.
Universitas Sumatera Utara
• Kasino • Hotel •
92
Suwanti 060406028
3.3.1.1 Sejarah Singkat Pulau Bintan
16
Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara
tetapi juga di mancanegara. Wilayahnya mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan, karena itulah julukan Kepulauan
“Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu
yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan. Jauh sebelum ditandatanganinya
Treaty of London , kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga
menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka Malaysia,
Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaannya terletak di Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di Nusantara dan kawasan Semenanjung
Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda
menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden
untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden
untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah
keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu:
1. Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau–Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman yang berkedudukan di Tanjungpinang dan sebagai penguasa ditunjuk
seorang residen. 2. Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat dan diperintah oleh Asisten
Residen dibawah perintah residen. Pada 1940 Keresidenan ini dijadikan Residente Riau dengan dicantumkan Afdelling Bengkalis Sumatera Timur dan
sebelum tahun 1945-1949 berdasarkan Besluit Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17 Juli 1947 No. 9 dibentuk daerah
Zelf Bestur
daerah Riau. Berdasarkan surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, provinsi Sumatera
Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9 Deprt. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai
16
Bintan dalam angka 2008
Universitas Sumatera Utara
• Kasino • Hotel •
93
Suwanti 060406028
oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut:
1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan termasuk kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan
Tanjungpinang Timur sekarang. 2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah kecamatan Karimun, Kundur dan Moro.
3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang. 4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,
Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No. 26K1965 dengan mempedomani
Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 No. 524A1964 dan Instruksi No. 16V1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 No.
UP24751965, tanggal 15 Nopember 1965 No. UP256 51965 menetapkan terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah Administratif kewedanaan dalam
kabupaten Kepulauan Riau di hapuskan. Pada tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1983, telah dibentuk kota administratif Tanjungpinang yang
membawahi 2 dua kecamatan yaitu kecamatan Tanjungpinang Barat dan kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan
peraturan pemerintah No. 34 tahun 1983 telah pula dibentuk kotamadya Batam. Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi
bagian kabupaten Kepulauan Riau. Berdasarkan Undang-Undang No. 53 tahun 1999 dan UU No. 13 tahun 2000,
kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari : kabupaten Kepulauan Riau, kabupaten Karimun dan kabupaten Natuna. Wilayah
kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan, yaitu: Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur, Tambelan, Tanjungpinang
Barat dan Tanjungpinang Timur. Kecamatan Teluk Bintan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galang. Sebahagian wilayah Galang dicakup oleh kota
Batam. Kecamatan Teluk Bintan terdiri dari 5 desa, yaitu: Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling dan Bintan Buyu.
Kemudian dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 tahun 2001, kota administratif Tanjungpinang berubah menjadi kota Tanjungpinang yang statusnya
sama dengan kabupaten.
Universitas Sumatera Utara
• Kasino • Hotel •
94
Suwanti 060406028
Sejalan dengan perubahan administrasi wilayah pada akhir tahun 2003, maka dilakukan pemekaran kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara menjadi Kecamatan
Teluk Sebong dan Bintan Utara. Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan Lingga Utara dan Lingga. Pada akhir tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan
UU No. 312003, maka dengan demikian wilayah Kabupaten Kepulauan Riau meliputi 6 kecamatan yaitu Bintan Utara, Bintan Timur, Teluk Bintan, Gunung Kijang,
Teluk Sebong dan Tambelan. Dan berdasarkan PP No. 5 Tahun 2006 tanggal 23 Februari 2006, Kabupaten Kepulauan Riau berubah nama menjadi Kabupaten
Bintan. Berdasarkan Perda No.11 Tahun 2007 dan Perda No.12 Tahun 2007 tentang
pembentukan kelurahandesa dan kecamatan baru maka pada tahun 2007 Kabupaten Bintan mempunyai 10 Kecamatan dan 51 DesaKelurahan.
