Hubungan Lama Paparan Getaran Tangan dengan Keluhan Kesehatan pada Pekerja Cukur Rambut di Kelurahan Padang Bulan I Medan 2015

(1)

HUBUNGAN LAMA PAPARAN GETARAN TANGAN DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA CUKUR RAMBUT

DI KELURAHAN PADANG BULAN 1 MEDAN 2015

SKRIPSI

OLEH :

FADDILLAH CANDRA NIM : 111000148

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN LAMA PAPARAN GETARAN TANGAN DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA CUKUR RAMBUT DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN 2015.” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015 Yang membuat pernyataan


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

HUBUNGAN LAMA PAPARAN GETARAN TANGAN DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA CUKUR RAMBUT

DI KELURAHAN PADANG BULAN 1 MEDAN 2015

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh:

Faddillah Candra 111000148

Disahkan oleh : Komisi Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr.Halinda Sari Lubis, MKKK Isyatun Mardiah Syahri, SKM, M. Kes NIP. 19650615 199601 2 001 NIP. 19770130 200604 2 001

Medan, Juli 2015

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs Surya Utama, M.S. NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada pekerja cukur rambut di Kelurahan Padang Bulan I, Kota Medan tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan keluhan kesehatan. Masa kerja adalah waktu atau lamanya pekerja telah melakukan pekerjaan tersebut (dalam hitungan tahun) sehingga dapat mengetahui lamanya paparan bagi pekerja terhadap getaran lengan tangan. Lama kerja waktu atau lamanya pekerja dalam sehari dihitung dalam jam. Sehingga dapat mengetahui lamanya paparan per hari

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi adalah pekerja cukur rambut di Kelurahan Padang Bulan I, Medan sebanyak 89 orang dan sampel adalah total populasi

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui pekerja yang mengalami keluhan kesehatan. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Exact Fisher.

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukan bahwa pekerja yang mengalami keluhan kesehatan berjumlah 47 orang (52,8%). Keluhan kesehatan berupa kesemutan berjumlah 13 orang (14,6%), penurunan kemmapuan sensori panas berjumlah 15 orang (16,9), penurunan kemampuan merasakan perbedaan nyeri sebanyak 11 orang (12,4%), dan penurunan kemampuan raba sebanyak 8 orang (9,0%). Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan kesehatan dengan nilai P-value = 0,001. Sedangkan lama kerja tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna.

Disarankan pekerja cukur rambut untuk memperpanjang durasi memotong rambut menggunakan gunting rambut dan pisau cukur guna mengurangi intensitas getaran yang langsung dirasakan tangan dan menggunakan sarung tangan tebal yang dapat mengurangi intensitas getaran dari mesin cukur menuju tangan. Sehingga dampak yang ada dapat dikurangi.


(5)

ABSTRACT

The research was conducted at barberman in Padang Bulan District, Medan 2015 to find out the correlation between time of work and working lives with health complaint. Working lives defined as how long barberman have worked on that job (in year). Time of work defined as how long barberman work every day (in hour).

This research was analytical with cross-sectional design. The population was barberman in Padang Bulan I District, Medan and sample was total population which was 89 barbermans.

Workers’s health complaint data were gathered by conducting interviews by using questionnaires and conducting observation with observation sheet. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is Exact Fisher Test.

Based on distribution frequency, it was found that 47 worker (52,8%) had health complaint. The health complaint were such as : 13 barbermans (14,6%) had tingling, 15 barbermans (16,9%) had decreasement of heat sensory ability, 11 barbermans (12,4%) had decreasement of feeling pain,and 8 barbermans (9,0%) had decreasement of touch ability. The result of statistic test with confident interval 95% and confident level 5 % showed that there was significant correlation between work service timewith health complaint at P-value = 0,001. Meanwhiles, there was no correlation between work time and health complaint.

It is recommended to barberman to make variance in barber tools to decrease the intensity of direct fibration in hand and also use thciky gloves to decrease the fibration intensity from barber machine in order the effect can be decreased.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapakan kepada Allah SWT, dengan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pastinya, penyelesaian

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN LAMA PAPARAN GETARAN TANGAN DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA CUKUR RAMBUT DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN 2015” ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya.

1. Terima kasih kepada Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.

4. Terima kasih kepada Ibu dr.Halinda Sari Lubis, MKKK selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Terima kasih kepada Ibu Isyatun Mardiah Syahri, SKM, M. Kes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(7)

6. Terima kasih kepada Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.

7. Terima kasih kepada Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.

8. Terima kasih kepada bapak-bapak dana abang-abang pemangkas rambut disekitaran kelurahan padang bulan yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian dan membantu saya dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang bersangkutan dengan penulisan skripsi ini. 9. Terima kasih untuk Orang tua dan seluruh keluarga saya tersayang (Bapak,

Mama, abang Andre, Erik, Fajar.) karena selalu memberikan bimbingan, motivasi, kasih sayang tak terhingga, serta doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Kalian adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidup.

10. Semua teman dari departemen K3 Sabrina, Ivory, Tia, Cici, Wini, Anggi, Dante, Mimit, Jung, Eko, Bayu dan yang lainnya. Terima kasih atas doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

Saya merasa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tak lupa pula saya ucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat


(8)

memperbaiki isi skripsi ini. Akhir kata semoga dapat memberikan manfaat pada semua pihak.

Medan, Juli 2015 Penyusun


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfatat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Getaran ... 7

2.2. Jenis Getaran ... 7

2.2.1. Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration) ... 7

2.2.2. Getaran Lengan Tangan (Hand Arm Vibration) ... 7

2.3. Sumber Getaran ... 8

2.4. Cara Mengukur Getaran ... 9

2.5. Nilai Ambang Batas Getaran ... 10

2.6. Efek Getaran Lengan Tangan ... 11

2.7. Penyakit Akibat Getaran Lengan Tangan ... 15

2.7.1. Angioneurosis Jari Jari Tangan ... 15

2.7.2. Gangguan Tulang Sendi dan Otot ... 16

2.7.3. Neuropati ... 17

2.8. Tes Pemeriksaan Tangan Fungsi Sensorik... 17

2.8.1. Tes Untuk Rasa Raba ... 17

2.8.2. Tes Untuk Rasa Nyeri ... 17

2.8.3. Tes Untuk Rasa Suhu ... 18

2.9. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Akibat Getaran ... 18

2.9.1. Umur ... 18

2.9.2. Lama Kerja ... 18

2.9.3. Masa Kerja... 19

2.9.4. Jenis Kelamin ... 19

2.9.5. Alat Pelindung Diri... 19

2.10. Pengendalian Getaran ... 19


(10)

2.12. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2. Waktu Penelitian ... 23

3.3. Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1. Populasi ... 23

3.3.2. Sampel ... 23

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4.1. Data Primer ... 24

3.4.2. Data Sekunder ... 24

3.5. Definis Operasional ... 24

3.6. Instrument Penelitian ... 25

3.6.1. Tes Untuk Rasa Raba ... 25

3.6.2. Tes Untuk Rasa Nyeri ... 26

3.6.3. Tes Untuk Rasa Suhu ... 26

3.7. Aspek Pengukuran ... 26

3.7.1. Lama Paparan Getaran Lengan Tangan ... 26

3.7.2. Keluhan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan ... 27

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 28

3.8.1. Pengolahan Data ... 28

3.8.2. Analisa Data ... 28

3.8.2.1. Analisis Univariat ... 29

3.8.2.2. Analisis Bivariat ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 32

4.2.1. Analisa Univariat ... 32

4.2.1.1. Lama Kerja ... 32

4.2.1.2. Masa Kerja ... 33

4.2.1.3. Keluhan Subjektif Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan ... 34

4.2.2. Analisa Bivariat ... 34

4.2.2.1. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Keluhan Subjektif Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan ... 35

4.2.2.2. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Subjektif Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan ... 36


(11)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Keluhan Kesehatan Pada Pekerja Cukur Rambut Akibat Getaran Lengan Tangan ... 37 5.2. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Keluhan Subjektif Gejala

Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan ... 38 5.3. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Subjektif Gejala

Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan ... 39 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 40 6.2. Saran ... 41 Daftar Pustaka ...


