sehingga mendapatkan beban kejut atau tumbukan yang besar secara tiba-tiba.
C
b
= faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur, dimana untuk perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terjadi
karena momen puntir saja dengan harga diantara 1,2-2,3 jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb
diambil 1,0, dalam perencanaan diambil faktor koreksinya sebesar 1,2.
Maka diameter poros yang direncanakan : d
s
=
3 1
5
10 .
89 ,
715 2
, 1
2 380
, 7
1 ,
5
x
x x
d
s
= 491,500 mm d
s
≅500 mm Maka diambil diameter yang mendekati yaitu sebesar 500 mm yang dapat
dilihat pada lampiran A.
3.4 PENENTUAN PANJANG POROS
Untuk poros yang dipasang pada mesin umum dalam kondisi kerja normal, besarnya defleksi puntiran dibatasi sampai 0,25-0,3 derajat. Untuk poros panjang
atau poros yang mendapat beban kejutan atau berulang, harga tersebut harus dikurangi menjadi setengah dari harga diatas. Sebaliknya dapat terjadi, pada poros
transmisi di dalam suatu pabrik, beberapa kali harga diatas tidak menimbulkan kesukaran apa-apa. Dalam perhitungannya digunakan rumus sebagai berikut :
4
584
s
Gd Tl
= θ
...........................................................
Lit.6, hal.18
Keterangan : θ = defleksi puntiran
T = momen puntiran kg.mm l = panjang poros mm
G = modulus geser kgmm
2
untuk baja diambil 8,3 x 10
3
kgmm
2
ds = diameter poros mm
Universitas Sumatera Utara
Dari perhitungan diatas telah didapat diameter poros sebesar 500 mm, momen puntir sebesar 715,89 . 10
5
kg.mm, modulus geser untuk baja diambil sebesar 8,3 x 10
3
kgmm
2
, dan dalam perencanaan ini digunakan defleksi puntiran sebesar 0,3
o
. Maka dapat dihitung :
500 10
. 3
, 8
10 .
89 ,
715 584
3 ,
4 3
5
l =
376 ,
3722 =
l mm
3720 ≅
l
mm Dari perhitungan diatas didapat panjang total keseluruhan poros diambil
sebesar 3720 mm.
3.5 KONDISI PEMBEBANAN POROS
Dari hasil pengamatan survey pada Pabrik Gula Sei Semayang, poros yang direncanakan ditumpu oleh dua buah bantalan luncur serta menumpu satu roda
gigi lurus, satu buah Top Roll, dan satu buah kopling untuk menghubungkan ke motor penggeraknya. Kondisi pembebanan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Kondisi pembebanan pada poros
Keterangan Gambar 3.2 : 1. Square Coupling Kopling Persegi
2. Roda Gigi Lurus 3,5. Bantalan Luncur
4. Top Roll 1
2
3 5
4
Universitas Sumatera Utara
Dari data-data yang diambil diketahui : Panjang kedua bantalan luncur : 600 mm dengan jari-jari dalam 225 mm
Panjang untuk tumpuan Top Roll : 1717 mm dengan diameter dalam 500 mm Panjang roda gigi lurus : 400 mm dengan diamater dalam 500 mm
Panjang Square Coupling : ukuran dalam 300 mm x 300 mm x 220 mm
3.6 ANALISA GAYA PADA BANTALAN