3.3.1.2 Visi dan Misi Pulau Bintan
Visi Kabupaten Bintan
17
: Menuju Kabupaten Bintan yang sejahtera, berdaya saing, dan berbudaya.
Misi Kabupaten Bintan
18
: Meletakkan dasar-dasar perekonomian yang kuat melalui peningkatan
pembangunan ekonomi rakyat secara terpadu dan terencana dalam berbagai kegiatan sektoral dengan memperhatikan unsur spasial.
Meningkatkan pembangunan sumberdaya manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri di era perdagangan bebas dengan tetap
memperhatikan budaya Melayu sebagai ciri khasnya. Mewujudkan peran otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab,
didukung oleh aparatur pemerintah yang baik dan terpercaya good governance
dan partisipasi masyarakat secara luas dalam pembangunan. Pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan. Peningkatan dan pemantapan sarana dan prasarana sosial, ekonomi dan
transportasi dengan prioritas daerah-daerah terbelakang.
17
Buku saku Bintan 2008, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kabupaten Bintan
18
Buku saku Bintan 2008, Bappeda Kabupaten Bintan
Universitas Sumatera Utara
• Kasino • Hotel •
95
Suwanti 060406028
Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakatnya melalui promosi dan peningkatan investasi untuk pengembangan ekonomi khususnya industri
pariwisata.
3.3.1.3 Letak dan Keadaan Geografis Pulau Bintan
Batas-batas Kabupaten Bintan sebagai berikut: Sebelah utara
: Kabupaten Natuna Sebelah selatan
: Kabupaten Lingga Sebelah barat
: Kota Tanjungpinang dan kota Batam Sebelah timur
: Propinsi Kalimantan Barat
Secara geografis Kabupaten Bintan terletak diantara 0º6’17” Lintang Utara – 1º34’52” Lintang Utara dan 104º12’47” Bujur Timur disebelah Barat – 108º2’27” Bujur Timur
disebelah Timur. Pulau Bintan merupakan salah satu kabupaten di Kepulauan Riau yang terletak pada
posisi yang strategis yaitu berada pada alur Laut Kepulauan Indonesia yang berseberangan dengan Laut Cina Selatan, Selat Malaka, dan Selat Singapura,
sehingga menjadikan Kabupaten Bintan sebagai lalu lintas transportasi laut yang strategis.
Gambar 3.1 Batas-batas Kabupaten Bintan
Universitas Sumatera Utara
• Kasino • Hotel •
96
Suwanti 060406028
3.3.1.4 Peraturan Presiden Tahun 2009 tentang Tata Ruang Kawasan Bintan
BAB III tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Bintan Bagian Kedua mengenai Sistem Pusat Kegiatan,
Pasal 17 Butir keempat berbunyi:
Sistem pusat kegiatan primer yang ditetapkan meliputi pusat pariwisata mancanegara dan domestik di Lagoi.
BAB V tentang Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Bintan Bagian Kedua mengenai Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang,
Pasal 57 Butir pertama berbunyi:
Indikasi program utama perwujudan struktur ruang kawasan Bintan diprioritaskan pada pengembangan baru keterkaitan fungsi pusat-pusat kegiatan primer
perdagangan dan jasa, pariwisata, dengan skala pelayanan internasional dan nasional.
BAB VI tentang Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Bagian Kedua Paragraf 1 mengenai Arahan Peraturan Zonasi untuk Struktur Ruang,
Gambar 3.2 Pulau Bintan Berada Pada Posisi yang Strategis
Universitas Sumatera Utara
• Kasino • Hotel •
97
Suwanti 060406028
Pasal 68 Butir pertama berbunyi:
Arahan peraturan zonasi untuk pusat kegiatan primer sebagaimana dimaksud pada Pasal 67 huruf a
19
meliputi arahan peraturan zonasi untuk pusat kegiatan pengembangan pariwisata.
Butir Ketiga berbunyi: Peraturan zonasi untuk pusat pengembangan kegiatan pariwisata diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut: a. Pusat kegiatan pariwisata adalah untuk kegiatan usaha jasa pariwisata,
pengusahaan objek dan daya tarik wisata dan usaha sarana pariwisata serta dilarang untuk kegiatan yang merusak lingkungan serta mengganggu
kenyamanan dan keamanan. b. Persentase luas lahan terbangun KDB
20
maksimal sebesar 40. c. Persentase ruang terbuka hijau RTH
21
minimal sebesar 20. d. Prasarana dan sarana antara lain gedung promosi dan informasi, perhotelan,
kuliner, toko-toko souvenir, sarana kesehatan, persewaan kendaraan, ticketing
, money changer
. e. Rancangan tata letak dan bangunan yang difungsikan sebagai pusat pariwisata
Internasional, harus menggunakan standar Internasional. Menyediakan akses bagi publik terhadap objek wisata pantai.
Pasal 75 Peraturan zonasi untuk jaringan sungai
Bagian Kedua Paragraf Kedua mengenai Arahan Peraturan Zonasi untuk Pola Ruang,
Pasal 80 Peraturan zonasi kawasan peruntukkan wisata sebagaimana dimaksud pada Pasal
77 huruf c
22
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
19
Pasal 67 huruf a berbunyi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang meliputi arahan peraturan zonasi untuk pusat kegiatan primer.
20
KDB singkatan dari Koefisien Dasar Bangunan merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan dan gedung dan luas lahantanah perpetakandaerah perencanaan yang dikuasai
sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
21
RTH singkatan dari Ruang Terbuka Hijau merupakan area memanjangjalur danatau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam
Universitas Sumatera Utara
• Kasino • Hotel •
98
Suwanti 060406028
a. Zonasi kawasan pariwisata terdiri dari zona usaha jasa pariwisata, zona objek dan daya tarik wisata, dan zona usaha sarana pariwisata.
d. Zona usaha sarana pariwisata adalah untuk penyediaan akomodasi, makan dan minum, angkutan wisata, sarana wisata tirta dan kawasan pariwisata.
g. persentase KDB pada zona usaha sarana pariwisata maksimal sebesar 40 dan RTH 20.
h. Prasarana dan sarana minimal meliputi telekomunikasi, listrik, air bersih, drainase, pembuangan limbah dan persampahan, WC umum, parkir, lapangan
terbuka, pusat perbelanjaan skala lokal, sarana peribadatan, dan sarana kesehatan, persewaan kendaraan,
ticketing ,
money changer .
i. Memiliki akses yang terintegrasi dengan terminal, bandar udara dan pelabuhan penumpang.
j. Zona pariwisata dimungkinkan untuk tujuan perlindungan lingkungan. k. Menyediakan akses bagi publik terhadap objek wisata pantai.
Pasal 83 Butir Kesepuluh berbunyi: a. Peraturan zonasi tepian air meliputi zona tepian air yang merupakan bagian dari
kawasan peruntukkan pariwisata. b. Peraturan zonasi tepian air diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sempadan bangunan yang dihitung setelah sempadan pantai dengan jarak minimal yang disesuaikan dengan batas aman terhadap bahaya gelombang
pasang. 2. Orientasi bangunan menghadap atau berorientasi ke arah air.
3. Rancangan lansekap diarahkan untuk meningkatkan daya dukung lingkungan.
4. Ruang publik yang menghadap air harus dilengkapi prasarana jalan lokal, sarana jalan pejalan kaki dan sepeda, dermaga, taman dan ornamennya,
sarana keselamatan pantai, danau dan sungai. 5. Semua jenis kegiatan dilarang untuk membuang limbah ke perairan.
6. Pada ruang publik yang menghadap pantai, danau atau sungai dilarang untuk Pedagang Kaki Lima PKL
3.3.2 Lagoi Bay, Bintan Resorts