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sumber Getaran Dilihat Dari Sumber Getaran dan Tipe Getaran ...8 Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas Getaran Berdasarkan PER

13/MEN/X/2011 yang Kontak Langsung dan Tidak Langsung Pada Lengan dan Tangan ... 11 Tabel 2.3. Derajat Hand Arm Vibration Syndrome Berdasarkan

Klasifikasi Stockholm ... 13 Tabel 2.4. Faktor-Faktor yang Menginfluensi Efek Vibrasi ... 14 Tabel 4.1 Distribusi Lama Kerja Pekerja Berdasarkan Lama Kerja

Perjam Perhari Pada Pekerja Cukur Rambut Di Kelurahan Padang Bulan 1 Kecamatan Medan Baru, Medan ... 33 Tabel 4.2 Distribusi Masa Kerja Pekerja Dalam Tahun Pada Pekerja

Cukur Rambut Di Kelurahan Padang Bulan 1 Kecamatan Medan Baru, Medan ... 33 Tabel 4.3 Distribusi Keluhan Subjektif Gejala Ganngguan Kesehatan

Akibat Getaran Lengan Tangan ... 34 Tabel 4.4 Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Keluhan Subjektif

Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan ... 35


(13)

Tabel 4.5 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Subjektif Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan Berupa ... 36


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Master Data ... 42

Lampiran II : Hasil Uji Univariat ... 45

Lampiran III : Hasil Uji Bivariat ... 48

Lampiran IV : Form Hasil Pengamatan ... 52

Lampiran V : Gambar Penelitian ... 53


(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Faddillah Candra

Tempat Lahir : Bangkinang - Riau Tanggal Lahir : 17-Februari-1993

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Candra

Suku Bangsa : Minang

Nama Ibu : Yulisna. S.Pd

Suku Bangsa : Minang

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat Tahun : SD Negeri 009 Langgini/2005 2. SLTP/Tamat Tahun : SMP Negeri 1 Bangkinang/2008 3. SMA/Tamat Tahun : SMA Negeri Plus Provinsi Riau/2011 4. Lama Studi di FKM USU : 2011-2015


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada pekerja cukur rambut di Kelurahan Padang Bulan I, Kota Medan tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan keluhan kesehatan. Masa kerja adalah waktu atau lamanya pekerja telah melakukan pekerjaan tersebut (dalam hitungan tahun) sehingga dapat mengetahui lamanya paparan bagi pekerja terhadap getaran lengan tangan. Lama kerja waktu atau lamanya pekerja dalam sehari dihitung dalam jam. Sehingga dapat mengetahui lamanya paparan per hari

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi adalah pekerja cukur rambut di Kelurahan Padang Bulan I, Medan sebanyak 89 orang dan sampel adalah total populasi

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui pekerja yang mengalami keluhan kesehatan. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Exact Fisher.

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukan bahwa pekerja yang mengalami keluhan kesehatan berjumlah 47 orang (52,8%). Keluhan kesehatan berupa kesemutan berjumlah 13 orang (14,6%), penurunan kemmapuan sensori panas berjumlah 15 orang (16,9), penurunan kemampuan merasakan perbedaan nyeri sebanyak 11 orang (12,4%), dan penurunan kemampuan raba sebanyak 8 orang (9,0%). Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan kesehatan dengan nilai P-value = 0,001. Sedangkan lama kerja tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna.

Disarankan pekerja cukur rambut untuk memperpanjang durasi memotong rambut menggunakan gunting rambut dan pisau cukur guna mengurangi intensitas getaran yang langsung dirasakan tangan dan menggunakan sarung tangan tebal yang dapat mengurangi intensitas getaran dari mesin cukur menuju tangan. Sehingga dampak yang ada dapat dikurangi.


(18)

ABSTRACT

The research was conducted at barberman in Padang Bulan District, Medan 2015 to find out the correlation between time of work and working lives with health complaint. Working lives defined as how long barberman have worked on that job (in year). Time of work defined as how long barberman work every day (in hour).

This research was analytical with cross-sectional design. The population was barberman in Padang Bulan I District, Medan and sample was total population which was 89 barbermans.

Workers’s health complaint data were gathered by conducting interviews by using questionnaires and conducting observation with observation sheet. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is Exact Fisher Test.

Based on distribution frequency, it was found that 47 worker (52,8%) had health complaint. The health complaint were such as : 13 barbermans (14,6%) had tingling, 15 barbermans (16,9%) had decreasement of heat sensory ability, 11 barbermans (12,4%) had decreasement of feeling pain,and 8 barbermans (9,0%) had decreasement of touch ability. The result of statistic test with confident interval 95% and confident level 5 % showed that there was significant correlation between work service timewith health complaint at P-value = 0,001. Meanwhiles, there was no correlation between work time and health complaint.

It is recommended to barberman to make variance in barber tools to decrease the intensity of direct fibration in hand and also use thciky gloves to decrease the fibration intensity from barber machine in order the effect can be decreased.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1950, International Labour Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO) telah memberikan pemikiran tentang suatu definisi umum dari kesehatan kerja (occupational health). Setelah diadopsi oleh ILO/WHO Joint Committee on Occupotional Health pada sidang pertama tahun 1950 dan direvisi pada sidang ke-12 pada tahun 1995, maka dirumuskan fokus utama dari kesehatan kerja adalah pada tiga tujuan yaitu: (1) pemeliharaan dan promosi kesehatan dan kapasitas kerja; (2) perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan agar menjadi kondusif terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja; (3) pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja ke arah yang mendukung kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja dan untuk menjalankannya, serta mempromosikan suasana sosial yang positif dan operasi produksi yang lancar sehingga dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.

Dalam hal ini konsep budaya kerja dalam prespektif kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberi pengertian tentang berbagai aspek penanganan dan pencegahan penyakit akibat kerja sebagai refleksi system tata nilai yang diadopsi oleh perusahaan bersangkutan. Implementasi kesehatan kerja menjadi amat penting untuk alasan moral, legal, dan ekonomi. Kewajiban moral termasuk perlindungan kesehatan dan kehidupan tenaga kerja. Alasan legal berhubungan dengan efek perundang-undangan terhadap pencegahan, tindakan hukum, dan kompensasi melindungi keselamatan dan kerja bagi tenaga kerja. Pelaksanaan


(20)

kesehatan kerja juga akan mereduksi cedera, penyakit umum, dan akibat kerja yang sangat berkaitan dengan penurunan biaya termasuk biaya perawatan medis, dan santunan karena cacat.

Survey terakhir yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2013 menunjukan angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,39 juta penduduk,dengan angka pengangguran terbuka mencapai 6,25%. Dengan tingginya angka pengangguran ini memaksa untuk setiap individu menjadi lebih kreatif dan mampu mencari peluang demi mencukupi kebutuhan pribadi dan keluarga masing masing. Berbagai pekerjaan akan dilakukan seseorang guna memenuhi kebutuhan tersebut. Tidak jarang pada akhirnya seseorang akan memilih untuk berwirausaha.

Salah satu bentuk wirausaha tersebut adalah dengan mendirikan usaha berbentuk jasa yaitu jasa pemotongan rambut atau yang lebih dikenal dengan pangkas rambut. Namun dalam perkembangannya sektor ini sangat jarang mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun pribadi masing-masing mengenai penerapan dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Banyak yang mengira pekerjaan ini hanya sebatas memotong rambut seseorang tanpa ada risiko untuk mendapatkan kecelakaan. Salah satu bentuk ketidak pedulian tersebut dapat kita temukan dengan sedikitnya literatur yang dapat membantu kita guna memahami faktor risiko yang ada di pekerjaan ini.

Jika menelaah lebih dalam terhadap pekerjaan maka kita akan menemukan berbagai resiko pekerjaan mulai dari unsafe action dan unsafe condition. Salah satunya ada pada paparan getaran yang dihasilkan dari mesin pencukur tersebut.


(21)

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak

– balik dari kedudukan seimbangan (PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011). Gangguan yang disebabkan oleh getaran dapat muncul dalam waktu yang berbeda-beda sejak pertama kali terpapar, tetapi kadang kadang gejala ini muncul dalam waktu beberapa bulan setelah paparan berat. Perubahan rangka biasanya tidak lebih awal dari 10 tahun atau lebih. Getaran diukur dengan menentukan besarnya energi mekanik yang dihantarkan per satuan permukaan selama periode waktu tertentu. Energi mekanis ini adalah fungsi dari frekuensi dan intensitas gerakan osilasi yang menghasilkan getaran. Besar energi yang di absorbsifungsi dari frekuensi, intensitas, dan lamanya getaran (Wijaya, 1995). Tenaga kerja diatas usia 29 tahun khususnya rentan terhadapa pengaruh getaran. Efek getaran yang merugikan adanya disfungsi otonom, penyakit pembuluh dan saraf tepi, sengatan dingin sebelumnya pada tangan (Wijaya, 1995)

Menurut Taylor (1993), beberapa penelitian diluar negeri telah membuktikan adanya hubungan antara penggunaan alat tangan bergetar dengan timbulnya sindrom getaran tangan dan lengan. Dari penelitian di Amerika Serikat dapat diketahui 1.5 juta dari total populasi pekerja yang terpajan oleh getaran lengan tangan. Di New Zealand dan Inggris dilaporkan bahwa antara 40% - 90% mengalami sindrom getaran lengan tangan. Sedangkan hasil penelitian NIOSH (1975) terhadap pekerja yang menggunakan Pneumatic Chipping, Pneumatic Hummer dan gerindra diketahui prevalensi getaran lengan tangan kira kira 47% (Pheasant, 1991)


(22)

Pada Publikasi NIOSH (1983) di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 1.245.00 tenaga kerja terpajan getarana lengan tangan pada industry industry berikut konstruksi, pertanian, industry logam, kayu, kehutanan, pakaian, industry meubel, pertambangan, truk, dan pabrik mobil (Kent, 1998). Pada penelitian Wekayama di Jepang pada tahun 1974 – 1996 terhadap pekerja industri kehutanan swasta menyatakan 4.652. dari 9.952 total pekerja terkena sindrom getaran lengan tangan (Miyashita, 1998). Tingginya angka prevalensi diatas menunjukkan bahwa bahaya resiko yang dapat ditimbulkan oleh getaran lengan tangan yang harus diketahui efek dan gejalanya.

Menurut penelitian Endang Purnawati Wahyu (2011) yang dilakukan di Jakarta pada 18 supir bajaj dengan getaran terendah 1.05 m/s2 dan tertinggi 9.22 m/s2. Keluhan kesehatan yang diderita oleh supir bajaj akibat getaran adalah keluhan jari pucat sebesar 33.3%, jari dingin sebesar 22.2% nyeri sebesar 94.4%, mati rasa sebesar 11.1% kesemutan sebesar 38.9%. Penelitian yang sama juga dilakukan Ika Novidas jayanti (2000) dipengolahan kayu jati Cepu. Didalam penelitiannya Ika memparkan hasil bahaya intensitas getaran alat kerja sebesar 0.22 – 2.21 m/det2 dengan keluhan yang dirasakan adalah jari jari terasa menebal/menggetar, telapak tangan terasa menebal/bergetar, mengalami pemucatan jari jari dan telapak tangan serta mengalami mati rasa

Penelitian mengenai getaran lengan tangan juga pernah dilakukan oleh Muhammad Saiful Hidayat pada tahun 2011. Penelitian ini dilakaasanakan di pekerja Abadi Dental Laboratorium Gigi Surabaya. Dalam hasilmnya Saiful menuliskan bahwa intensitas getaran yang dihasilakan oleh alat bor gigi tersebut


(23)

adalah 0.3 m/det2 - 1,2 m/det2. Sebagian besar responden (72%) mengalami keluhan hand arm vibration syndrome. Dengan keluhan terbanyak adalah kesemutan (38.9%).

Di lingkungan kelurahan padang bulan 1, setelah saya melakukan survei awal pada beberapa tempat pemotongan rambut diketahui bahwa beberapa pekerja menglami beberapa keluhan kesehatan seperti rasa kebas dan kesemutan. Dari 3 tempat yang saya datangi dengan total pekerja 9 pekerja, didapati 4 dari 9 mengalami rasa kebas dan kesemutan dengan intensitas paparan sebesar 1.5 m/det2 – 2.0 m/det2 dengan lama paparan selama 15 menit/kepala dan selama sehari mereka bisa menyelasaikan pencukuran sebanyak 20 kepala

Berdasarkan hasil survey awal saya dan dikaitkan dengan bebrapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa dengan besarnya paparan yang dihasilkan oleh mesin cukur rambut dapat mengakibatkan keluhan kesehatan berupa kesemutan,kebas dan mati rasa maka patut rasanya dilakukan penelitian dengan

judul “Hubungan lama paparan getaran tangan dengan keluhan gangguan

kesehatan pada pekerja cukur rambut di kelurahan Padang Bulan 1, Medan 2014” 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka perumasan masalah yang dapat dikembangkan adalah bagaimana hubungan lama paparan getaran lengan tangan dengan keluhan kesehatan pada pekerja cukur rambut di kelurahan Padang Bulan 1 Medan


(24)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan lama paparan getaran lengan tangan dengan keluhan kesehatan pada pekerja cukur rambut di kelurahan Padang Bulan 1 Medan

1.3.2Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui keluhan kesehatan pada pekerja cukur rambut akibat getaran lengan tangan

2. Untuk mengetahui hubungan lama kerja pekerja dengan keluhan kesehatan pada pekerja cukur rambut

3. Untuk mengetahui hubunngan masa kerja pekerja dengan keluhan kesehatan pada pekerja cukur rambut

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Bagi Pekerja

Mengetahui tentang bahaya dan efek yang dapat ditimbulkan oleh getaran mesin pencukur rambut yang digunakan untuk bekerja sehari hari sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan

1.4.2Bagi Institusi Pendidikan

Bagi dunia pendidikan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat dapat bermanfaat sebagai referensi dan masukan bagi pengembangan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat serta menambah pengetahuan bagi para pembaca


(25)

1.4.3Bagi Peneliti

Sarana penerapan dan pngembangan ilmu yang secara teoritik didapat dalam perkuliahan sehingga menambah pengetahuan dan informasi serta berbagai data acuan untuk melakukan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan getaran lengan tangan


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian getaran

Getaran dapat diartikan sebagai gerakan dari suatu sistem bolak balik, gerakan tersebut dapat berupa gerakan yang harmonis sederhana dapat pula kompleks. Sifatnya dapat periodik atau random; steady-state atau transient; kontinyu atau “intermitten” (Sjahrul, 1990). Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Budiono, 2003) Menurut definisi yang dikeluarkan oleh Depkes pada tahun 2003, getaran adalah efek suatu sumber yang memakai satuan hertz. Jika dirunut lebih dalam maka kita akan menemukan didalam Per. 13/MEN/X/2011 getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangan.

2.2 Jenis Getaran

2.2.1 Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)

Getaran seluruh tubuh (whole body vibration) adalah pemaparan seluruh tubuh terhadap getaran, pada saat pekerja sedang berdiri,atau getaran yang dirasakan pada saat pekerja duduk (Sjahrul, 1990)

2.2.2 Getaran lengan tangan (hand arm vibration)

Getaran lengan tangan (hand arm vibration) adalah pemaparan yang bersifat segmental yaitu hanya bagian tubuh tertentu (misalnya : lengan dan bahu) yang mengalami kontak dengan sumber getaran(Sjahrul, 1990)


(27)

2.3 Sumber getaran

Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industry logam,perakitan kapal,dan otomotif, juga pertambangan, kehutanan, dan proses konstruksi. Banyak dari alat ini menggunakan berbagai alat yang menghasilkan getaran baik getaran seluruh badan (whole body vibration) atau getaran lengan tangan. Table berikut menyebutkan beberapa alat yang mengahasilkan getaran :

Tabel 2.1 Sumber dan Tipe Getaran Berdasarkan Jenis Industri

Industry Type of vibration Common vibration source

Agriculture Whole body Tractor operation

Boiler making Segmental Pneumatic tools

Construction Whole body / Segmental Heavy equipment vehicles, pneumatic drills, jackhammers. Etc

Diamond cutting Segmental Vibrating tools

Forestry Whole body / Segmental Tracktors operator / Chain saw

Furniture manufacture

Segmental Pneumatic chisel

Iron & Steel Segmental Vibrating hand tool

Lumber Segmental Chain saw

Machine tools Segmental Brating hand tools

Mining Whole body Vehicle operators rock drills

Riveting Segmental Hand tools

Rubber Segmental Pneumatic stripping tools

Sheet metal Segmental Stamping tools

Shipyards Segmental Pneumatic hand tools

Stone dressing Segmental Pneumatic hand tools

Textile Segmental Sewing machine looms

Transportation Whole body Vehicle operation

2.4 Cara mengukur getaran

Getaran diukur dengan menggunakan alat vibration meter. Dengan pengukuran menggunakan vibration meter maka akan mendapatkan hasil yang akan dibandingkan dengan nilai ambang batas sesuai dengan peraturan Menteri


(28)

Tenaga Kerja nomor 13 (PER 13/MEN/X/2011). Teknik ini dilakukan untuk mengambil data-data mengenai tingkat paparan getaran pada pekerja pencukur rambut. Untuk langkah-langkah pengukurannya adalah :

1. Sebelum pengukuran

Menyiapkan alat ukur yang akan digunakan 2. Pengecekan alat ukur

a) Mengecek kondisi baterai (power)

b) Mengkalibrasi alat pengukur intensitas getaran 3. Pengukuran

a) Pilih sensor atau tranducer untuk lengan dan tangan

b) Sambungkan kabel konektor sensor dengan unit vibrasi meter c) Pastikan kondisi batere baik

d) Hidupkan alat dengan cara menekan secara bersamaan tombol “pause” dan “start”

e) Tekan tombol “menu/enter” untuk memilih setting yang dinginkan f) Rekam hasil pengukuran dengan cara manual atau otomatis dengan

menekan tombol “start-stop”

g) Untuk menghentikan pengumpulan data sementara tekan tombol “pause”

h) Mengakhiri pengumpulan data tekan “start-stop” 2.5. Nilai ambang batas getaran lengan tangan

Menurut Canadian Government Spesification CDA/MS/NVSH 107 Vibration Limited Maintenance untuk mesin mesin jenis elektrik motor yang


(29)

kondisinya tidak baru, jika getaran yang ditimbulkan telah melampui 130 dB atau 3,2 mm/detik (velocity) maka mesin tersebut perlu dilakukan pengecekan. Jika getaran telah melampui 135 dB atau 5,6 mm/detik (velocity) maka kondisi mesin perlu diperbaharui.Didalam buku fisika kedokteran yang ditulis oleh Gabriel, bahwa kejadian gangguan kesehatan seperti fenomena raynauld dapat terjadi pada getaran 30-40 Hz.

Menurut Suma’mur dalam bukunya higine perusahaan kesehatan dijelaskan

nilai ambang batas dari paparan getaran lengan tangan. Nilai ambang batas getaran mekanis untuk pemaparan lengan tangan dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 m/det2 atau 0.40 gravitasi g. Sama halnya

dengan Suma’mur didalam PER 13/MEN/X/2011 dikatakan bahwa nilai ambang

batas (NAB) getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan ditetapkan sebesar 4 m/det2. Sedangkan pada getaran yang melebihi waktu pajanan disesuaikan dengan table dibawah ini:

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran yang Kontak Langsung Maupun Tidak Langsung

Jumlah waktu per hari kerja Nilai percepatan pada frekuensi dominan m/det2 Gravitasi

1 2 3

4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0.40

2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0.61

1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0.81

Kurang dari 1 jam 12 1.22

Catatan :


(30)

2.6 Efek getaran lengan tangan

Efeknya lebih mudah dijelaskan daripada menguraikan patofisologis dari gangguan getaran lengan tangan ini. Efek ini disebut dengan sindrom getaran lengan tangan (HAVS) yang terdiri dari:

a) Efek vaskuler : pemucatan pada epiodik buku jari yang bertambah parah pada suhu dingin (fenomena raynauld)

b) Efek neurologic : buku jari ujung mengalami kesemuatan dan baal.

Efek bersifat progresif apabila ada pemajanan terhadapalat getar berlanjut dan dapat menyebabkan kasus yang lebih parah. Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut disalurkan pada tangan, getaran getaran dalam waktu singkat tidak berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama dapat menimbulkan kelainan pada tangan berupa :

a) Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini mirip dengan Phenomena Raynauld yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota badan kedinginnan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan kelainan gizi. Phenomena Raynauld ini terjadi pada frekuensi sekitar 30-40 Hz

b) Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang. Pada kebnayakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih memungkinkan mereka bekerja dengan alat alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga kapasitas kerja

c) terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang penting jika dibandingkan dengan


(31)

hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan yang memerlukan ketelitian tangan terutama pada saat menggunakan alat yang berputar. Otot otot menjadi lemah biasanya, abductor kelingking, otot otot interossea, dan

fleksin dari jari jari (Suma’mur,2014:122)

Diagnosa awal berdasarkan riwayat gejala yang khas, seperti kesemutan dan gangguan rasa pada jari jari yang terpajan getaran. Gejala iini menetap dan bertamabah dalam waktu yang cukup lama. Gejala berikutnya adalah ajri memucat dengan adanya paparan kronis. Untuk memastikan diagnosis dan menetapakan keparahan,diperlukan beberpa tes neurologist dan tes vaskuler. Cara menentukan derjat penyakit ditingkat internasional dapat menggunakan klasifkasi Stockholm.

Tabel 2.3 Derajat Penyakit Akibat Getaran Lengan Tangan Berdasarakan Klasifikasi Stockholm

Gejala Derajat Deskripsi

Gejala vakuler

0 Tidak ada Tidak ada yang terkena sama sekali

1 Ringan Terjadi pemucatan pada satu atau lebih ujung-ujung jari 2 Sedang Pemucatan pada ujung dan ruas jari tengah pada satu jari

atau lebih

3 Berat Derajat parah menyerang hampir setiap jari 4 Sangat

berat

Sering menyerang hampir semua jari

Stockholm juga mengklasifikasikan tingkat perubahn sensorineural pada jari akibat sindrom getaran tangan lengan dengn gejala-gejala sebagai berikut :


(32)

b) Kedua : selang seling tanpa sensasi fisik atau rasa/kaku pada jari dengan atau nyeri seperti disengat

c) Ketiga : selang seling atau terus menerus tanpa sensasi fisik atau rasa/kaku pada jari,persepsi sensori menurun

d) Keempat : selang seling atau terus menerus tanpa sensasi fisik/kaku pada jari,diskriminasi kesadaran melalui sensasi rasa dan/atau kemampuan manipulatif menggunakan tangan

Keparahan dari sindrom hand-arm vibration tergantung dari beberapa faktor seperti karakteristik dari pemaparan vibrasi,pelaksanaan kerja,riwayat perseorangan,dan kebiasaan. Faktor-faktor yang menginfluensi efek vibrasi pada tangan dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Menginfluensi Efek Vibrasi Pada Tangan

Faktor fisik Faktor-faktor biodinamik Faktor individu

Percepatan vibrasi

Kekuatan mengenggam,seberapa kencang tenaga kerja memegang alat vibrasi

Kontrol alat oleh operator

Frekuensi vibrasi Luas permukaan, lokasi, dan massa bagian tangan yang kontak dengan sumber vibrasi

Laju/keseringan dari kerja mesin

Durasi pemaparan

Kekerasan dari bahan yang kontak dengan pegangan tangan dari alat,misalnya logam dalam grinding dan chipping

Keterampilan dan produktifitas

Lamanya bekerja berkaitan dengan vibrasi

Posisi tangan dan lengan relative terhadap badan

Kerentanan individual pada vibrasi

Tingkat pemeliharaan alat

Tekstur pegangan lunak vs bahan yang massif

Merokok dan

penggunaan obat. Pemaparaan pada faktor kimia dan fisik Perlindungan

praktik dan alat

Riwayat medis luka jari dan tangan, terutama pada efek suhu rendah

Penyakit khususnya luka pada jari dan tangan


(33)

2.7 Penyakit akibat paparan getaran lengan tangan 2.7.1Angioneurosis jari jari tangan

Fenomena Raynauld (jari-jari putih) adalah syndrome akibat getaran yang paling sering di wilayah dunia yang dingin. Gejala gejala non spesifik pertama adalah akroprestesia pada tangan dan perasaan kebal pada jari jari tangan disaat bekerka atau sebentar sesudahnya. Pada stadium ini, selain gangguan kepekaan terhadap getaran, tidak ditemukan perubahan objektif lainnya. Pada fase berikutnya, diamati kepucatan paroksismal sporadic pada ujung ujung jari tangan. Paroksisme disebabkan oleh spasme lokal arteriol dan kapiler, serta dicetuskan oleh paparan terhadap suhu dingin local atau umum. Biasanya terjadi pada musim dingin dan sepenuhnya pulih kembali 15-30 menit setelah tangan dihangatkan. Selama paroksime kepekaan nyeri taktil sangat berkurang. Fase ini menimbulkan kesulitan diagnostic yang besar,karena penyakit yang dilaporkan tidak selalu dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan diruang konsultasi dokter. Observasi secara langsung suatu serangan di tempat kerja mempermudah guna diagnose (Wijaya:175-176)

Stadium lebih lanjut dari penyakit ini adalah kepucatan paroksismal, tidak hanya apda ujung jari,tetapi menyebar pada hampir seluruh jari namun jarang mengenai ibu jari. Paroksisme dapat diprovokasi oleh suhu yang sedikit dingin, bahkan dapat timbul pada suhu lingkungan. Pada stadium yang lebih lanjut, angiospasme diganti oleh paresis dinding pembuluh kecil yang mengakibatkan akrosianosis. Gejala-gejala yang menonjol adalah kebal ditangan, gangguan kecepatan jari dan gangguan sensivitas. Juga dapat timbul perubahan tonus local.


(34)

Uji diagnostik yang paling umum digunakan adalah induksi paroksisme jari dengan air dingin. Baik tangan maupun lengan bawah (sampai siku) direndam selama 10 menit dalam air yang didinginkan dengan kubus es (beberapa dokter menambah sensai dingin dengan meletakkan handuk basah pada bahu). Hendaknya dijelaskan bahwa metode ini lebih jarang menginduksi paroksisme jari tangan dibandingkan dengan getaran pada situasi kerja nyata

Kadang kala hanya dapat terlihat pengembalian darah ke kapiler yang melambat seperti : ujung jari dididtal kuku perlu ditekan sebentar dan dicatat waktu yang diperlukan oleh darah untuk kembali ke titik anoksemik. Metode pemeriksanaan laboratorium yang cocok pada pemeriksaan pencegahan adalah plestimografi jari (gangguan denyut akibat dingin), mikroskopi kapiler dan pengukuran suhu kulit (thermometer kontak atau termografi). Mungkin terdapat penurunan suhu kulit permulaan atau terlambatnya pemulihan suhu jari normal setelah tes air dingin

2.7.2 Gangguan tulang, sendi dan otot

Patolologi osteoartikular sering kali terbatas pada tulang karpal (khususnya lunata dan navikularis), sendi radioulnaris dan sendi siku. Gejala subjektif biasanyanya ringan tetapi pada stadium yang lanjut gangguan fungsional dan cukup berarti. Perubahan radiogram yang paling khas adalah atrosis sendi karpal, radioulnaris dan siku, serta pseudokista (terumatama pada tulang karpal, yang dapat pula memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain seperti trebekula yang menebal menjadi jarang). Otot tendon disekitar sendi tersebut


(35)

biasanya juga terlihat gejala subyektif (nyeri) yang disebabkan kelainan ini sering mendahului perubahan radiogram yang jelas (Wijaya C, 1995)

2.7.3Neuropati

Kerusakan syaraf yang disebabkan getaran meliputi persyarafan otonom perifer (pada angioneurosis). Beberapa ahli mengemukakan efek efek pada syaraf perifer (ulnaris, mediamus, radialis). Ahli lainnya menganggap trauma syaraf umumnya sekunder dari iskemik berulang (pada angioneurosis), atau suatu faktor tmabahn sering kali neuropati kompresif misalnya osteoartikuler disekitar batang saraf. Terkenannya serat sensoris menyebabkan parastesia atau berkurangnya kepekaan serat motoric, gangguan ketangkasan, dan pada akhirnya atrofi, pengukuran kecepatan konduksi syaraf adalah pemeriksaan terpilih. Suatu bentuk campuran menggabungkan dua otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf perifer (Wijaya C, 1995)

2.8 Tes pemeriksaan tangan fungsi sensorik 2.8.1 Tes untuk rasa raba

a) Alat yang digunakan adalah kapas

b) Ujung kapas digoreskan pada permukaan tangan pasien

c) Responden diminta untuk menunjukkan apakah terasa goresan tersebut atau tidak

2.8.2 Tes untuk rasa nyeri


(36)

b) Rangsangan berganti ganti antara ujung yang tajam dan yang tumpul. Mintalah responden untuk membedakan bermacam-macam rangsangan tersebut

c) Mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak kearah yang normal. Kemudia responden diminta untuk menunjukkan kapan mulai merasakan ketajaman yang lebih jelas, yang perlu dicatat adalah perubahan sensasi. Sensasi ini paling baik dalam menentukan batas gangguan sensorik dibandingkan dengan sensai yang lain

2.8.3 Tes untuk rasa suhu

Rangsangan panas dilakukan dengan menempelkan botol yang berisi air panas (40oC-45oC), sedangkan rangsangan dingin dengan menempelkan botol yang berisi air dingin (10oC-15oC). dengan mata tertutup diminta membedakan botol tersebut setelah bagian tubuh khususnya bagian tangan

2.9 Faktor yang mempengaruhi kesehatan akibat getaran lengan tangan 2.9.1 Umur

Umur sangat berpengaruh terhadap kesehatan, pertambahan umur dapat memperbesar risiko apabila umur pekerja 29 - 60 tahun maka pekerja lebih rentan terkena gangguan atau keluhan kesehatan akibat dari getaran lengan-tangan. Karena kemampuan elastisitas tulang,otot ataupun urat semakin berkurang sebagai peredam dari getaran yang dirambatkan ke tubuh. (Wijaya. C, 1995:180).

2.9.2 Lama Kerja

Lama kerja adalah “waktu atau lamanya pekerja melakukan pekerjaan


(37)

getaran lengan tangan. Tingkat intensitas getaran yang lebih tinggi serta waktu pemaparan yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada tulang – tulang dan sendi. Pemaparan yang lama terhadap getaran, terutama bila bersamaan dengan faktor lain yang berbahaya seperti dingin, kebisingan dan beban statis dapat mengakibatkan timbulnya penyakit akibat getaran (Bhattacharya. 1996:80)

2.9.3 Masa kerja

Masa kerja adalah “waktu atau lamanya pekerja telah melakukan pekerjaan tersebut”. Sehingga dapat diketahui lamanya paparan bagi pekerja

akibat getaran lengan tangan. Ketika masa kerja lebih lama dalam menggunakan alat getar maka paparan yang sampai ke tubuh makin sering. Hal itu akan

mempermudah pekerja terkena HAVS. Pekerja dengan masa kerja yang ≥ 4 tahun

memiliki kerentanan untuk gangguan kesehatan dibandingkan yang < 4 tahun ( Pakari. 2013)

2.9.4 Jenis kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita menurut Tarwaka perempuan mempunyai perbedaan fisik dengan laki-laki, sehingga lebih rentan terkena paparan getaran (Siswanto, A.1991:112) 2.9.5 Alat pelindung diri

Penggunaan APD sangat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. APD merupakan salah satu cara untuk meminimalkan risiko Penyakit Akibat Kerja


(38)

(PAK). APD yang digunakan untuk mengurangi paparan vibrasi terhadap lengan-tangan berupa sarung lengan-tangan (Bhattacharya. 1996:80)

2.10 Pengendalian getaran

Menurut soedirman (2014), modifikasi kerja perlu dilakukan untuk mereduksi pemaparan vibrasi. Beberapa alternative yang dapat dilakukan adalah :

a) Merancang ulang untuk memimalisi penggunaan alat-alat vibrasi yang dipegang tangan

b) Jika perancangan tidak memungkinkan maka cara cara mereduksi alat harus dilakukan

c) Bila dapat dilakukan subtitusi alat vibrasi manual dengan alat mesin vibrasi d) Bila mungkin alat bervibrasi tinggi diganti dengan lebih baik. Vibrasi yang

rendah dirancang agar menyerap getaran sebelum sampai ditangan

e) Batasi waktu pemaparan vibrasi dan menggunakan waktu istirahat untuk menghindarai alat vibrasi constant dan kontinyu

f) Tenaga kerja yang menggunakan alat secara terus menerus harus beristirahat selama 10 menit setiap 1 jam

g) Pekerja yang penempatannya berisiko hand arm vibration syndrome (HAVS) harus menjalani pemeriksaan fisik sebelum kerja dan sesudah kerja serta haru diperiksa paling lama 1 tahun oleh dokter yang menegetahui tentang diagnosis dan penangan HAVS. Diagnose yang digunakan termasuk pletismografi, arteriografi, termografi kulit, uji sensori, seperti kedalaman sensasi dua titik diskriminasi, yaitu sentuhan atau rangsangan tusuk (pinprick touch), dan sensasi suhu


(39)

h) Rontgen juga mungkin berguna

i) Tenaga kerja yang mempunyai riwayat abnormalitas sirkulasi darah dan khususnya yang mengalami sindrom raynauld tidak boleh diizinkan menggunakan alat vibrasi

j) Tenaga kerja yang mengalami vibration induced white finger (VWF) sedang sampai parah harus dipindahkan ke pekerjaan yang terhindar dari pemaparan langsung terhadap alat vibrasi

k) Bila pekerja menderita gejala sakit seperti rasa disengat, rasa baal, dan bila jari jarinya menjadi putih atau kebiruan, atau sangat nyeri terutama pada saat dingin. Tenaga kerja tersebut harus dipindahkan dan diperiksa oleh dokter yang mengetahui diagnosis dan penangan VWF dan Carpal tunnel syndrome (CTS)

l) Memperkenalkan metode kerja yang mengeliminasi atau mereduksi pemaparan, seperti meminimalisi angkutan barang atau mengganti mesin yang dioperasikan oleh manusia dengan mesin kendali jarak jauh (remote control) seperti conveyor remote control

m) Mempertimbangkan pemilihan tempat duduk termasuk pemilihan jenis bahan pegangan

n) Membatasi durasi dan besarnya pemaparan bila semua langkah praktis telah dilakukan untuk mereduksi besarnya vibrasi dan memperhitungkan tiadanya APD yang dapat mereduksi vibrasi. Upaya terakhir ini untuk memenuhi nilai limit pemaparan adalah membatasi durasi pemaparan


(40)

2.11 Kerangka konsep

2.12 Hipotesis penelitian

1. Ada hubungan lama kerja dengan keluhan kesehatan pada pekerja cukur rambut di kelurahan Padang Bulan 1 Medan

2. Ada hubungan masa kerja dengan keluhan kesehatan pada pekerja cukur rambut di kelurahan Padang Bulan 1 Medan

Lama Paparan : 1. Lama Kerja 2. Masa Kerja


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey analitik, dengan pendekatan “cross sectional” karena peneliti ingin melihat hubungan antara faktor lama paparan dengan keluhan gangguan kesehatan dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data pada waktu yang bersamaan

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Padang Bulan 1 kecamatan Medan Baru. Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah dari bulan November tahun 2014 sampai dengan selesai

4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah para pencukur rambut di sekitar kelurahan Padang Bulan 1 dengan total jumlah total pencukur rambut adalah 89 orang yang tersebar pada 18 lokasi pangkas rambut

4.3.2Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini peneliti


(42)

menggunakan total populasi sebagai sampel dalam penelitian. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 89 orang

4.4.Metode pengumpulan data 4.4.1Data primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran (Budiarto, 2002). Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah: Umur pencukur rambu, masa kerja pencukur rambut, lama kerja pencukur rambut, dan keluhan kesehatan pada pencukur rambut

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara : wawancara yang menggunakan kuesioner dan tes pemeriksaan tangan

4.4.2Data sekunder

Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya diperoleh dari orang lain atau instansi dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian ini yang berhubungan dengan data primer pada pencukur rambut

4.5. Definisi operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam masalah penelitian, maka variabel-variabel tersebut dibuatkan definisi operasionalnya dengan maksud memberikan batasan pada variabel sehingga dapat diukur sesuai dengan parameter yang dipakai dapat dilihat sebagai berikut :

1. Lama paparan adalah lamanya seseorang terpapar dari getaran tersebut. Lama paparan ini di bagi menjadi 2 hal yaitu :


(43)

a. Masa kerja adalah waktu atau lamanya pekerja telah melakukan pekerjaan tersebut (dalam hitungan tahun) sehingga dapat mengetahui lamanya paparan bagi pekerja terhadap getaran lengan tangan.

b. Lama kerja waktu atau lamanya pekerja dalam sehari dihitung dalam jam. Sehingga dapat mengetahui lamanya paparan per hari. 2. Keluhan kesehatan getaran lengan tangan adalah suatu gangguan yang

dirasakan oleh para pencukur rambut dengan gejala yang ditimbulkan akibat getaran lengan tangan. Keluhan yang dirasakan adalah : kesemutan jari pucat, kepekaan terhadap perubahan suhu, nyeri, dan baal atau mati rasa. Dalam hal ini akan dikategorikan dalam 4 tingkat berdasarkan klasifikasi Stockholm Workshop yaitu :

a. Pertama : terpapar vibrasi tetapi tidak ada gejala

b. Kedua : selang seling tanpa sensasi fisik atau rasa/kaku pada jari tangan dengan rasa nyeri seprti kesengat

c. Ketiga : selang seling tanpa sensasi fisik atau rasa/kaku pada jari tangan dengan rasa nyeri seprti kesengat dan persepsi sensori menurun

d. Keempat : selang seling tanpa sensasi fisik atau rasa/kaku pada jari tangan, rasa nyeri seprti kesengat,persepsi sensori menurun, dan atau diskriminasi keadaan tangan dan gangguan ketangkasan


(44)

4.6.Instrumen Penelitian 4.6.1Tes untuk rasa raba

a) Alat yang digunakan adalah kapas

b) Ujung kapas digoreskan pada permukaan tangan pasien

c) Responden diminta untuk menunjukkan apakah terasa goresan tersebut atau tidak

4.6.2Tes untuk rasa nyeri

a) Alat yang digunakan berupa jarum pentol

b) Rangsangan berganti ganti antara ujung yang tajam dan yang tumpul. Mintalah responden untuk membedakan bermacam-macam rangsangan tersebut

c) Mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak kearah yang normal. Kemudia responden diminta untuk menunjukkan kapan mulai merasakan ketajaman yang lebih jelas, yang perlu dicatat adalah perubahan sensasi. Sensasi ini paling baik dalam menentukan batas gangguan sensorik dibandingkan dengan sensai yang lain

4.6.3Tes untuk rasa suhu

Rangsangan panas dilakukan dengan menempelkan botol yang berisi air panas (40oC-45oC), sedangkan rangsangan dingin dengan menempelkan botol yang berisi air dingin (10oC-15oC). dengan mata tertutup diminta membedakan botol tersebut setelah bagian tubuh khususnya bagian tangan


(45)

4.7.Aspek Pengukuran

4.7.1Lama paparan getaran lengan tangan

Pengukuran lama paparan getaran tangan terbagi dalam 2 hal yaitu lama kerja dan masa kerja. Pada pngukuran lama kerja dan masa kerja ini mengunakan kuesioner atau pertanyaan terbuka dengan metode wawancara langsung pada pekerja. Pada pertanyaaan lama kerja akan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan jawaban responden yaitu : jika responden bekerja kurang dari 10 jam/hari akan dikategorikan sebagai kelompok 1 dan jika pekerja bekerja melebihi atau sama dengan 8 jam/hari maka akan dikategorikan menjadi kelompok 2

Pada pertanyaaan masa kerja akan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan jawaban responden yaitu: jika responden bekerja kurang dari 15 tahun akan dikategorikan sebagai kelompok 1 dan jika pekerja bekerja melebihi atau sama dengan 15 tahun maka akan dikategorikan menjadi kelompok 2

4.7.2Keluhan kesehatan akibat paparan getaran lengan tangan

Untuk mengeetahui keluhan akibat paparan getaran tangan diukur dengan menggunakan tes pemeriksaan tangan. Tes pemeriksaan tangan digunakan untuk mengetahui seberapa besar rangsangan yang dirasakan oleh pencukur rambut tersebut sehingga bisa mengetahui tingkat kepekaan tangan pencukur rambut dari efek getaran lengan tangan. Tes pemeriksaan tangan dilakukan segera setelah pencukur rambut selesai memotong rambut pelanggan.

Tes pemeriksaan yang dilakukan untuk kepekaan sensori panas dengan menempelkan botol yang berisi air panas dan dingin ketangan, berdasarkan jawaban dari responden akan dikategorikan menjadi 2 yaitu : jika responden dapat


(46)

merasakan perbedaan suhu maka akan dikategorikan sebagi kelompok 1, jika responden tidak dapat merasakan perbedaan suhu maka akan di kategorikan sebagai kelompok 2

Tes pemeriksaan yang dilakukan untuk baal dan mati rasa dengan menggunakan jarum yang ditusukkan secara perlahan pada jari dan menggunakan kapas yang digoreskan ketangan. Berdasarkan jawaban dari responden akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu : jika responden dapat merasakan kapas dan tusukan jarum maka akan di kategorikan sebagai kelompok 1, jika responden tidak dapat merasakan kapas dan tusukan jarum maka akan di kategorikan sebagai kelompok 2

Tes pemeriksaan yang dilakukan untuk kesemutan dengan langsung wawancara ke pencukur rambut tersebut yang akan di kategorikan berdasarkan jawaban responden ke dalam 2 kategori yaitu: jika responden tidak merasakan kesemutan maka akan dikategorikan sebagaia kelompok 1 sedangkan jika responden merasakan kesemutan maka akan dikategorikan sebagai kelompok 2

Jika pekerja mengalami satu saja dari 4 keluhan kesehatan maka akan dikategorikan sebagai kelompok 1, dan jika pekerja tidak mengalami salah satu dari 4 keluhan kesehatan maka akan dikategorikan sebagai kelompok 2

4.8.Pengolahan dan analisa data 4.8.1 Pengolahan data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti maka analisa data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang telah


(47)

terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer. Proses pengolahan data meliputi :

a) Editing adalah pekerjaan memeriksa validitas data yang masuk seperti memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner,kejelasan jawaban, konsistensi antar jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman pengukuran

b) Coding adalah kegiatan untuk mengklarifikasikan data dan jawaban menurut kategori masing-masing sehingga memudahkan pengolahan data

c) Entry adalah kegiatan memasukan data yang telah didapat kedalam program computer yang telah ditetapkan

d) Tabulating adalah merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan di proses.

4.8.2 Analisa data

Data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dan tes pemeriksaan tangan selanjutnya akan diolah dengan menggunakan sistem komputer program SPSS versi 19. Variabel independen adalah lama paparan getaran pada tangan dan variabel dependen adalah keluhan gangguan kesehatan pada pekerja cukur rambut. Analisa data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode sebagai berikut :

4.8.2.1. Analisi univariat

Analisa ini dilakukan pada masing-masing variable. Hasil analisa berupa distribusi dan persentase pada tiap variable


(48)

4.8.2.2. Analisa bivariat

Analisa data bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi. Pada analisa ini digunakan chi-square. Ketentuan pemakaian chi-square :

a) Jumlah sampel harus cukup besar untuk menyakinkan kita bahwa terdapat kesamaan antara distribusi teoritis dengan distribusi chi-square b) Pengamatan harus bersifat independen (unpaired). Ini berarti jawaban

satu subyek tidak berpengaruh terhadap subyek lain atau satu subyek hanya digunakan satu kali dalam analisis

c) Pengujian chi-square hanya dapat digunakan dalam data deskrit (data frekuensi dan data katagori) atau data kontinu yang telah dikelompokkan menjadi katagori

d) Jumlah frekuensi yang diharapkan harus sama dengan jumlah frekuensi yang diamati

e) Pada derajat yang sama dengan 1 (table 2 x 2) tidak boleh ada nilai ekspetasi yang sangat kecil. Secara umum bila nilai yang diharapkan terletak dalam satu sel yang sangat kecil (<5) sebaiknya chi-square tidak digunakan dapat menimbulkan taksiran yang berlebihan sehingga banyak hipotesis yang ditolak kecuali dengan korelasi dari Yates

f) Jika chi-square tidak memenuhi syarat maka dapat menggunakan uji alternative yaitu uji Fisher’s Exact


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian

Wilayah kelurahan Padang Bulan 1 kecamatan Medan baru, Medan memiliki 18 tempat pangkas dengan total jumlah pencukur sebanyak 89 orang. Pekerja ada yang mulai melaksanakan aktifitas mencukur mulai dari pukul 09.00 WIB – 18.00 WIB namun kadang juga bisa berlebih hingga pukul 22.00 WIB tergantung situasi kondisi cuaca,lingkungan, maupun pelanggan. Biasanya tukang cukur dapat menyelesaikan satu kepala selama 15 – 20 menit dengan rata rata pelanggan sebanyak 15-20 orang/hari.


(50)

4.2.Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1.Analisa Univariat

4.2.1.1. Lama Kerja

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dilapangan pada pekerja cukur rambut yang berada di Kelurahan Padang Bulan 1 Kecamatan Medan Baru, Medan diketahui lama kerja pekerja berdasarkan jam kerja/hari. Dalam hal ini peneliti mengkategorikan menjadi 2 kelas yaitu : pekerja yang bekerja selama ≤ 10 jam dan pekerja yang bekerja > 10 jam.

Tabel 4.1 Distribusi Lama Kerja Pekerja Berdasarkan Lama Kerja Perjam Perhari Pada Pekerja Cukur Rambut Di Kelurahan Padang Bulan 1 Kecamatan Medan Baru, Medan

Lama Kerja Pekerja (Jam) Jumlah (Orang) %

≤ 10 58 65,2

> 10 31 34,8

Total 89 100.0

Dari tabel diatas dapat kita lihat sebagian besar pekerja ≤ 10 jam dengan

jumlah sebanyak 58 orang (65,2%) 4.2.1.2. Masa Kerja

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dilapangan pada pekerja cukur rambut yang berada di Kelurahan Padang Bulan 1 Kecamatan Medan Baru, Medan diketahui masa kerja pekerja berdasarkan tahun aktif menjadi pekerja cukur rambut. Dalam hal ini penelti mengkategorikan menjadi 2 kelas yaitu : pekerja yang bekerja ≤ 15 tahun dan pekerja yang bekerja > 15 tahun.


(51)

Tabel 4.2 Distribusi Masa Kerja Pekerja Dalam Tahun Pada Pekerja Cukur Rambut Di Kelurahan Padang Bulan 1 Kecamatan Medan Baru, Medan

Masa Kerja Pekerja (Tahun) Jumlah (orang) %

≤ 15 48 53,9

> 15 41 46,1

Total 89 100.0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerja paling banyak bekerja ≤ 15 tahun dengan jumlah sebanyak 48 orang (65,2%).

4.2.1.3. Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pada jari pekerja setelah selesai menggunakan alat cukur getar pekerja cukur rambut yang berada di Kelurahan Padang Bulan 1 Kecamatan Medan Baru, Medan diketahui keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan berupa perasaan kesemutan, menurunnya persepsi sensori suhu, kehilangan kemampuan membedakan rasa nyeri, dan perasaan raba dapat dilihat di tabel dibawah ini

Tabel 4.3 Distribusi Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan

Keluhan Kesehatan Jumlah (orang) %

Tidak Ada Keluhan 42 47,2

Merasakan Kesemutan 13 14,6

Penurunan Kemampuan Sensori Panas 15 16,9

Penurunan Kemampuan Merasakan Nyeri 11 12,4

Penurunan Kemampuan Sensasi Raba 8 9,0


(52)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keluhan terbanyak terdapat di penurunan kemampuan sensori panas dengan jumlah pekerja sebanyak 15 orang (16,4%).

Tabel 4.3 Distribusi Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan Berdasarkan Klasifikasi Stockholm Syndrome.

Keluhan Kesehatan Jumlah (orang) %

Stage Pertama 42 47,2

Stage Kedua 24 29.0

Stage Ketiga 15 16,9

Stage Keempat 8 9,0

Total 89 100.0

Dari tabel diatas keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi stockholm syndrome, dimana stage 1 sebanyak 42 orang (47,2%) dimana pekerja terpapar paparan namun tidak menunjukkan gejala, stage 2 sebanyak 24 orang (29.0%) dimana pekerja terpapar getaran dan mengalami kesemutan dan penurunan sensasi nyeri, stage 3 sebanyak 15 orang (16.9%) dimana pekerja terpapar getaran, mengalami kesemutan dan penurunan sensasi nyeri, dan penurunan persepsi sensori panas, stage 4 sebanyak 8 orang (9.0%) dimana pekerja terpapar getaran, mengalami kesemutan dan penurunan sensasi nyeri, dan penurunan persepsi sensori panas, dan sensori raba

4.2.2.Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari 89 pekerja cukur rambut diketahui bahwa 43 orang pekerja tidak mengalami keluhan kesehatan, 13 orang


(53)

mengalami kesemutan, 15 orang tidak dapat membedakan perbedaan suhu, 11 orang tidak dapat membedakan rasa nyeri dan 8 orang tidak dapat membedakan sensasi raba. Selanjutnya dilakukan uji chi square untuk melihat apakah ada hubungan antara lama kerja, dan masa kerja dengan terjadinya keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan pada pekerja cukur rambut di Kelurahan Padang Bulan I Kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2015.

4.2.2.1.Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan

Hubungan antara Kerja dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan tabel berikut:

Tabel 4.4 Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan Lama

Kerja

Keluhan Kesehatan

P Value

0 1 2 3 4 Total

f % f % f % f % f % f %

≤ 10 Jam Kerja

31 34,8 8 9,0 9 10,1 8 9,0 2 2,2 58 65,2

0,12 > 10

Jam Kerja

11 12,4 5 5,6 6 6,7 3 3,4 6 6,7 31 34,8

Total 42 47,2 13 14,6 15 16,9 11 12,4 8 9,0 89 100 Keterangan :

Keluhan Kesehatan : 0 : Tidak Ada Keluhan 1 : Kesemutan

2 : Penurunan Kemampuan Sensori Panas

3 : Penurunan Kemampuan Membedakan Rasa Nyeri 4 : Penurunan Kemampuan Merasakan Raba

Berdasarakan tabel diatas tidak hubungan yang berarti antara lama kerja dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan dengan


(54)

nilai p = 0,12 dimana α = 0,05 sehingga nilai p> 0,05. Pada pengujian diatas menggunakan uji analisis Exact’s Fisher, dimana uji ini digunakan jika ada data yang ada tidak lolos syarat uji Chi Square. Pada Tabel ini terdapat nilai Expected Count < 5, dimana nilai Expected Count terkecil bernilai 2,79 sehingga digunakan uji alternative Exact’s Fisher

4.2.2.2.Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan

Hubungan antara masa kerja pekerja cukur rambut dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan Berupa Masa Kerja Keluhan Kesehatan P Value

0 1 2 3 4 Total

f % f % f % f % f % f %

≤ 15

Tahun 37 41,6 9 10,1 0 0,0 2 2,2 0 0 48 53,9

0,01 > 15

Tahun 5 5,6 4 4,5 15 16,9 9 10,1 8 9,0 41 46,1 Total 42 47,2 13 14,6 15 16,9 11 12,4 8 9,0 89 100 Keterangan :

Keluhan Kesehatan : 0 : Tidak Ada Keluhan 1 : Kesemutan

2 : Penurunan Kemampuan Sensori Panas

3 : Penurunan Kemampuan Membedakan Rasa Nyeri 4 : Penurunan Kemampuan Merasakan Raba

Berdasarakan tabel diatas, dapat dilihat bahwa ada hubungan yang berarti antara masa kerja dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan denga nilai p = 0,001 dimana α = 0,05 sehingga nilai p< 0,05. Pada


(55)

pengujian diatas menggunakan uji analisis Exact’s Fisher, dimana uji ini digunakan jika ada data yang ada tidak lolos syarat uji Chi Square. Pada Tabel ini terdapat nilai Expected Count < 5, dimana nilai Expected Count terkecil bernilai 3,69 sehingga digunakan uji alternative Exact’s Fisher


(56)

BAB V PEMBAHASAN

5.1.Keluhan Kesehatan Pada Pekerja Cukur Rambut Akibat Getaran Lengan Tangan

Keluhan kesehatan yang terjadi pada pekerja cukur rambut dibagi menjadi 4 jenis yaitu : kesemutan, penurunan kemampuan rasa nyeri, penurunan kemampuan membedakan sensori panas, dan kemampuan membedakan rasa raba. Dari total pekerja yang berjumlah 89 orang terdapat sebanyak 42 orang (47,2%) dari total pekerja yang tidak terkena dampak getaran ini 31 orang diantaranya bekerja dibawah 10 jam dan 37 orang bekerja kurang dari 15 tahun. Melihat dari sedikitnya jam kerja dan sebentarnya masa kerja pekerja tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pekerja yang tidak mengalami keluhan ini terpapar paparan dalam lama paparan yang singkat dan kurang untuk menimbulkan efek dari getaran lengan tangan. Dari total 89 pekerja, pekerja yang mengalami kesemutan sebanyak 13 orang (14,6%), pekerja yang mengalami penurunan kemampuan membedakan rasa nyeri sebanyak 11 orang (12,4%), penurunan kemampuan sensori panas sebanyak 15 orang (16,9%) dan penurunan kemampuan sensori raba sebanyak 8 orang (9%). Pada rasa kesemutan dan nyeri terjadi ketika pekerja telah masuk pada stage 2 klasifikasi Stockholm Syndrome. Sedangkan suhu adalah ciri ciri dari pekerja yang telah masuk pada satge 3 klasifikasi Stockholm Syndrome, dan penurunan kemampuan rasa raba adalah ciri ciri pekerja telah masuk stage 4 klasifikasi Stockholm Syndorme. Berdasarkan hasil peneltian oleh Rahayu (2011) disebutkan bahwa pekerja yang mengalami nyeri sebesar 94,4%, pekerja yang


(57)

mengalami mati rasa sebesar 11,1 % dan pekerja yang mengalami kesemutan sebesar 38,9%.

5.2.Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan

Dalam penelitian ini, lama kerja dinyatakan dengan lamanya pekerja cukur bekerja yang dihitung dalam jam/hari. Lama kerja pekerja dalam satu hari dapat meningkatkan terjadinya keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan. Berdasarkan tabel hasil peneltian pada tabel 4.5 dapat dilihat dengan jelas bagaimana sebaran keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan. Dari hasil analisis statistic uji Fishers’s Exact diperoleh nilai p value = 0,12 (p > 0,05) yang diartikan bahwa lama kerja tidak berhubungan dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan.

Menurut Soedirman (2014) mengatakan bahwa kejadian keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan terjadi ketika pekerja terpapar getaran secara terus menerus dan merupakan gejala akumululatif dari lamanya paparan tersebut. Gejala keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan tidak akan tampak jika pekerja hanya terpapar dalam waktu singkat.

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti seperti Rahayu (2011) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan berarti antara lama kerja dan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan. Hal yang sama juga dikatakan oleh HIdayat (2012) ketika meneliti paparan getaran lengan tangan pada pkerja dental. Dalam hasilnya tidak hubungan


(58)

yang berarti antara lama kerja dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan.

5.3.Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Gejala Ganngguan Kesehatan Akibat Getaran Lengan Tangan

Masa kerja adalah waktu atau lamanya pekerja telah melakukan pekerjaan tersebut dalam hitungan tahun. Berdasarkan tabel 4,6 terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan dengan nilai p = 0,01 (p < 0,05).

Walaupun sebagian besar pekerja bekerja kurang dari 15 tahun namun jika melihat secara perorangan pekerja yang melebihi 15 taun terkena pada stadium 4 klasifikasi Stockholm dimana pekerja mengalami sensasi fisik atau rasa/kaku pada jari tangan, rasa nyeri seprti kesengat,persepsi sensori menurun, dan atau diskriminasi keadaan tangan dan gangguan ketangkasan. Sedangkan pada pekerja yang bekerja kurang dari 15 tahun hanya sampai pada stadium dua klasifikasi Stockholm dimana pekerja mengalami sensasi fisik atau rasa/kaku pada jari tangan dengan rasa nyeri seprti kesengat. Perbedaan jumlah pekerja ini berdasarkan tahun juga terjadi karena sifat dari pekerja tersebut yang sering berpindah-pindah. Terkadang ada pekerja yang hanya menjadi pencukur rambut dalam waktu kurang dari 1 tahun, dan kemudian mereka menjadi pekerja lainnya yang terkadang tidak berhubungan dengan mesin getar.

Terkadang ada pekerja yang menjadi pencukur rambut karena tidak ada pekerjaan lain dan untuk mengisi waktu luang. Dengan singkatnya masa kerja


(59)

menguntungkan bagi pekerja karena hanya mengakibatkan pekerja terkena dampak stadium ke dua dari klasifikasi Stockholm.

