Ideologi Gender Kajian Tentang Gender

Menurut Riant Nugroho 2011: 29, kesetaraan gender dapat juga berarti adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan pertahanan dan keamananan nasional hankamnas serta kesamaan dalam menikmati pembangunan. Keadilan gender merupakan suatu proses dan perlakuan adil terhadap kaum laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan, baik terhadap laki-laki maupuan perempuan. Dengan kata lain kesetaran gender dapat dikatakan sebagai persamaan hak dan derajat bagi kaum perempuan. Kesetaraan gender merupakan posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam aktifitas kehidupan baik keluarga, masyarakat, dan bernegara. Keadilan gender merupakan proses menuju setara, selaras, seimbang, serasi, dan tanpa diskriminasi Ch, 2003: 4-6. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan menurut perspektif Islam adalah kesetaraan dalam hal-hal yang mutlak. Sedangkan hal-hal yang bersifat relatif akibat perbedaan keduanya dalam beberapa pengecualian adalah bertujuan untuk menyempurnakan keduanya dalam merealisasikan kekhalifahan, dan menjadi standar ukuran dari kesetaraan, kepercayaan, dan tanggung jawab yang dipikul keduanya dalam hubungan keimanan dan kekerabatan teologi Sa ’dawi, 2002: 132. Prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam al-Qur ’an, antara lain; mempersamakan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba ‘abd Allah dan sebagai wakil Allah di bumi khalifah Allah fi al-ardh Mubarak, 2006: 51. Kesetaraan dan keadilan gender merupakan kondisi dimana porsi siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, seimbang, dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud jika terdapat perlakuan adil antara laki-laki dan perempuan. Persoalan kesetaraan gender yang paling mendasar adalah bahwa belum semua perempuan memiliki atribut-atribut sosial yang mendukung pemberdayaan dalam meraih kesetaraan berperan. Upaya yang paling tepat dilakukan untuk mensosialisasikan kesetaraan gender salah satunya adalah perencanaan pembangunan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan perbedaan peran gender dan ketergantungan antara laki-laki dan perempuan sebagai suatu hal yang dapat diubah dan akan mengalami perubahan sesuai dengan kondisi sosial-budaya masyarakat yang bersangkutan. Saat ini wacana publik mengenai kesetaran gender sudah meluas diberbagai sudut kehidupan. Kesadaran akan kesetaraan gender sedang diperjuangkan oleh kaum feminis untuk menjadi kontrol bagi kehidupan sosial, sejauh mana prinsip keadilan, penghargaan manusia, dan perlakuan sama antara laki-laki dan perempuan baik di lingkup keluarga, masyarakat, organisasi, politik, hukum, pendidikan, pemerintahan, dan sebagainya. Keadilan gender juga dapat diperjuangkan melalui transformasi sosial. Transformasi sosial merupakan proses penciptaan hubungan fundamental baru dan lebih baik. Hubungan fundamental yang lebih baik disini adalah struktur ekonomi, hubungan budaya, struktur politik dimana saling mendominasi perempuan menuju struktur yang membebaskan. Dalam konsep kesetaraan gender di sini, perempuan diberi hak dan kewajiban yang sama guna mengembangkan kualitas diri. C. Teori Struktural Fungsional Fungsionalisme struktural adalah salah satu paham atau perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain . Pemikiran teori ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, dapat diartikan bahwa teori ini adalah semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.

1. Struktural Fungsional Talcott Parsons

Menurut Parsons, terdapat 4 fungsi penting yang diperlukan oleh semua sistem, yang dikenal dengan skema “AGIL” Adaptation, Goal attainment, Integration, Latency. Agar tetap bertahan, suatu sistem memerlukan empat fungsi ini: a. Adaptation Adaptasi: suatu sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. b. Goal attainment Pencapaian Tujuan: sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. c. Integration Integrasi: sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem