BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Dewa-dewa dalam agama Hindu, khususnya dewa-dewa tertinggi yang digambarkan memiliki suatu kekuatan atau tenaga yang diperlukan untuk
melakukan semua tugas yang harus mereka jalankan. Kekuatan atau tenaga yang para dewa-dewa atau dewi-dewi gunakan ini disebut dengan Sakti
1
. seringkali diwujudkan sebagai dewi pasangan dewa-dewa tersebut. Dalam aliran Vaisnava,
sakti Visnu diwujudkan sebagai Laksmi, dan dalam aliran Saiva, sakti Siva di sebut Dev
Menurut kitab Purana
2
, sakti Siva atau dewi ini memiliki dua aspek yakni aspek santa atau saumya, dan aspek krodha atau raudra
3
. Selain itu, untuk kepentingan pemujaannya kedua aspek Devi ini menjelma menjadi dewi-dewi
yang sangat banyak jumlahnya, salah satu sakti Siva yaitu Devi Durga, dan Devi Durga ini termasuk salah satu aspek krodha.
4
Durga mempunyai beberapa tugas, dan di antaranya tugas yang paling terpenting adalah melindungi umat manusia dari kesulitan yang ditimbulkan oleh
serangan musuh atau orang-orang jahat yang mencelakai manusia. Tugas utama ini tercermin pada nama dewi yakni Durga, yang berarti benteng yang
1
Kata lain dari istri. Sebagian umat Hindu berpendapat bahwa sakti sebagai kekuatan Deva Siva
2
Salah satu kitab suci Agama Hindu yang didalamnya menerangkan tentang mitologi, cerita- cerita, dongeng dan deva-deva dalam Hindu.
3
Arti lain adalah dahsyat kekuatan yang ada pada diri Devi Durga
4
Hariani Santiko, Kedudukan Bhatari Durga Di Jawa Pada Abad X Sampai XV Masehi, Jakarta, 1987, h 243
memusnahkan kesulitan-kesulitan atau halangan-halangan yang menyebabkan manusia tertindas dari kejahatan.
Perbuatan Durga yang melindungi manusia itu, dilambangkan oleh cerita- cerita tentang pembinasaan para Asura yang telah mengganggu dewa-dewa oleh
Durga, yang di muat dalam kitab-kitab Purana, dan oleh sebab itu Durga dikenal dengan sebutan Durga Mahisasuramardhini Durga pembunuh Mahisasura.
Walaupun cerita tersebut di atas yang tertua ada dalam kitab Markandeya purana, namun pengarcaan Durga Pembinasa Asura ini telah terjadi jauh sebelumnya.
Arca Durga Mahisasuramardhini yang dianggap paling tua di India, menurut Banerjea adalah sebuah arca dari Bhita yang berasal dari zaman Gupta, namun
penemuan terakhir mengungkapkan bahwa perwujudan ‘ Durga Pembinasa Asura ’ yang tertua bukannya arca Bhita melainkan sebuah relief pada sekeping materai
tanah liat yang diketemukan di Nagar, Rajashtan, dan di perkirakan berasal dari sekitar abad I Masehi.
Arca-arca Durga Mahisasuramardhini, di India sangat banyak jumlahnya, dan kebanyakan dijumpai dalam relung-relung sebelah utara kuil Saiva. Beberapa
arca Durga memang diketemukan dalam kuil-kuil yang khusus diperuntukkan Durga, misalnya pada kuil Durga yang berada di Jagat, Rajhastan. Arca-arca
Durga yang di sebut terakhir ini khusus dipuja oleh penganut aliran Sakta, yakni aliran dalam agama Hindu yang memuja sakti, terutama sakti dewa Siva.
5
Di samping bentuk Durga Mahisasuramardhini, di India masih dijumpai bentuk Durga lainnya yang berjumlah sembilan, dan dikenal secara keseluruhan
sebagai Nava Durga, kesemblian Durga ini, di gambarkan dan dipuja secara
5
Made I Titib, Teologi Dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu Surabaya : Paramitha 2003 , h 334-336
berkelompok, namun kadang-kadang masing-masing bentuk dipuja sendiri- sendiri. Apabila dipuja secara berkelompok, maka Durga dalam bentuk Durga
Mahisasuramardhini yang disebut pula Katyayani, candi atau Candisvari diletakkan ditengah-tengah, dan di kelilingi oleh kedelapan bentuk Durga lainnya
yang penempatannya disesuaikan dengan arah mata angin. Dalam upaya pemahaman berbagai tindakan dan sifat Durga, diperlukan
suatu pengetahuan yang sangat mendasar tentang konsep dewi pada umumnya, suatu pengetahuan yang berpangkal pada pemujaan Dewi Ibu Mother Goddes,
Magna Mater. Kultus Dewi Ibu ini, yang kemudian merupakan bagian terpenting pada kebudayaan agraris, sebenarnya telah muncul jauh sebelum diketemukannya
cara-cara bercocok tanam, sebab utama munculnya pemujaan Dewi Ibu ini, ialah perasaan takjub, heran dan ketidakfahaman akan proses-proses alam yaitu tentang
proses kelahiran, dan rahasia asal mula kehidupan yang ada di jagat raya ini. Jalan fikiran masyarakat yang masih sangat sederhana, mencari sumber-sumber
penyebab dan pilihannya, yaitu jatuh pada tokoh wanita atau Ibu, karena menurut pengalaman mereka, hanya kaum wanitalah yang melahirkan. Kekuatan alam
yang telah melahirkan, segala yang ada di dunia ini di personifikasikan sebagai seorang Dewi.
