Temperatur Penuangan PENUANGAN .1 Pemilihan Jenis Ladel

5.3 PENUANGAN 5.3.1 Pemilihan Jenis Ladel Setelah logam telah mencair seluruhnya, cairan logam dikeluarkan dari tanur dan diletakkan ke dalam ladel. Jenis ladel yang digunakan adalah jenis ladel penyumbat seperti ditunjukkan pada gambar 5.3. Ladel dilapisi oleh bata samot atau bata tahan api agalmatolit yang mempunyai pori-pori kecil, penyusutan kecil, dan homogen. Nozel dan penyumbat kadang-kadang dibuat dari bata karbon. Gambar 5.3 Ladel jenis penyumbat Panjang nozel dibuat cukup panjang agar membentuk tumpahan yang halus tanpa cipratan. Ladel harus sama sekali kering yang dikeringkan lebih dulu oleh burner minyak residu sebelum dipakai.

5.3.2 Temperatur Penuangan

Dalam proses penuangan diperlukan pengaturan temperatur penuangan, kecepatan penuangan, dan cara-cara penuangan. Temperatur penuangan berubah menurut kadar karbon dalam cairan baja. Kecepatan penuangan umumnya sedemikian sehingga terjadi penuangan yang tenang agar mencegah cacat coran seperti retak-retak dan sebagainya. Kecepatan penuangan yang rendah menyebabkan kecairan yang buruk, kandungan gas, oksidasi karena udara, dan ketelitian permukaan yang buruk. Untuk kecepatan dan waktu tuang telah didapatkan dari perhitungan bab sebelumnya. Oleh karena itu temperatur penuangan yang cocok harus ditentukan mengingat macam cairan, ukuran coran, Universitas Sumatera Utara dan cetakan yang dapat kita tentukan berdasarkan grafik kadar karbon vs temperatur o C dibawah berikut : Gambar 5.4 Temperatur penuangan yang disarankan Untuk bahan poros yaitu baja cor dengan kadar karbon 0,5 dapat ditentukan temperatur pengeluaran dan temperatur penuangan dari grafik temperatur penuangan yang disarankan. Untuk temperatur pengeluaran logam cair dari tanur ke dalam ladel dari grafik didapat yaitu sekitar 1590 o C dan untuk temperatur penuangan logam cair dari ladel ke dalam cetakan yaitu sekitar 1550 o C dengan cara penuangan bawah karena penuangan ini memberikan kecepatan naik yang kecil dari cairan baja dengan aliran yang tenang. Sedangkan temperatur untuk mulai membeku dan akhir membeku didapat yaitu sekitar 1500 o C dan 1430 o C. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan perhitungan dari bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Mill Shaft Roll Shell yang dirancang adalah poros yang menumpu Top Roll pada stasiun penggilingan pabrik gula tebu Sei Semayang PTPN2 kapasitas 4000 TCD. 2. Dimensi poros yang direncanakan adalah: • Panjang total poros keseluruhan adalah 3720 mm • Diamater poros yang terbesar didapat 500 mm • Poros ditumpu oleh dua bantalan luncur dengan masing-masing diameter 450 mm. 3. Bahan pola yang digunakan adalah kayu jelutung, oleh karena kayu ini mudah dibentuk. Sedangkan pola yang digunakan adalah pola pejal dengan jenis pola setengah. Tambahan penyusutan yang diambil sesuai dengan bahan baku yaitu baja cor sebesar 2,5 dengan tambahan pemesinan sebesar 2 dan 5 mm pada masing-masing tebal coran yang didapat dari daftar tambahan penyelesaian mesin untuk coran baja. 4. Bahan baku yang digunakan untuk membuat Mill Shaft Roll Shell adalah sekrap baja ditambah dengan potongan-potongan balok baja dengan kapasitas peleburan 8 ton dengan menggunakan tanur listrik basa Heroult. 5. Unsur-unsur paduan yang diinginkan untuk komposisi bahan poros adalah: • Karbon = 0,5 • Silikon = 0,35 • Mangan = 0,85 • Posfor = 0,030 • Sulfur = 0,035 Universitas Sumatera Utara