Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional atau keibuan.
Sementara laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan.
Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara ada juga perempuan yang kuat, perkasa, tegas, dan rasional.
Perubahan ciri dan sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu kewaktu dan dari tempat ke tempat yang lain.
Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari
suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang dikenal dengan konsep gender Fakih, 2013: 9. Gender tidak sekadar merujuk pada perbedaan
biologis semata, tetapi juga perbedaan perilaku, sifat, dan ciri-ciri khas yang dimiliki laki-laki atau perempuan. Lebih jauh, istilah gender
menunjuk pada peranan dan hubungan antara laki-laki dan perempuan Fayumi, 2001: 57.
Gender adalah seperangkat peran yang, seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah
feminin atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini – yang
mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab, keluarga dan
sebagainya – secara bersama-sama memoles “peran gender” kita
Mosse. 2007: 3. Gender tidak akan dapat dipahami secara sederhana hanya dengan membedakan kategori sex, yaitu laki-laki atau wanita.
Gender adalah persoalan nonkodrati, menyangkut pembedaan tugas, fungsi, dan peran yang diberikan oleh masyarakatbudaya
terhadap laki-laki dan perempuan, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial Umar, 2002: 167. Biasanya, gender dipergunakan
untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat untuk laki- laki dan perempuan sehingga sebenarnya gender merupakan
interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan jenis kelamin, bukan alami dan bukan takdir Tuhan.
Gender merupakan hasil dari suatu konstruksi, baik itu konstruksi sosial maupun konstruksi budaya. Konstruksi sosial dan budaya ini
memegang peranan penting atas subordinasi perempuan sehingga memunculkan suatu realitas sosial dimana kaum laki-laki menguasai
dan mendominasi kehidupan, dan perempuan menjadi subordinat dari laki-laki dimana perempuan menjadi objek untuk dimanipulasi untuk
kepentingan laki-laki. Gender sebagai istilah yang dianggap baru pada prinsipnya adalah proses membahasakan atau memberi simbol
terhadap perilaku dan fenomena yang sesungguhnya telah lama ada dan berlaku dalam kehidupan manusia Rasyidah, 2008: 9.