17
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak tahun 1950, International Labour Organization ILO dan World Health Organization WHO telah memberikan pemikiran tentang suatu definisi
umum dari kesehatan kerja occupational health. Setelah diadopsi oleh ILOWHO Joint Committee on Occupotional Health pada sidang pertama tahun
1950 dan direvisi pada sidang ke-12 pada tahun 1995, maka dirumuskan fokus utama dari kesehatan kerja adalah pada tiga tujuan yaitu: 1 pemeliharaan dan
promosi kesehatan dan kapasitas kerja; 2 perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan agar menjadi kondusif terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja; 3 pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja ke arah yang mendukung kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja dan untuk
menjalankannya, serta mempromosikan suasana sosial yang positif dan operasi produksi yang lancar sehingga dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.
Dalam hal ini konsep budaya kerja dalam prespektif kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberi pengertian tentang berbagai aspek penanganan dan
pencegahan penyakit akibat kerja sebagai refleksi system tata nilai yang diadopsi oleh perusahaan bersangkutan. Implementasi kesehatan kerja menjadi amat
penting untuk alasan moral, legal, dan ekonomi. Kewajiban moral termasuk perlindungan kesehatan dan kehidupan tenaga kerja. Alasan legal berhubungan
dengan efek perundang-undangan terhadap pencegahan, tindakan hukum, dan kompensasi melindungi keselamatan dan kerja bagi tenaga kerja. Pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
18
kesehatan kerja juga akan mereduksi cedera, penyakit umum, dan akibat kerja yang sangat berkaitan dengan penurunan biaya termasuk biaya perawatan medis,
dan santunan karena cacat. Survey terakhir yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS pada bulan
Agustus 2013 menunjukan angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,39 juta penduduk,dengan angka pengangguran terbuka mencapai 6,25. Dengan
tingginya angka pengangguran ini memaksa untuk setiap individu menjadi lebih kreatif dan mampu mencari peluang demi mencukupi kebutuhan pribadi dan
keluarga masing masing. Berbagai pekerjaan akan dilakukan seseorang guna memenuhi kebutuhan tersebut. Tidak jarang pada akhirnya seseorang akan
memilih untuk berwirausaha. Salah satu bentuk wirausaha tersebut adalah dengan mendirikan usaha
berbentuk jasa yaitu jasa pemotongan rambut atau yang lebih dikenal dengan pangkas rambut. Namun dalam perkembangannya sektor ini sangat jarang
mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun pribadi masing-masing mengenai penerapan dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Banyak
yang mengira pekerjaan ini hanya sebatas memotong rambut seseorang tanpa ada risiko untuk mendapatkan kecelakaan. Salah satu bentuk ketidak pedulian
tersebut dapat kita temukan dengan sedikitnya literatur yang dapat membantu kita guna memahami faktor risiko yang ada di pekerjaan ini.
Jika menelaah lebih dalam terhadap pekerjaan maka kita akan menemukan berbagai resiko pekerjaan mulai dari unsafe action dan unsafe condition. Salah
satunya ada pada paparan getaran yang dihasilkan dari mesin pencukur tersebut.
Universitas Sumatera Utara
19
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak – balik dari kedudukan seimbangan PER.13MENX2011 TAHUN 2011.
Gangguan yang disebabkan oleh getaran dapat muncul dalam waktu yang berbeda-beda sejak pertama kali terpapar, tetapi kadang kadang gejala ini muncul
dalam waktu beberapa bulan setelah paparan berat. Perubahan rangka biasanya tidak lebih awal dari 10 tahun atau lebih. Getaran diukur dengan menentukan
besarnya energi mekanik yang dihantarkan per satuan permukaan selama periode waktu tertentu. Energi mekanis ini adalah fungsi dari frekuensi dan intensitas
gerakan osilasi yang menghasilkan getaran. Besar energi yang di absorbsi fungsi dari frekuensi, intensitas, dan lamanya getaran Wijaya, 1995. Tenaga kerja
diatas usia 29 tahun khususnya rentan terhadapa pengaruh getaran. Efek getaran yang merugikan adanya disfungsi otonom, penyakit pembuluh dan saraf tepi,
sengatan dingin sebelumnya pada tangan Wijaya, 1995 Menurut Taylor 1993, beberapa penelitian diluar negeri telah membuktikan
adanya hubungan antara penggunaan alat tangan bergetar dengan timbulnya sindrom getaran tangan dan lengan. Dari penelitian di Amerika Serikat dapat
diketahui 1.5 juta dari total populasi pekerja yang terpajan oleh getaran lengan tangan. Di New Zealand dan Inggris dilaporkan bahwa antara 40 - 90
mengalami sindrom getaran lengan tangan. Sedangkan hasil penelitian NIOSH 1975 terhadap pekerja yang menggunakan Pneumatic Chipping, Pneumatic
Hummer dan gerindra diketahui prevalensi getaran lengan tangan kira kira 47 Pheasant, 1991
Universitas Sumatera Utara
20
Pada Publikasi NIOSH 1983 di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 1.245.00 tenaga kerja terpajan getarana lengan tangan pada industry industry berikut
konstruksi, pertanian, industry logam, kayu, kehutanan, pakaian, industry meubel, pertambangan, truk, dan pabrik mobil Kent, 1998. Pada penelitian
Wekayama di Jepang pada tahun 1974 – 1996 terhadap pekerja industri
kehutanan swasta menyatakan 4.652. dari 9.952 total pekerja terkena sindrom getaran lengan tangan Miyashita, 1998. Tingginya angka prevalensi diatas
menunjukkan bahwa bahaya resiko yang dapat ditimbulkan oleh getaran lengan tangan yang harus diketahui efek dan gejalanya.
Menurut penelitian Endang Purnawati Wahyu 2011 yang dilakukan di Jakarta pada 18 supir bajaj dengan getaran terendah 1.05 ms
2
dan tertinggi 9.22 ms
2
. Keluhan kesehatan yang diderita oleh supir bajaj akibat getaran adalah keluhan jari pucat sebesar 33.3, jari dingin sebesar 22.2 nyeri sebesar 94.4,
mati rasa sebesar 11.1 kesemutan sebesar 38.9. Penelitian yang sama juga dilakukan Ika Novidas jayanti 2000 dipengolahan kayu jati Cepu. Didalam
penelitiannya Ika memparkan hasil bahaya intensitas getaran alat kerja sebesar 0.22
– 2.21 mdet
2
dengan keluhan yang dirasakan adalah jari jari terasa menebalmenggetar, telapak tangan terasa menebalbergetar, mengalami
pemucatan jari jari dan telapak tangan serta mengalami mati rasa Penelitian mengenai getaran lengan tangan juga pernah dilakukan oleh
Muhammad Saiful Hidayat pada tahun 2011. Penelitian ini dilakaasanakan di pekerja Abadi Dental Laboratorium Gigi Surabaya. Dalam hasilmnya Saiful
menuliskan bahwa intensitas getaran yang dihasilakan oleh alat bor gigi tersebut
Universitas Sumatera Utara
21
adalah 0.3 mdet
2
- 1,2 mdet
2
. Sebagian besar responden 72 mengalami keluhan hand arm vibration syndrome. Dengan keluhan terbanyak adalah
kesemutan 38.9. Di lingkungan kelurahan padang bulan 1, setelah saya melakukan survei awal
pada beberapa tempat pemotongan rambut diketahui bahwa beberapa pekerja menglami beberapa keluhan kesehatan seperti rasa kebas dan kesemutan. Dari 3
tempat yang saya datangi dengan total pekerja 9 pekerja, didapati 4 dari 9 mengalami rasa kebas dan kesemutan dengan intensitas paparan sebesar 1.5
mdet
2
– 2.0 mdet
2
dengan lama paparan selama 15 menitkepala dan selama sehari mereka bisa menyelasaikan pencukuran sebanyak 20 kepala
Berdasarkan hasil survey awal saya dan dikaitkan dengan bebrapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa dengan besarnya paparan yang dihasilkan
oleh mesin cukur rambut dapat mengakibatkan keluhan kesehatan berupa kesemutan,kebas dan mati rasa maka patut rasanya dilakukan penelitian dengan
judul “Hubungan lama paparan getaran tangan dengan keluhan gangguan kesehatan pada pekerja cukur rambut di
kelurahan Padang Bulan 1, Medan 2014”
1.2 Rumusan Masalah