Uraian tentang berbagai bentuk atau aspek Durga ini dalam kitab-kitab keagamaan, ternyata sangat luas dan seringkali terjadi tumpang tindih dengan
konsepsi tokoh-tokoh Dewi-dewi lainnya.
Konsepsi Dewi Ibu ini, kemudian akan tetap hidup dan menjadi konsep dasar pemujaan Dewi Durga hampir di seluruh dunia. Dan berbagai aspeknya,
diwujudkan sebagai tokoh-tokoh dewi tertentu.
6
Sosok Devi Durga dalam agama Hindu mempunyai pengaruh yang sangat besar, tentunya berpengaruh pula pada ajaran dan keberagamaan umat Hindu itu
sendiri. Apakah umat Hindu akan cenderung kepada penolakan perwujudan Devi Durga, atau lebih cenderung berbakti kepada Devi Durga, dan ada pula reaksi
umat Hindu ketika ajaran-ajaran Devi Durga mempengaruhi keimanan umat Hindu.
Selain sosok Devi Durga yang melindungi umatnya, di Pura Dalem Purnajati Devi Durga dikenal dengan sosok yang menyeramkan, menyeramkan
ketika Devi Durga memarahi umatnya yang lengah atau lalai dalam mengerjakan pekerjaanya. Devi Durga juga mengajarkan ajarannya dengan cara meminta
kepada roh-roh leluhur yang sudah meninggal, bahasa modernnya disebut dengan ilmu magic. Permintaan apapun yang umatnya inginkan Devi Durga
mengabulkannya. Ada beberapa pandangan tentang Devi Durga, yang pertama terdapat pada
kisah-kisah kuno agama Hindu, yang kedua adalah ajaran-ajaran kuno agama Hindu, dan sejarah napak tilas Devi Durga, dan bahkan kontroversi para
agamawan Hindu tentang Devi Durga. Berdasarkan penjelasan di atas, mengenai pengertian Devi Durga, serta
pandangan masyarakat umat Hindu tentang Devi Durga, sehingga siapapun yang membaca hasil penulisan ini, khususnya umat Hindu akan memahami, bagaimana
6
Ayu Ida Surayin Putu, Durga Surabaya : Paramitha 2004 , h 20-25
Devi Durga sehingga tidak akan terlupakan kembali dalam urutan Deva Devi yang ada di pelataran ritual umat Hindu pada umumnya.
Untuk itu, pada penulisan skripsi ini, penulis mengambil tema “ Pandangan Masyarakat Hindu Tentang Devi Durga Studi Kasus Di Pura
Dalem Purnajati, Cilincing Jakarta Utara “ guna memahami, bagaimana
pandangan tentang Devi Durga bagi masyarakat Hindu itu sendiri, dan apa ajaran Devi Durga bagi masyarakat Hindu. Dengan dilatarbelakangi oleh beberapa
alasan, antara lain sebagai berikut : a.
Seiring dengan perkembangan di bidang fisik, rupanya di bidang spiritualpun tidak ketinggalan, berkenaan dengan hal tersebut agama Hindu
dengan salah satu agama yang dalam kenyataannya ikut serta mengisi pembangunan di bidang spiritual, memiliki perkembangan yang cukup baik.
b. Penulis ingin mengetahui lebih dalam, mengenai pandangan masyarakat
Hindu tentang Devi Durga, yang menurut penulis sangat menarik untuk mengkajinya dan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, khususnya Program Studi Perbandingan Agama. c.
Selain itu, adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah untuk memahami dan mempelajari agama orang lain di luar agama yang penulis
anut, dan selain itu juga mengetahui dengan pasti pandangan masyarakat Hindu tentang Devi Durga, khususnya di Pura Dalem Purnajati, yang berada
di Cilincing. Hal ini juga merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana S-1 di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Program Studi Perbandingan
Agama.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah