BAB IV DEVI DURGA DALAM KEPERCAYAAN MASYARAKAT HINDU DI
PURA DALEM PURNAJATI
A. Kedudukan Devi Durga Di Pura Dalem Purnajati
Dari sekian banyak tokoh dewi yang terlibat dalam pembinasaan asura Mahisasura, para dewi mempunyai kedudukan yang tidak sama, munculnya
berbagai tokoh dewi dengan kedudukan yang berbeda-beda ini, sangat erat hubungannya dengan konsep sakti dalam agama Hindu.
38
Sakti adalah tenaga atau kekuatan dewa-dewa, besar kecilnya peranan sakti atau dewi dalam kehidupan
keagamaan, itu tergantung pada aliran yang memujanya. Dalam aliran Saiva, kedudukan terpenting adalah Siva Paramasiva atau
Pati dalam Saiva-Siddhanta, Siva atau Pati ini adalah kenyataan tertinggi seperti halnya dengan Brahman dalam kitab-kitab Upanisad. Siva adalah sebab yang
menghasilkan dan sebab sebagai alat Nimitta-Karana penciptaan alam dari sebab bendani yang telah ada, tugas utama Siva bukan hanya penciptaan dunia
melainkan Lima macam yang dikenal dengan Pancakrtya yakni penciptaan Srsti, pemeliharaan dunia Sthiti, penghancuran alam Samhara atau Laya, Anugerah
anugrah, dan menyebar kebodohan Tirobhava. Tetapi segala kejadian itu bukanlah disebabkan oleh Siva secara langsung, melainkan dengan perantaraan
Saktinya tenaganya. Pada hakekatnya Sakti hanya satu dan disebut Cit-Sakti tenaga dari kesadaran murni, Para-Sakti tenaga utama atau tertinggi. Sakti ini
adalah sebab bendani Upadana-Karana dan di kenal juga sebagai prakrti, namun
38
Sakti adalah nama lain dari istri, akan tetapi Sakti dalam arti lain yaitu di sebut juga dengan tenaga atau bisa juga di artikan dengan kekuatan para dewa-dewa yang sangat dahsyat
49
tanpa memiliki kesadaran Acit, dan segala perubahan yang terjadi pada dirinya disebabkan oleh petunjuk Siva.
Hubungan antara Siva dan sakti ini sangat erat. Siva adalah Jnana pengetahuan murni dan Cit kesadaran murni, sedangka Sakti adalah tenaga
murni Kriya, yang tidak memilki kesadaran Acit. Dari perpaduan Siva-Sakti ini muncullah tiga jenis sakti dari Para-Sakti, yakni :
1. Iccha-Sakti tenaga kemauan atau keinginan, perpaduan Jnana dan Kriya jumlah kedua unsur atau jumlah keduanya adalah seimbang.
2. Kriya-Sakti tenaga untuk bertindak, perpaduan Jnana dan Kriya dengan unsur Kriya yang lebih kuat
3. Jnana-Sakti tenaga pengetahuan merupakan perpaduan Jnana dan Kriya dengan unsur Jnana yang lebih kuat. Jnana-Sakti ini aktif dalam usaha
pelepasan Jiva Pasu dari belenggu Pasa, ketiga sakti mempunyai Tabiat-Rupa berbentuk, Arupa tanpa bentuk dan Ruparupa berbentuk
dan tidak berbentuk. Tanpa Sakti-Siva tidak akan dapat melasanakan satu pun dari segala peranannya.
39
Kedudukan Sakti yang berbeda dapat dijumpai dalam aliran Sakta. Yakni suatu aliran yang memuja Sakti. khususnya yaitu Sakti-Siva. Sistim Sakta-
Darsana adalah Advaita yang berarti kenyataan tertinggi yang dianggapnya bukan dualisme, kenyataan tertinggi ini adalah kesatuan Siva-Sakti, bersifat
Sacchidananda dan tak dapat dipisahkan. Sakti yang dikenal dengan mula Prakrti sebab bendani, memiliki Tiga Guna tetapi dalam tahap ini ketiga Guna tersebut
masih dalam keadaan seimbang Samya-Vastha, sehingga tidak berpengaruh
39
Hariani Santiko, Kedudukan Bhatari Durga Di Jawa Pada Abad X-XV, Jakarta-1987, h 283-286
terhadap apapun. Oleh karena itu, di sebut Nirguna dalam arti bahwa tidak ada pembedaan di dalamnya.