Hal yang senada juga diucapkan Soedirman (2014) didalam bukunya, ketika terjadi akumulasi paparan getaran pada tangan akan menimbulkan berbagai dampak yang tampak maupun tak tampak oleh mata. Rahayu (2011) terdapat hubungan masa kerja dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan. Hidayat (2012) juga mengucapkan hal senada bahwa terdapat hubungan masa kerja dengan keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan. Getaran yang dihasilkan oleh mesin cukur dapat dikendalikan dengan melakukan perawatan pada mesin cukur rambut. Perawatan dapat dilakukan dengan melakukan perawatan berkala di bengkel. Perawatan ini dapat dilakukan selama 3 bulan 1 kali. Sehingga getaran yang dihasilkan dapat dijaga dan tidak menimbulkan efek lebih lanjut pada pekerja.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja cukur rambut di Kelurahan Padang Bulan I kecamatan Medan Baru, Medan tahun 2015, dapat disimpulakan sebagai berikut:

1. Pekerja yang tidak mengalami keluhan gejala ganngguan kesehatan akibat getaran lengan tangan sebanyak 42 orang (47,2%)., Pekerja yang mengalami kesemutan adalah sebanyak 13 orang (14.6%)., penurunan kemampuan merasakan perbedaan perasaan nyeri sebanyak 11 orang (12,4%), penurunan kemampuan sensori panas sebanyak 15 orang (16,9%), penurunan kemampuan merasakan perbedaan sensasi raba adalah sebanyak 8 orang (9,0%),

2. Tidak ada hubungan yang bermakna anatara faktor lama kerja dengan keluhan gejala gangguan kesehatan akibat getaran tangan

3. Ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan gejala gangguan kesehatan akibat getaran tangan

6.2 Saran

1. Perawatan mesin cukur rambut harus dilakukan secara berkala setiap 3 bulan sekali untuk mempertahankan dan mencegah getaran mesin bertambah


(61)

2. Pekerja harap menvariasikan alat yang digunakan ketika memotong rambut menggunakan gunting rambut dan pisau cukur guna mengurangi intensitas getaran yang langsung dirasakan tangan

3. Diharapkan pekerja selama bekerja menggunakan sarung tangan tebal yang dapat mengurangi intensitas getaran dari mesin cukur menuju tangan selama pekerja bekerja. Sehingga dampak akumulatif yang ada selama masa kerja pekerja dapat dikurangi.

4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi dini gangguan kesehatan yang mungkin disebabkan oleh getaran

5. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh paparan getaran lengan terhadap keluhan gejala gangguan kesehatan akibat getaran tangan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Candra Yoga. 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta

Anonim. Bomel/Hand Arm Vibration Syndrome Underlying Causes and Risk Control in The Contruction Industry. Volume 4. Diakses 08.00 WIB http://www.hse-gov.uk.pdf/

Budiarto, Eko. 2011. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC : Jakarta.

Budiono S. 1991.Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. PT. Tri Tunggal Tata Fajar : Semarang

Depnaker, 2006. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Direktorat Pengawasan Norma dan Keselamatan Kerja : Jakarta

Dhamayanti, D., 2005. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Keluhan Akibat Pemakaian Gerinda di PT Dok Dan Perkapalan Surabaya. Skripsi. Diakses 10/11/2015 pada pukul 09.00 WIB http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73892&val=4700 Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Bina Peran

Serta Masyarakat. 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal Di Indonesia. Jakarta: Departemen kesehatan RI.

Gabriel, J. F. 1988. Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta Gio, Prana Ugiana. 2012. Statistika Beserta Aplikasi dalam SPSS. Medan

Hidayat,M.S. 2012 Paparan Getaran Mesin Gerinda dan keluhan subyektif (Hand Arm Vibration Syndrome) Pada Tenaga Kerja di Abadi Dental Laboratorium Gigi Surabaya. Diakses pukul 09.00 WIB. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73893&val=4700 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Balai Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Medan. 2013. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Medan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP.13/MEN/X/2011. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan: Jakarta

M, Soeripto. 2008 Higiene Industri. FKUI: Jakarta

Nimpoeno, S.John. 1985. Penyakit Penyakit Akibat Kerja. Grafindo Utama: Jakarta

Notoadmojo, S., 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta Purnawati E.R. Hubungan Antara Paparan Getaran Lengan Tangan dengan

Keluhan Kesehatan dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi pada Supir Bajaj di Pasar Kebayoran Lama. Diakses 12/11/2015

pada pukul 10.00 WIB

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73899&val=4700 Rusdi, Y. 2007. Hubungan antara Getaran Mesin pada pekerja bagian Produksi


(63)

Perum Perhutani unit I Jawa Tengah. Diakses 12/11/2015 pada pukul

21.00 WIB

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73990&val=4700 Pakasi, R.E. Nyeri dan Kebas Pergelangan Tangan Akibat Pekerjaan? Hati-hati CTS!.

Diakses pada 14/8/2015 pukul 08.00 WIB. http:// http://medicastore.com/penyakit/3287/Sindrom_Terowongan_carpal.html Praktiknya, Ahmad Watik., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran

& Kesehatan. Edisi I. RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Suma’mur, P.K. 2009. Hygiene Perusahaan dan kesehatan Kerja. CV. Sagung Seto : Jakarta

Sastroasmoro, Sudigdo., & Ismael, Sofyan.,2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Cetakan Kedua (Edisi Ketiga). Sagung Seto : Jakarta. Wijaya, Caroline. 1993. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Penerbit Buku


(64)

(65)

(66)

(67)

Lampiran I

Master Data Penelitian

no lama masa kesemutan suhu nyeri raba Keluhan

1 11 15 2 1 1 1 1

2 10 15 2 1 1 1 1

3 12 15 2 1 1 1 1

4 8 10 1 1 1 1 0

5 12 10 2 1 1 1 0

6 10 15 2 2 2 1 3

7 12 15 2 1 1 1 1

8 12 8 1 1 1 1 0

9 12 8 1 1 1 1 0

10 12 20 2 2 1 1 2

11 8 20 2 2 2 2 4

12 7 25 2 2 2 1 3

13 10 25 2 2 1 1 2

14 10 20 2 2 2 1 3

15 12 25 2 2 1 1 2

16 10 25 2 2 1 1 2

17 12 30 2 2 1 1 2

18 10 12 1 1 1 1 0

19 12 29 2 2 2 2 4

20 9 32 2 2 2 1 3

21 11 22 2 2 1 1 2

22 12 23 2 2 1 1 2

23 10 24 2 1 1 1 1

24 10 19 1 1 1 1 0

25 12 11 1 1 1 1 0

26 6 13 1 1 1 1 0

27 12 15 1 1 1 1 0

28 10 9 1 1 1 1 0

29 9 8 1 1 1 1 0

30 10 3 1 1 1 1 0

31 12 20 2 2 2 1 3

32 12 21 2 2 1 1 2

33 9 25 2 2 1 1 2

34 9 14 1 1 1 1 0

35 12 17 1 1 1 1 0

36 9 9 1 1 1 1 0


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability Pearson Chi-Square 7.597a 4 .108 .105

Likelihood Ratio 7.353 4 .118 .145

Fisher's Exact Test 7.202 .119

Linear-by-Linear Association

3.953b 1 .047 .053 .029 .009

N of Valid Cases 89

a. 3 cells (30.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.79. b. The standardized statistic is 1.988.

Masa Kerja Pekerja (Tahun) * keluhan kesehatan

Crosstab

keluhan kesehatan

Total tidak ada

keluhan kesemutan rasa suhu rasa nyeri rasa raba Masa Kerja Pekerja (Tahun) < 15 Tahun

Count 37 9 0 2 0 48

Expected Count

22.7 7.0 8.1 5.9 4.3 48.0

% of Total 41.6% 10.1% .0% 2.2% .0% 53.9% > 15

Tahun

Count 5 4 15 9 8 41

Expected Count

19.3 6.0 6.9 5.1 3.7 41.0

% of Total 5.6% 4.5% 16.9% 10.1% 9.0% 46.1%

Total Count 42 13 15 11 8 89

Expected Count

42.0 13.0 15.0 11.0 8.0 89.0


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 53.539a 4 .000 .000

Likelihood Ratio 65.688 4 .000 .000

Fisher's Exact Test 58.642 .000

Linear-by-Linear Association

44.058b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 89

a. 2 cells (20.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.69. b. The standardized statistic is 6.638.


(3)

Lampiran IV

FORM HASIL PENGAMATAN

Karakteristik Responden

1.

Nama Pekerja

:………..

2.

Lama Kerja

:………..

3.

Masa Kerja

:………..

Keluhan Kesehatan

1.

Apakah anda merasakan kesemutan setelah bekerja

Ya

Tidak

2.

Hasil tes pemeriksaan tangan pada rasa nyeri

Nyeri

Tidak nyeri

3.

Hasil tes pemeriksaan tangan pada rasa suhu

Dapat membedakan

Tidak dapat membedakan

4.

Hasil tes pemeriksaan tangan pada rasa raba


(4)

Lampiran V

Gambar Penelitian


(5)

Gambar III. Proses Pemberian Cendera Mata Pada Pekerja

Gambar IV. Proses Kerja Pekerja Cukur Rambut Dengan Menggunakan

Gunting


(6)

Gambar V. Proses Kerja Pekerja Cukur Rambut Menggunakan Mesin Getar

Cukur Rambut

Gambar VI. Proses Kerja Pekerja Cukur Rambut Menggunakan Pisau

Cukur