Hubungan keduanya seringkali diumpamakan biji canaka, dari luar nampaknya satu, namun setelah kulit luarnya dikupas akan terlihat kedua bagian
biji tersebut. Siva adalah Prakarsa cahaya, dan Sakti adalah Vimarsa kekuatan untuk memantulkan sinar. Siva adalah kesadaran murni Cit yang statis, berat,
lesu dan apabila tanpa sakti tak berdaya bagaikan mayat Sava, sebaliknya sakti bersifat dinamis pendorong utama terjadinya penciptaan alam, oleh karena itu
sakti disebut sebagai ibu dunia Jagadamba. segala kejadian di dunia ini, di antaranya penciptaan dunia Srsti, pemeliharaan dunia Sthiti atau Utpatti dan
penghancuran dunia Praline atau Pralaya, menurut penganut Sakta, adalah pekerjaan Sakti yang di sebut sebagai Mahasakti atau Adyasakti. Dan Siva
hanyalah pembantu Sakahari saja, keadaan Siva-Sakti seringkali digambarkan sebagai Ardhanarisvari yakni tubuh setengah laki-laki dan setengah wanita.
Bentuk wanita Sakti di sebelah kiri dan bentuk laki-laki Siva di sebelah kanan. Walaupun memuja kedua-duanya, namun belahan sebelah kiri dianggap jauh lebih
penting dan lebih sering dipuja dari pada belahan sebelah kanan, karena tanpa Sakti, Siva tidak berarti apa-apa. Oleh karena itu bagi para penganut Sakta,
kenyataan tertinggi adalah Mahasakti.
40
Pada tahap berikutnya, terjadilah ketidakseimbangan antara ketiga Guna dalam Prakrti sehingga timbul terciptanya atau penciptaan alam. Pada saat ini
Mahasakti disebut Ahamaya karena menjadi sebab bendani dan sebab sebagai alat penciptaan, serta menimbulkan ilusi atau ketidaktahuan Avidya pada ciptaannya
40
Hariani Santiko, Kedudukan Bhatari Durga Di Jawa Pada Abad X-XV, Jakarta – 1987, h 287- 290
Jiva. Karena menimbulakan Avidya maka Sakti di sebut sebagai Avidya-Sakti. tetapi sakti adalah Jagadamba Ibu Dunia, Dewi Ibu Magna Mater yang sangat
mencintai anak-anaknya. Oleh karena itu Mahasakti yang telah menimbulkan Avidya dengan kekuatan Maya-nya, berusaha pula untuk melenyapkan
ketidaktahuan serta menolong Jiva untuk mencapai kelepasan. Dalam hal ini, Mahasakti disebut sebagai Mahavidya atau Vidya-Sakti,
pada tahap ini Siva-Sakti yang dikenal pula sebagai Mahabindu, pecah menjadi dua bagian yakni Bindu dan Nada, serta dari akibat perpaduan keduanya
muncullah bija yang di sebut pula sebagai Surya-Bindu. Bindu, nada dan bija masing-masing di hubungkan dengan ketiga aspek Sakti yakni Iccha, Kriya, dan
Jnana-Sakti serta diwujudkan sebagai tiga dewi besreta pasangannya. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan Sakti dalam agama
Saiva sangat berbeda dengan kedudukan Sakti dalam agama Sakta. Menurut beberapa pendapat, cerita Devi-Mahatmya yang termuat dalam Markandeya
purana adalah cerita milik aliran Sakta. Sakti dalam cerita ini disebut sebagai Mahamaya, Devi, Yoganidra. Walaupun tidak ada sebutan sebagai Mahasakti.
Namun dari syair puji-pujian Stuti yang diucapkan oleh dewa-dewa, dapat kita ketahui bahwa Sakti-sakti dalam cerita ini adalah Mahasakti yang mempunyai
kedudukan lebih penting dari kedudukan dewa-dewa. Dalam Stuti puji-pujian untuk sang Devi Durga antara lain disebut sebagai :
1. Mahavidya, Mahadevi, Mahamedha medha : kekuatan , Mahasmrti Smrti : ingatan , Mahamoha Moha : mabuk , Mahasuru dan Parama-
Prakrti 2. Pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta
3. Devi Durga adalah paramavidya atau Vidya-Sakti yang dapat menuntun mereka yang ingin mencapai moksa
4. Devi Durga adalah pencipta, pemelihara, dan penghancur dunia 5. Tidak diketahui dan tidak di mengerti wujudnya, sekalipun oleh hari, hara
dan dewa-dewa lainnya Dewi sebagai Maha-Sakti memilki tiga wujud, pertama Para tertinggi,
utama, wujud ini tidak ada yang yang tahu karena bersifat rahasia dan tidak terjangkau oleh akal manusia dan dewa. Kedua wujud Sukma halus, lembut
yang berupa mantra, dan yang ketiga adalah Stula kasar atau wujud jasmani, khususnya diperuntukan bagi mereka yang masih belum mampu mewujudkan
atau membayangkan wujud pertama dan kedua. Untuk membela kepentingan dewa-dewa dan manusia, Mahasakti
memperlihatkan wujud Sthula-nya yang disebut Durga dan dikenal pula dengan nama-namanya antara lain : Candika, Candi, Ambika, Katyayani, Kausiki, dan
Siva. Proses munculnya wujud Sthula ini digambarkan dengan cerita kelahiran Devi Durga dari kumpulan cahaya panas yang keluar dari muka para dewa-dewa
termasuk Siva dan Visnu. Mengenai hal ini, keterangannya diperoleh dari Devi- Mahatmya yang berbunyi kurang lebih sebagai berikut :
demikain telah saya ceritakan , o raja, tentanr devi yang menginginkan kebaikan bagi tiga dunia, telah memperlihatkan diri, yang keluar dari
tubuh para dewa.
Jadi munculnya wujud Sthula ini digambarkan sebagai suatu proses kelahiran. Menurut beberapa kitab purana, Durga adalah wujud Sthula atau yang
disebut dengan istilah Rupa bentuk wujud dari salah satu aspek Sakti yakni
aspek Krodha atau Raudra dahsyat. Para Sakti ini dikatakan memiliki dua aspek yakni Saumya atau Santa tenang, dan aspek Krodha atau Raudra. Untuk
kepentingan pemujanya, kedua aspek Devi Para-Sakti, ini masing-masing menjelma menjadi dewi-dewi yang sangat banyak jumlahnya. Dewi-dewi yang
bersifat Saumya adalah Parvati Uma, Gauri, Siva, Kamesvari, Bhuvanesvari, dan lain sebagainya, sedangkan yang bersifat Krodha di antaranya adalah Durga,
Kali, Karali. Pengelompokkan dewi sebagai aspek Saumya dan Raudra, para-Sakti ini dapat dijumpai dalam kitab Vayu-Purana. Pengelompokkan para dewi, yang
sedikit berbeda dengan pengelompokkan di atas, dapat dijumpai dalam kitab Devi-Purana. Menurut kitab ini, para Sakti telah menjelma ke dalam enam puluh
dewi yang dikelompokkan menjadi kelompok Sattvika tenang, karena merupakan wujud dari Sattva-Guna, yang kemudian kelompok Rajasika hebat,
dahsyat, yang merupakan wujud Rajo-Guno dan kelompok Tamasika menakutkan, yang merupakan wujud Tamo-Guna.
Dewi-dewi yang termasuk kelompok Sattvika di antaranya adalah Uma, Parvati, Santi, Laksmi, Sri, Siva, dan Isvari, yang termasuk kelompok Rajasika
anatara lain adalah Devi Durga, Gauri, Ajita, Aprajita, Kausiki, Jayanti, Manasi dan yang termasuk kelompok Tamasika adalah Kali, Karali, Raudri, Kapali,
Ambika, dan lain sebagainya.
41
Tugas melindungi manusia dan dewa-dewa dari gangguan orang jahat dan ancaman musuh serta kesulitan-kesulitan yang dialami dalam hidup di lakukan
oleh aspek Krodha, para Sakti Devi khususnya dalam bentuk Durga. Tugas ini di lambangkan dengan pembinasaan kelompok Asura oleh Durga dan dewi-dewi
41
Bibek Debroy, Divapali Debroy, Purana, Surabaya, Paramitha, 2000, h. 54
yang bersifat Krodha lainnya. Sedemikian pentingnya tugas Durga dalam membasmi Asura ini sehingga dalam beberapa kitab Purana, Durga tidak hanya
merupakan aspek Krodha. Sebagai misal dapat dijumpai dalam kitab Devi-Bhagavata Purana, sebuah
Sakta-Purana, Durga disebut sebagai mula Prakrti yang bergerak dalam penciptaan alam, pemeliharaan dan penghancuran alam. Dalam ketiga
pekerjaannya ini, Devi Durga dikenal dengan Mahakali, Mahalaksmi, dam Mahasarasvati. Selanjutnya, dalam bentuknya sebagai Mahakali, para sakti Durga
telah membasmi Asura, Madhu, dan Kaitabha sebagai Mahalaksmi telah membasmi Mahisasura dan sebagai Mahasarasvati telah membunuh Sumbha dan
Nisumbha.
B. Tujuan Masyarakat Memuja Devi Durga Di Pura Dalem Purnajati