74 se-Kecamatan Banguntapan masuk dalam kategori baik dengan skor 75,
sedangkan kondisi media yang buruk 25. f.
Alat Permainan Edukatif APE luar dan dalam terdapat delapan sub indikator diantaranya bola dunia, ayunan, perosotan, jungkat-jungkkit, tangga
majemuk, tangga lengkung, papan titian, balok kayu, puzzle, leggo, menara pelangi, papan pasak. Dari hasil observasi diketahui bahwa kondisi Alat
Permaian Edukaif APE luar dan dalam yang ada di TK se-Kecamatan Banguntapan masuk dalam kategori sangat baik dengan skor 85.4,
sedangkan APE luar dan dalam yang kondisinya buruk 14.6. g.
Sarana sudut terdapat enam sub indikator diantaranya sudut keluarga, sudut alam sekitar dan pengetahuan, sudut pembangunan, sudut kebudayaan, sudut
keagamaan. Dari hasil observasi diketahui bahwa kondisi sarana sudut yang ada di TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A masuk dalam
kategori sangat baik dengan skor 91.7, sedangkan kondisi sarana sudut yang buruk 8.3.
Dari gambar 5 diketahui persentase tertinggi yaitu kondisi sarana sudut yaitu 91.67 sangat baik. Sedangkan persentase terendah adalah kondisi sarana
dan prasarana dengan persentase terendah yaitu kondisi ruangan dan media dengan skor 75 baik.
C. Pembahasan
1. Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan di TK se-Kecamatan
Banguntapan
Data dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran angket yang dibagikan kepada dua puluh empat TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A.
75 Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan angket tertutup berupa
daftar cocok checklist untuk memudahkan pengambilan data. Pengumpulan data menggunakan angket dirasa kurang sehingga perlu didukung dengan adanya
observasi atau pengamatan langsung kelapangan dan didukung dengan dokumentasi serta share dengan Kepala TK supaya data yang diperoleh dapat
lebih maksimal.
Supaya lebih mudah dipahami, penyajian data hasil penelitian tentang ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di TK se-Kecamatan Banguntapan
yang berakreditasi A ini akan diuraikan mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana dilihat dari Standar Sarana dan Prasarana PAUD, ketersediaan sarana
dan prasarana pendidikan dilihat dari segi edukatif, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dilihat dari segi teknik, ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan dilihat dari segi estetika. Brikut ini penjambaran dari hasil penelitian
yang didapatkan di lapangan: a
Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Sesuai Standar Sarana dan Prasarana PAUD
Permendikbud No 137 Tahun 2014 menyebutkan bahwa persyaratan sarana dan prasarana TK memiliki luas lahan minimal 300 m
2
, memiliki ruang kegiatan
anak yang aman dan sehat dengan fasilitas cuci tangan, memiliki ruang guru, ruang kepala, UKS, jamban, ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan anak,
memiliki APE, fasilitas bermain di dalam maupun di luar, memiliki tempat sampah pilah. Menggacu pada peraturan tersebut ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan di TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapatkan kategori sangat lengkap artinya ketersediaan sarana dan prasarana
76 yang ada di sebagian besar TK sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah. Sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap menjadi salah satu
komponen yang penting untuk memperlancar proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran bisa berjalan lancar maka tujuan pendidikan akan mudah tercapai,
anak-anak akan mudah mendapatkan prestasi-prestasi yang membanggakan. Sebagian besar TK se-Kecamatan Banguntapan memiliki banyak prestasi yang
membanggakan, terbukti dari banyaknya piala penghargaan yang dimiliki TK contohnya kejuaraan drum band, kejuaraan lomba menyanyi, kejuaran lomba
menari. Hal tersebut menjadi salah satu cerminan bahwa sebagian besar TK se- Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A memang memiliki sarana dan
prasarna pendidikan untuk menunjang prestasi anak. Untuk mencapai sebuah keberhasilan pembelajaran tentu tidak terlepas dari dukunga pihak sekolah yang
senantiasa memberi pembelajaran yang berkualitas dan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap. Dengan tersedianya sarana dan prasarana
pendidikan yang lengkap di 24 TK se-Kecamatan Banguntapan memang layak menyandang akreditasi A. Namun, berdasarkan hasil analisis ditemukan TK yang
ketersediaan sarana dan prasarananya belum sesuai dengan Standar Sarana dan Prasarana PAUD.
TK yang sarana dan prasarana pendidikan belum sesuai dengan standar adalah TK Pertiwi 27. Pada penelitian ini ditetapkan 37 indikator yang
menentukan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan standar. Namun, TK ini hanya memenuhi 17 indikator yang telah ditentukan, diantarnya
77 sebagi berikut:
ruang kelas, ruang kepala, ruang guru, UKS, jamban, meja dan kursi anak, meja dan kursi guru, papan tulis dan seperangkat tulis, almari obat, tempat cuci
tangan, gambar urutan wudhu dan tata cara shalat, bola dunia, ayunan, perosotan, tangga majemuk, tangga lengkung, papan titian.
Sarana dan prasarana yang belum sesuai dengan standar dapat mengakibatkan kegiatan pembelajaran tidak lancar dan
dapat menurunkan prestasi anak-anak didiknya. Pada saat observasi terlihat anak- anak di TK ini kurang memperhatikan materi yang diberikan guru. Kurang
tertariknya anak untuk memperhatikan materi karena guru menjelaskan materi pelajaran tidak menggunakan alat peraga contohnya pada saat guru hanya
menerangkan nama-nama tumbuhan hanya melalui lesan saja, hal ini tentu membuat anak menjadi kurang tertarik memperhatikan materi yang diberikan.
Kita ketahui bahwa usia anak-anak TK yang cenderung tertarik dengan materi pelajaran yang ada contoh kongkritnya.
Untuk lebih detailnya, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A, akan dijelaskan
lebih detail dibawah ini:
1 Lahan
Mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Permendiknas Tahun 2009 dan Permendikbud Tahun 2014 yang menerangkan
bahwa persyaratan mendirikan TKRABA dan sejenisnya sebaiknya memiliki luas lahan minimal 300 m². Luas lahan tersebut untuk mendirikan bangunan dan
halaman untuk bermain anak. Dari hasil analisi luas lahan di TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya
78 sebagian besar TK memiliki luas lahan minimal 300 m². Namun, dari dua puluh
empat responden ditemukan empat TK yang memiliki luas lahan kurang dari 300 m². TK yang belum memenuhi standar tersebut adalah TK ABA Karangbendo,
TK ABA Karangturi, TK ABA Ketandan dan TK Pertiwi 21. Melalui wawancara singkat rata-rata Kepala TK mengatakan bahwa lahan untuk mendirikan TK sudah
disediakan oleh Yayasan, sehingga Kepala beserta warga TK hanya perlu menempati dan melakukan kegiatan pendidikan.
Luas lahan yang kurang dari 300 m² dapat mengakibatkan kurang maksimalnya dalam mendirikan ruangan yang relevan dengan kebutuhan
pembelajaran di TK. Akan tetapi, luas lahan yang kurang dari 300 m² tetap dapat didirikan ruangan-ruangan yang relevan bagi kelancaran proses pembelajaran
walaupun tidak semaksimal pada TK yang memiliki luas lahan 300 m² atau lebih. Dampak lain yang muncul adalah kurangnya ruang gerak anak pada area luar
kelas. Hal tersebut disebabkan karena lahan yang disediakan untuk area bermain di luar kelas sebagian besar sudah dipenuhi oleh alat permainan, sehingga terjadi
ketidak seimbangan antara area bermaian di luar ruangan dengan jumlah anak.
2 Ruang
Permendikbud No 137 Tahun 2014 menyatakan bahwa TK memiliki ruangan kegiatan anak yang aman dan sehat dengan rasio minimal 3 m² per-anak
dan tersedia fasilitas cuci tangan dengan air bersih memiliki ruang guru, ruang kepala, ruang tempat UKS Usaha Kesehatan Sekolah dengan kelengkapan P3K
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, jamban dengan air bersih yang mudah dijangkau oleh anak dengan pengawasan guru, dan ruangan lainya yang relevan
79 dengan kegiatan anak. Namun ukuran ruang kelas tidak harus sesuai dengan
standar yang ada karena kondisi lahan TK yang tidak bisa dipaksakan. Mengacu pada peraturan tersebut ketersediaan ruang yang dimiliki TK se-Kecamatan
Banguntapan yang berakreditasi A dikategorikan sangat lengkap artinya sebagian besar ruang yang dimiliki masing-masing TK sudah sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil analisi, diketahui bahwa dari dua puluh empat responden
seluruhnya menjawab memiliki ruang kelas. Dari dua puluh empat responden sebagian besar belum memiliki ruang kelas dengan fasilitas untuk mencuci
tangan, namun ditemukan tiga TK yang memiliki ruang kelas dengan fasilitas cuci tangan. TK yang sudah memiliki kelas dengan fasilitas cuci tangan adalah TK
ABA Gedong Kuning, TK ABA Tegalsari dan TK IT Salsabila- Al- Muthi’in,
sisanya masih menggunakan ruang kelas yang belum ada fasilitas untuk cuci tangan. Kepala TK mengatakan bahwa untuk memiliki fasilitas cuci tangan di
dalam kelas membutuhkan dana yang banyak. Maka dari itu ruang kelas tidak harus tersedia fasilitas cuci tangan, mengingat kondisi setiap TK yang berbeda-
beda. Untuk mengatasi hal tersebut pihak TK menyediakan tempat cuci tangan di luar ruang kelas.
Keberadaan ruang Kepala TK yang mengacu pada standar yang digunakan dalam penelitian ini, TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A telah
memenuhi standar tentang keberadaan ruang kepala TK. Dari dua puluh empat responden seluruhnya menjawab memiliki ruang kepala TK. Secara rata-rata TK
se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A telah memenuhi standar sesuai
80 dengan Permendikbud No 137 Tahun 2014 tentang keberadaan ruang Kepala.
Ruang Kepala menjadi salah satu ruangan yang perlu dimiliki olah TK karena Kepala TK membutuhkan ruang khusus untuk menyelesaikan pekerjaan dan
tugasnya sebagai Kepala TK serta menyimpan file-file yang penting. Keberadaan ruang guru mengacu pada standar yang digunakan pada
penelitian ini, TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A sebagian besar telah memiliki ruang guru. Namun, dari 24 responden ditemukan lima
responden yang menjawab tidak memiliki ruang guru. TK yang tidak memiliki ruang guru adalah TK ABA Tegalsari, TK Pertiwi 21, TK PKK Wiyoro, TK IT
Salsabila- Al- Muthi’in dan TK Qurrota A’Yun. TK yang tidak memiliki ruang
guru memanfaatkan ruang kelas sebagai ruang guru. Penyamaan fungsi ruang kelas yang sekaligus dijadikan ruang guru menjadi salah satu alternatif untuk
perluasan ruang bermain terbuka bagi anak dan peningkatan ruang-ruang lain yang relevan dengan kebutuhan anak. Secara rata-rata TK se-Kecamatan
Banguntapan yang berakreditasi A telah memenuhi standar pemerintah. Mengacu pada Permendikbud tahun 2014 menyatakan bahwa syarat
mendirikan TKRABA memiliki ruang tempat UKS dengan kelengkapan P3K Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Keberadaan ruang UKS dan
perlengkapan P3K sangat diperlukan di TK untuk tindakan pertolongan pertama kepada anak-anak yang mengalami cidera pada saat bermain. Oleh sebab itu, UKS
menjadi salah satu ruang yang sebaiknya dimiliki oleh TK. Dari 24 responden menjawab memiliki tempat UKS. Namun, berdasarkan observasi dilapangan
ditemukan beberapa TK diantaranya TK ABA Metosanan, TK ABA Ketandan,
81 TK ABA Pertiwi 25 yang menjadikan UKS sebagai tempat menyimpan barang
sementara dan belum memanfaatkan UKS sebagai tempat pertolongan pertama. Bisa dikatakan bahwa keberadaan UKS hanya sebagai formalitas saja.
Keberadaan ruang UKS sangatlah penting untuk pertolongan pertama terhadap anak yang sakit pada saat kegiatan belajar mengajar.
Mengacu pada Permendikbud tahun 2014 menyatakan bahwa TK harus memiliki jamban dengan air bersih yang mudah dijangkau oleh anak dengan
pengawasan guru. Mengacu pada standar yang digunakan pada penelitian ini, TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A seluruhnya memiliki jamban.
Dari dua puluh empat responden menjawab memiliki jamban dengan air bersih. Namun berdasarkan hasil observasi, ditemukan beberapa TK yang kondisi jamban
licin dan airnya kurang bersih. TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 27. Jamban yang licin tentu dapat mengakibatkan pengguna terpeleset dan air kotor tentu
dapat mengganggu kesehatan anak.
3 Perabot Kelas
Acuan yang digunakan dalam meneliti perabot adalah Permendiknas tahun 2009 dan Permendikbud tahun 2014. Perabot yang ada di TK jumlah dan
macamnya cukup banyak, maka di dalam penelitian ini difokuskan pada perabot yang ada di dalam dan sekitar area kelas saja. Perabot yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah meja dan kursi anak, meja dan kursi guru, papan tulis beserta perlengkapannya, almari, almari obat, rak sepatu, papan absen, karpet, kipas
angin, loker dan tempat sampah pilah. Sedangkan acuan yang digunakan untuk meneliti keberadaan tempat sampah pilah berdasarkan Permendikbud No 137
82 Tahun 2014 menerangkan bahwa TK memiliki tempat sampah yang tertutup dan
tidak tercemar, dikelola setiap hari. Dari hasil analisi perabot yang dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan
yang berakreditasi A masuk dalam kategori sangat lengkap maksudnya perabot kelas yang dimiliki sebagian TK di masing-masing ruang sudah sesuai dengan
standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut didukung dengan observasi, bahwa perabot kelas yang dimiliki sebagian besar TK lengkap dan
sudah memenuhi kebutuhan pembelajaran di dalam kelas. Perabot kelas yang dimiliki sebagian besar TK seperti meja dan kursi anak, meja dan kursi guru,
papan tulis beserta perlengkapannya, almari, almari obat, rak sepatu, papan absen, karpet, kipas angin, loker dan tempat sampah pilah. Ketersediaan perabot kelas
yang lengkap tentu dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Namun, berdasarkan hasil observasi ditemukan satu TK yang memiliki perabot
kelas belum sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 27.
TK Pertiwi 27 memiliki tiga ruang kelas yang masing-masing memiliki perabot kelas. Namun, perabot di masing-masing kelas ketersediaanya paling
sedikit dibandingkan dengan TK yang lain. Untuk menetukan ketersediaan sarana dan pasarana sudah sesuai standar yang ditetakan, penelitian ini menentukan dua
belas indikator sebagai penentu sarana dan prasarana pendidikan sudah sesuai dengan standar. Dari dua belas perabot kelas TK ini hanya memenuhi lima
perabot kelas diantaranya meja dan kursi anak, meja dan kursi guru, papan tulis beserta perlengkapannya, almari obat, dan tempat sampah pilah. Kurang
83 lengkapnya perabot kelas tentu dapat mengganggu kelancaran proses belajar
mengajar. Apabila proses belajar mengajar terganggu akan berdampak pada prestasi siswa menurun.
4 Alat Peraga
Acuan dalam penelitian ini berdasarkan pada standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Permendiknas tahun 2009 dan Permendikbud tahun 2014.
Alat peraga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah miniatur tempat ibadah dan miniatur hewan, boneka tangan, gambar urutan wudhu, dan tata cara shalat.
Pada penelitian ini, ditetapkan suatu indikator untuk menentukan tingkat ketersediaan alat peraga yang dimiliki oleh TK se-Kecamatan Banguntapan yang
berakreditasi A. Indikator yang dimaksud yaitu setiap TK minimal memiliki tiga jenis alat peraga. Dari hasil analisis pada angket yang dibagikan kepada Kepala
TK alat peraga masuk dalam kategori sangat lengkap artinya alat peraga yang dimiliki sebagian besar TK pada masing-masing kelas sudah sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut didukung dengan hasil observasi bahwa memang benar sebagian besar TK alat peraganya sudah lengkap.
Alat peraga yang ada di masing-masing TK dimanfaatkan dengan maksimal untuk mendukung pembelajaran. Pada saat observasi terlihat guru memanfaatkan alat
peraga untuk memperagakan materi pelajaran seperti guru menerangkan urutan wudhu dengan gambar urutan wudhu, anak-anakpun antusias memperhatikan
penjelasan dari guru. Dengan adanya alat peraga yang lengkap diharapkan dapat menarik perhatian anak untuk lebih fokus dalam memeprhatikan materi yang
diberikan oleh guru.
84 Namun, dari hasil analisis ditemukan satu TK yang memiliki alat peraga
belum lengkap, yaitu pada TK Pertiwi 27. TK ini memiliki tiga ruang kelas di masing-masing ruang kelas TK ini paling sedikit memiliki alat peraga
dibandingkan dengan TK lain. Alat Praga yang dimiliki TK ini adalah gambar urutan wudhu dan tata cara shalat. Sedangkan yang belum dimiliki adalah
miniatur tempat ibadah dan hewan serta boneka tangan. Pada saat observasi, terlihat anak-anak asik bermain dan bercanda dengan temannya ketika guru
sedang memberi penjelasan tentang nama-nama hewan. Kurang fokusnya anak terhadap materi yang diberikan guru karena guru menerangkan tidak
menggunakan alat peraga sebagai media untuk menjelaskan hewan-hewan yang ada disekitar kita. Alat peraga yang kurang lengkap tentu dapat mengakibatkan
anak kurang tertarik untuk memperhatikan pelajaran. Guru sebaiknya meperbaiki cara penyampaian materi terhadap anak mengingat umur anak TK yang masih
senang bermain sambil belajar yang masih butuh rangsangan materi benda-benda yang kongkrit.
5 Media Pembelajaran
Mengacu pada Permendiknas tahun 2009 dan Permendikbud tahun 2014 dalam peraturan ini tidak disebutkan bahwa media pembelajaran menjadi salah
satu sarana yang sebaiknya terdapat pada TK. Slamet Suyanto 2005: 38 mengungkapkan
media yang dimaksud adalah televisi, tape recorder, komputer, VCDDVD player, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, media yang dijadikan
indikator untuk menentukan ketersediaan media pembelajaran yaitu komputer dan tipe recorder. Dari hasil analisis media pembelajaran yang dimiliki TK se-
85 Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori lengkap yang
artinya sebagian besar TK sudah memiliki komputer dan tipe recorder sebagai media pembelajaran. Didukung dengan observasi terlihat media yang dimiliki TK
dimanfaatkan dengan maksimal oleh para guru untuk menyampaikan materi. Media pembelajaran yang lengkap dapat memudahkan anak untuk memahami
suatu materi pelajaran. Namun, ketersediaan komputer di TK sebagain besar digunakan oleh kepala TK atau guru untuk keperluan administratif seperti
membuat surat dan menyimpan file-file yang penting, sedangkan anak-anak hanya menggunakan tipe recorder sebagai media pemebelajaran.
Dari hasil observasi, ditemukan satu TK yang belum memiliki media pembelajaran, yaitu TK Pertiwi 27 yang belum memiliki komputer dan tape
recorder. Untuk urusan administratif seperti pembuatan surat TK ini menggunakan laptop milik salah satu guru. Pembelajaran di TK memiliki
orientasi informal sehingga media pembelajaran diarahkan pada alat-alat perantara dalam pelajaran. Apabila alat perantara tidak dimiliki tentu saja kegiatan
pembelajaran yang ada di TK ini menjadi terganggu. Akibatnya anak kurang bisa memahami materi yang diberikan guru sehingga prestasi anak menjadi menurun.
6 Alat Permainan Edukatif APE Luar dan Dalam
Mengacu pada Permendikbud tahun 2014 menyatakan syarat sarana TK memiliki alat permainan edukatif yang aman dan sehat bagi anak yang sesuai
dengan SNI. Alat Permainan Edukatif APE luar dan dalam yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi bola dunia, ayunan, perosotan, jungkat-jungkit,
tangga majemuk, tangga lengkung, papan titian, balok kayu, puzzle, leggo, menara
86 pelangi, papan pasak. Untuk menentukan tingkat ketersediaan Alat Permainan
Edukatif APE luar dan dalam yang dimiliki oleh TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A ditetapkan suatu indikator guna menentukan tingkat
ketersediaannya, yaitu setiap TK minimal memiliki 8 jenis APE luar dan dalam. Berdasarkan hasil analisis APE luar dan dalam mendapat kategori sangat
lengkap artinya sebagian besar TK sudah memiliki APE luar dan dalam seperti bola dunia, ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, tangga majemuk, tangga
lengkung, papan titian, balok kayu, puzzle, leggo, menara pelangi, papan pasak sesuai dengan standar pemerintah. Perolehan kategori tersebut didukung dengan
observasi bahwa APE luar dan dalam yang dimiliki sebagian besar TK se- Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A sudah memenuhi kriteria, serta
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan minat masing-masing anak. Ketersediaan APE luar dan dalam yang lengkap dapat mendukung anak untuk lebih
bereksplorasi, aktif dan kreatif. Dari data yang diperoleh, ditemukan dua TK yang memiliki Alat
Permainan Edukatif APE luar dan dalam belum memenuhi standar. TK tersebut adalah TK Pertiwi 27 dan TK IT Salsabila Al-
Muthi’in. Alat Permainan Edukatif APE Luar dan Dalam yang dimiliki TK Pertiwi 27 tersebut adalah bola dunia,
ayunan, perosotan, tangga majemuk, dan tangga lengkung. Sedangkan yang dimiliki TK IT Salsabila Al-
Muthi’in adalah bola dunia, ayunan, prosotan, jungkat-jungkit, balok kayu, puzzle, leggo, menara pelangi, papan pasak. Kita
ketahui bahwa umur anak TK yang masih butuh rangsangan bermain sambil belajar membutuhkan permainan edukatif yang lengkap. Jika APE luar dan dalam
87 kurang lengkap tentu dapat mengakibatkan anak kurang aktif dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki.
7 Sarana Sudut
Acuan pada penelitian ini adalah Permendiknas tahun 2009 dan Permendikbud tahun 2014. Berdasarkan acuan tersebut ketersediaan sarana sudut
yang dimiliki di TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap yang artinya sebagian besar TK memiliki sarana sudut
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Perolehan tersebut didukung juga dengan observasi. Dari hasil observasi terlihat sebagian besar TK
model pembelajaranya sudah menggunakan saran sudut. Sarana sudut yang dimiliki sebagian besar TK diantaranya sudut keluarga, sudut alam sekitar dan
pengetahuan, sudut pembangunan, sudut keagamaan. Menurut Mulyasa 2012: 149 pembelajaran berbasis sudut dirancang untuk menetukan kebutuhan-
kebutuhan spesifik anak serta menghormati keberagaman budaya dan menekankan pada pengalaman mereka, adanya pilihan dan pusat kegiatan belajar,
dan adanya keterlibatan keluarga dalam pembelajaran. Maka dari itu sarana sudut menjadi komponen yang penting untuk menjadi bagian dari penyelenggaraan
proses pembelajaran di TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A. Namun dari hasil observasi terhadap 24 responden, terdapat tiga TK yang
model pembelajarannya sudah berbasis sentar. Menurut Mulyasa 2012: 155 Pembelajaran berbasis sentra adalah model pembelajaran yang dilakukan di dalam
“lingkaran” circle times dan sentra bermain. Sentra bermain terdiri dari bahan alam dan sains, balok, seni, bermain peran, persiapan, agama, musik. TK yang
88 sudah menggunakan sentra adalah TK Aisyiysah Pembina Banguntapan, TK ABA
Tegalsari, TK IT Salsabila Al- Muthi’in. Penggunaan model pembelajaran berbasis
sentra menjadi salah satu tolak ukur TK yang memiliki fasilitas lengkap. Model berbasis sentar ini menggunakan ruangan khusus untuk meletakan peralatan
pembelajaran. Namun, ditemukan juga satu TK yang tidak menggunakan sarana sudut
maupun sentra. TK yang tidak menggunakan sarana sudut dan sarana sentara adalah TK Pertiwi 27. Penyebab TK Pertiwi 27 tidak menggunakan sarana sudut
karena kurangnya dana untuk memenuhi perlengkapan yang diletakkan pada sarana sudut. Tidak adanya sarana sudut di TK ini mengakibatkan kurang
optimalnya kegiatan pembelajaran di TK ini. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di TK se-Kecamatan
Banguntapan yang berakreditasi A yang sudah dijelaskan di atas diperkuat dengan adanya dokumen-dokumen yang mendukung tentang ketersediaan sarana dan
prasarana. Dokumen yang memperkuat hasil analisis antara lain buku inventaris sarana dan prasarana, buku inventaris ruang, akta kepemilikan tanah atau gedung,
inventaris UKS. Dengan adanya kelengkapan dokumen tersebut menandakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang ada di TK se-Kecamatan
Banguntapan yang berakreditasi A memang benar-benar tersedia. Setelah ketersediaan sarana dan prasarana dilihat berdasarkan Standar
Sarana dan Prasarana PAUD selanjutnya pembahasan terkait ketersediaan sarana dan prasarana dilihat dari segi edukatif, segi teknik dan segi estetika akan
dijelaskan dibawah ini:
89
b Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dilihat dari Segi
Edukatif
Kriteria tentang detail sarana dan prasarana pendidikan yang memenuhi segi edukatif memang tidak dijelaskan secara detail pada Pengelolaan TK yang
keluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 dan Permendikbud tahun 2014. Namun Depdiknas Tahun 2006 menyatakan sarana dan prasarana
pendidikan harus memenuhi persyaratan khusus diantaranya sarana dan prasarana mencukupi kebutuhan pembelajaran, sesuai kemampuan pemakai, mendorong
aktivitas dan kreatifitas, letaknya mudah dijangkau. Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah
sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Berdasarkan acuan tersebut ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dilihat dari segi edukatif di TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya bahwa sebagain besar sarana dan prasarana yang dimiliki sudah
mencukupi kebutuhan pembelajaran, sesuai kemampuan pemakai, mendorong aktivitas dan kreatifitas, letaknya mudah dijangkau oleh anak dan guru.
Anak merupakan pelaku kegiatan yang aktif, pada usia anak TK anak berada pada masa keemasan dimana otak anak begitu cepat menyerap berbagai
informasi. Pada masa ini anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan memiliki ide yang bervariasi. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memenuhi
segi edukaif diharapkan dapat membantu anak dalam memenuhi rasa ingin tahu dan mewujudkan ide-ide anak, sehinggan akan terjadi proses pendidikan yang
berjalan efektif dan efisien.
90 Namun dari hasil analisis ditemukan satu TK yang mendapatkan skor
rendah dibandingkan dengan TK lainnya. TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 27. TK tersebut mendapat skor rendah karena banyak sarana dan prasarana
pendidikan yang belum sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jumlah ketersediaan sarana dan prasarana yang memenuhi segi
edukatif paling sedikit dibandingkan dengan TK lainya. Ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memenuhi segi edukatif dapat mengganggu efektifitas
proses pembelajaran di TK ini. Jika proses pembelajaran terganggu makan akan berdampak juga pada tumbuh kembang dan prestasi siswa.
1 Lahan
Depdiknas Tahun 2006 menyatakan sarana dan prasarana pendidikan sebaiknya mencukupi kebutuhan pembelajaran, sesuai kemampuan pemakai,
mendorong aktivitas dan kreatifitas, letaknya mudah dijangkau. Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK
adalah sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Mengacu pada standar tersebut ditetapkan indikator segi edukatif terhadap lahan yaitu indikator lahan yang
memenuhi segi edukatif diantaranya a cukup untuk mendirikan ruangan yang relevan mendukung pembelajaran, b letaknya strategis c tersedia alat
permaianan edukatif di luar ruang, d letaknya strategis. Berdasarkan hasil analisis lahan yang dimiliki sebagian besar TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya lahan yang dimiliki sebagian besar TK sesuai dengan keempat indikator
yang sudah ditentukan sebelumnya diantaranya lahan yang digunakan mencukupi
91 kebutuhan untuk mendirikan ruang-ruang yang relevan untuk mendukung
kelancaran proses pembelajaran, lahan letaknya berada di pemukiman warga supaya menumbuhkan kesadaran warga akan pentingnya pendidikan di TK,
tersedia tempat bermain di luar ruangan untuk merangsang motorik kasar anak, letaknya mudah dijangkau supaya warga setempat mudah menyekolahkan anak-
anak mereka. Keadaan lahan yang memenuhi segi edukatif mampu mendukung proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Otomatis akan mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Tidak hanya itu, anak juga memiliki kesempatan untuk
berekspresi dan bebas melakukan kegiatan yang mereka inginkan, seperti bermain, bersosialisai dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Namun ditemukan dua TK yang belum memenuhi keempat indikator dari segi edukatif. Kedua TK tersebut hanya memenuhi tiga sub indikator dari empat
sub indikator segi edukatif yang sudah ditetapkan. TK yang dimaksud adalah TK ‘Aisyiyah Bodon dan TK Pertiwi 28. Berdasarkan hasil analisis TK ‘Aisyiyah
Bodon letak lahanya tidak mudah dijangkau, untuk mengakses TK ini harus memasuki gang-gang sempit terlebih dahulu. Hal ini tentu saja dapat membuat
warga kesulitan mencari alamat TK tersebut jika ingin menyekolahkan anaknya di TK ini. Sedangkan TK Pertiwi 28 letaknya yang berada lumayan jauh dari
pemukiman warga. Hal ini dapat mengakibatkan TK tersebut kekurangan anak didik, karena letaknya yang jauh dari pemukiman warga yaitu berada di pertigaan
yang berada di sekitar sawah.
92
2 Ruang
Berdasarkan Depdiknas Tahun 2006 adalah sarana dan prasarana pendidikan mencukupi kebutuhan pembelajaran, sesuai kemampuan pemakai,
mendorong aktivitas dan kreatifitas, letaknya mudah dijangkau. Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK
adalah sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Mengacu pada standar tersebut ditetapkan suatu indikator segi edukatif terhadap ruang yaitu dengan indikator
diantaranya a cukup untuk kegiatan KBM, b mudah dimasuki anak atau guru c leluasa untuk bergerak, d mudah dijangkau anak atau guru. Ruang yang
dianalisis berdasarkan indikator segi edukatif adalah ruang kelas, ruang kelas yang ada fasilitas cuci tangan, ruang kepala, ruang guru, UKS, dan jamban dengan
air bersih Berdasarkan hasil analisis dari segi edukatif ruang yang dimiliki sebagian
besar TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A sudah lengkap yang artinya sebagian besar ruang yang dimiliki masing-masing TK cukup untuk
kegiatan belajar mengajar, ruang mudah dimasuki oleh anak atau guru, ruang mudah dijangkau anak atau guru, ruang yang digunakan leluasa untuk bergerak.
Ketersediaan ruang sesuai dengan segi edukatif tentu dapat memperlancar proses kegiatan belajar mengajar, anak dan guru leluasa untuk melakukan
kegiatan, tidak hanya itu proses pembelajaran yang ada di TK akan berjalan secara efektif dan efisien. Ruang merupakan tempat yang hampir setiap hari digunakan
untuk proses KBM. Oleh sebab itu, perlu adanya penataan ruang yang sesui kebutuhan pembelajaran untuk menciptakan suasana yang nyaman.
93 Namun berdasarkan hasil observasi, terdapat dua TK yang ruangannya
memiliki skor rendah karena belum memenuhi keempat indikator segi edukatif. TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 21 dan TK Qurrota A’Yun. Berdasarkan
analisis TK Pertiwi 21 memiliki ruang kepala, dan UKS yang sempit ditambah lagi dengan banyaknya barang-barang yang ada di ruangan tersebut sehingga
megakibatkan tidak leluasa untuk bergerak. Untuk mengatasi permasalahan tersebut bisa dilakukan dengan menata ulang ruangan dan memindahkan barang-
barang yang sekiranya tidak bermanfaat ke dalam gudang. Sedangkan jamban yang ada di TK ini terlalu sempit dan letaknya sulit dijangkau oleh anak serta sulit
untuk dipantau oleh guru, karena letak jamban tersebut berada di belakang ruang kelas yang bersebelahan dengan dapur sehinga mengakibatkan anak kesulitan jika
ingin ke jamban. Berdasarkan analisis TK Qurrota A’Yun mendapat skor rendah karena
ruang Kepala sempit, penataan meja dan kursi tidak tepat, ditambah lagi ada beberapa barang seperti meja-meja kecil tidak terpakai yang mengakibatkan ruang
Kepala tidak leluasa untuk bergerak. Hal tersebut dapat disiasati dengan menata ulang ruangan dan mengeluarkan barang-barang yang tidak dipakai. Selain itu
keadaan jamban yang sempit, jamban tidak mudah diakses, dan pintu jamban sulit untuk dibuka oleh anak, hal ini mengakibatkan terganggunya proses belajar
mengajar jika anak pergi ke jamban namun kesulitan membuka pintu jamban. Pihak sekolah sebaiknya bertindak cepat dengan cara segera memperbaiki pintu
jamban supaya mudah digunakan.
94
3 Perabot Kelas
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 dan Permendikbud tahun 2014 menyatakan salah satu prinsip sarana dan prasarana TK yaitu sarana dan
pasarana pendidikan mencukupi kebutuhan pembelajaran, sesuai kemampuan pemakai, dapat mendorong aktivitas dan kreatifitas, letaknya mudah dijangkau.
Mengacu pada standar tersebut ditetapkan suatu indikator segi edukatif terhadap perabot kelas yaitu dengan membuat indikator segi edukatif pada perabot kelas
diantaranya a mencukupi kebutuhan pembelajaran, b sesuai dengan tingkat kemampuan anak c dapat mendorong aktivitas dan kreatifitas, d mudah
dijangkau anak atau guru. Perabot kelas yang dianalisis berdasarkan segi edukaif adalah meja dan kursi anak, meja dan kursi guru, papan tulis dan kelengkapannya,
almari, almari obat, rak sepatu, papan absen anak, kapret, kipas angin, loker tas, tempat sampah pilah, tempat untuk mencuci tangan.
Berdasarkan hasil analisis dari segi edukatif perabot kelas yang dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat
lengkap artinya bahwa sebagian besar TK memiliki perabot kelas pada ruang kelas sudah mencukupi kebutuhan pembelajaran, keberadaanya sesuai dengan
tingkat kemampuan anak, perabot kelas dapat mendorong aktivitas dan kreatifitas, perabot kelas mudah dilihat dan digunakan anak atau guru.
Perabot kelas yang memenuhi segi edukatif menjadikan proses belajar mengajar di TK menjadi lebih lancar. Jika proses pembelajaran berjalan dengan
lancar, maka akan berdampak juga pada prestasi yang diraih siswa menjadi meningkat. Perabot kelas merupakan barang-barang yang hampir setiap hari
95 digunakan oleh anak. Oleh sebab itu, keberadaannyapun sangat penting untuk
mendukung kelancaran proses belajar mengajar. Selain itu, penataan dan penempatan perabot kelas perlu diperhatian supaya mudah dijangkau oleh anak
maupun guru. Namun berdasarkan hasil observasi ditemukan satu TK yang perabot kelas
belum memenuhi segi edukatif yaitu TK Pertiwi 27. TK ini memiliki tiga ruang kelas yang masing-masing kelas di dalamnya terdapat beberapa perabot kelas. TK
ini mendapat skor rendah karena dari ketiga kelas, dua kelas meja guru sudah keropos dan goyang-goyang hal tersebut dapat mengakibatkan susah untuk
digunakan, selain itu dari tiga kelas, dua kelas penempatan papan tulis yang ada di TK ini letaknya sulit dilihat anak, hal ini tentu saja dapat mengakibatkan anak
tidak fokus melihat materi yang ditulis oleh guru dan akhirnya kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya mengganti
meja guru dengan yang lebih layak dan meletakkan papan tulis di tempat yang mudah dilihat anak.
4 Alat Peraga
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 yang menerangkan bahwa alat peraga sesuai dengan program kegiatan, dapat mendorong aktivitas dan
kreatifitas anak, dapat membantu kelancaran serta keberhasilan kegiatan pembelajaran, dan mudah dijangkau. Mengacu pada standar tersebut ditetapkan
suatu indikator untuk menentukan tingkat ketersediaan alat perga dilihat dari segi edukatif, yaitu a sesuai program kegiatan, b mendorong aktivitas dan
kreatifitas anak c dapat memperlancar pembelajaran, d mudah dilihat dan
96 digunakan anak atau guru. Alat peraga yang dianalisis berdasarkan segi edukatif
adalah miniatur tempat ibadah, miniatur hewan, boneka tangan, gambar urutan wudhu, dan tata cara shalat.
Berdasarkan hasil analisis dari segi edukatif alat peraga yang dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat
lengkap artinya bahwa sebagian besar TK memiliki alat peraga sudah sesuai program kegiatan yang digunakan setiap hari, alat peraga dapat mendorong
aktivitas dan kreatifitas anak, serta dapat memperlancar pembelajaran, alat peraga mudah dilihat dan digunakan anak atau guru.
Alat peraga yang sudah sesuai dengan segi edukatif dapat meningkatkan minat belajar anak karena setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda
pada masa perkembangannya karena usia anak TK yang lebih mudah menerima pelajaran dengan melihat contoh kongkritnya. Oleh sebab itu guru sebaiknya
menggunakan alat peraga pada saat menjelaskan materi pelajaran supaya anak lebih mudah memahami materi yang sedang diberikan oleh guru.
Namun pada waktu observasi ditemukan satu TK yang alat peraga belum memenuhi segi edukatif yaitu TK Pertiwi 27. TK ini memiliki alat peraga di 3
kelas, masing-masing kelas hanya terdapat gambar urutan wudhu, dan tata cara shalat, namun penempatannya juga sulit dilihat anak dan bentuknya sudah penuh
dengan coretan anak. TK ini juga belum memiliki miniatur tempat ibadah dan boneka tangan. Hal ini tentu dapat mengganggu minat belajar anak. Anak menjadi
malas untuk memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru. Karena alat peraga yang dimiliki tidak mendukung pembelajaran. Berdasarkan wawancara singkat
97 terhadap kepala TK, untuk pemenuhan alat peraga di masing-masing kelas akan
diusahakan secepatnya.
5 Media Pembelajaran
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 yang menerangkan bahwa media pembelajaran sesuai dengan program kegiatan, sesuai dengan tingkat
kemampuan anak, dapat mendorong aktivitas dan kreatifias anak, dan dapat membantu kelancaran serta keberhasilan kegatan pembelajaran. Mengacu pada
standar tersebut ditetapkan suatu indikator untuk menentukan tingkat pemenuhan media dilihat dari segi edukatif, yaitu a sesuai program kegiatan, b mendorong
aktivitas dan kreatifitas anak c dapat memperlancar pembelajaran, d mudah digunakan anak atau guru. Media yang dianalisis berdasarkan segi edukatif adalah
komputer dan tipe recorder. Berdasarkan hasil analisis dari segi edukatif media pembelajaran yang
dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori lengkap artinya bahwa sebagian besar TK memiliki media pembelajaran sesuai
program kegiatan, dapat mendorong aktivitas dan kreatifitas anak, dapat memperlancar pembelajaran, mudah digunakan anak atau guru. Keberadaan
media pembelajaran yang memenuhi segi edukatif memang belum menjadi kebutuhan pokok bagi TK, tetapi dengan adanya media pembelajaran tersebut
dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran ke anak. Dengan adanya media pembelajaran yang memenuhi segi edukatif diharapkan
proses pembelajaran di kelas akan semakin lancar, anak-anak mudah memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru.
98 Dari hasil analisis ditemukan dua TK yang medianya belum memenuhi segi
edukatif. TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 27 dan TK LKMD Singosaren. Pada waktu observasi di TK Pertiwi 27 belum memiliki media pembelajaran
seperti komputer dan tipe recorder. Sehingga untuk menentukan tingkat pemenuhan segi edukatif terhadap media juga tidak bisa, sedangkan TK LKMD
Singosaren belum memiliki komputer, sudah memiliki tipe recorder namun media ini sulit digunakan karena ada salah satu tombol yang rusak. Hal ini menandakan
bahwa media yang dimiliki belum sesuai dengan segi edukatif. Keberadaan media pembelajaran memang belum menjadi kebutuhan pokok bagi TK, tetapi tidak
adanya media pembelajaran tentu sedikit menggagu proses penyampaikan materi pada anak. Menurut kepala TK ini untuk pemenuhan media pembelajaran akan
diusahakan dan diperbaiki secepatnya.
6 Alat Permainan Edukatif APE Luar dan Dalam
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 menerangkan bahwa APE yang memenuhi segi edukatif sesuai dengan program kegiatan, sesuai dengan
tingkat kemampuan anak, dapat mendorong aktivitas dan kreatifitas anak, dan dapat membantu kelancaran serta keberhasilan kegaiatan pembelajaran. Mengacu
pada standar tersebut ditetapkan suatu indikator untuk menentukan tingkat pemenuhan APE luar dan dalam dilihat dari segi edukatif, yaitu a sesuai
program kegiatan, b mendorong aktivitas dan kreatifitas anak c dapat memperlancar pembelajaran, d mudah digunakan anak atau guru. APE luar dan
dalam yang dianalisis berdasarkan segi edukatif adalah meliputi bola dunia,
99 ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, tangga majemuk, tangga lengkung, papan
titian, balok kayu, puzzle, leggo, menara pelangi, papan pasak. Berdasarkan hasil analisis dari segi edukatif APE luar dan dalam yang
dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya sebagian besar TK memiliki APE luar dan dalam sesuai
program pembelajaran, dapat mendorong aktivitas dan kreatifitas anak, dapat memperlancar pembelajaran, alat permainannya mudah digunakan anak. APE luar
dan dalam yang memenuhi segi edukatif dapat mendukung perkembangan motorik kasar anak, memaksimalkan tumbuh kembang anak mulai dari melatih
kelincahan, ketangkasan anak dan melatih rasa percaya diri anak. Anak memiliki kesempatan untuk bebas bermain sehingga anak menjadi lebih percaya diri dan
lebih kreatif.
7 Sarana Sudut
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 yang menerangkan bahwa sarana sudut sesuai dengan program kegiatan, sesuai dengan tingkat kemampuan
anak, dapat mendorong aktivitas dan kreatifitas anak, dan dapat membantu kelancaran serta keberhasilan kegaiatan pembelajarana. Mengacu pada standar
tersebut ditetapkan suatu indikator untuk menentukan tingkat pemenuhan sarana sudut dilihat dari segi edukatif yaitu a sesuai program kegiatan, b mendorong
aktivitas dan kreatifitas anak, c memperlancar pembelajaran, d mudah digunakan anak atau guru. Sarana sudut yang dianalisis berdasarkan segi edukatif
adalah sudut keluarga, sudut alam sekitar dan pengetahuan, sudut pembangunan, sudut kebudayaan, sudut keagamaan
100 Berdasarkan hasil analisis dari segi edukatif sarana sudut yang dimiliki TK
se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya sebagian besar TK memiliki saran sudut sudah sesuai program
kegiatan, mendorong aktivitas dan kreatifitas anak, memperlancar pembelajaran, mudah digunakan anak. Ketersediaan sarana sudut yang memenuhi segi edukatif
tentu dapat memberi kesempatan pada anak untuk lebih memahami segala aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh keluarga, mendalami kebudayaan yang
ada di negara kita, lebih menggali pengetahuan tentang alam sekitar, dan memahami berbagai agama yang ada di Indonesia.
Anak bisa belajar dengan optimal apabila berada dalam lingkungan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sarana sudut sebagai salah satu wadah untuk
meletakkan bahan-bahan mainan yang di dalamnya terdapat barang-barang terkait dengan budaya, bentuk bangunan, boneka, macam karakter, serta berbagai profesi
dalam kehidupan sehari-hari. Begitu banyaknya sarana sudut yang ada di TK guru sebaiknya menata dan menempatkan barang-barang tersebut supaya mudah dilihat
dan digunakan anak. Sehingga anak akan dengan mudah menggunakan benda- benda yang sudah tersedia pada sarana sudut.
Namun berdasarkan hasil analisis ditemukan dua TK yang belum memenuhi keempat indikator segi edukatif. TK yang dimaksud adalah TK ABA
Mertosanan dan TK Pertiwi 27. Bedasarkan analisis TK ABA Mertosanan memiliki lima kelas. Dari kelima kelas tersebut masing-masing memiliki empat
sarana sudut yaitu sudut keluarga, sudut alam sekitar dan pengetahuan, sudut kebudayaan, dan sudut keagamaan. Dari kelima kelas hanya satu kelas yang
101 penataan sarana sudutnya rapi dan penempatannya mudah dijangkau anak, sisanya
empat kelas yang penataanya tidak rapi dan berpencar-pencar yang mengakibatkan anak sulit menjangkau dan perlu harus mencari terlebih dahulu
jika ingin menggunakan, hal tersebut tentu saja dapat mengganggu kegiatan proses pembelajaran. Sedangkan TK Pertiwi 27 mendapat skor terendah karena
TK ini memang tidak memiliki sarana sudut untuk pembelajaran. Namun menurut kepala TK Pertiwi 27 untuk pemenuhan sarana sudut akan diusahakan secepatnya.
c Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dilihat dari Segi Teknik
Kriteria detail sarana dan prasarana pendidikan dilihat dari segi teknik memang tidak dijelaskan secara detail pada Pengelolaan TK oleh Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2006 dan Permendikbud tahun 2014. Namun berdasarkan Depdiknas Tahun 2006 menyatakan sarana dan pasarana pendidikan
yang memenuhi segi teknik sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran, ukurannya sesuai konsep pembelajaran, menggunakan bahan yang awet, konstruksi kuat,
bentuk dan warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh guru atau anak, aman dan tidak membahayakan, terlihat luwes. Sedangkan menurut
Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana pendidikan aman, bersih, sehat, nyaman. Mengacu pada
peraturan tersebut ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sebagian besar TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A dilihat dari
segi teknik masuk dalam kategori sangat lengkap artinya sebagain besar sarana dan prasarana pendidikan yang ada di TK sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran,
ukurannya sesuai pembelajaran, bahan yang digunakan awet, konstruksi sarana
102 dan prasarana kuat, bentuk dan warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan
oleh guru atau anak, aman dan tidak membahayakan, pantas dilihat. Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang sama seperti rasa
aman, rasa ingin diperhatikan. Anak tidak bisa beraktivitas dengan baik apabila merasa tidak aman dan dalam lingkungan yang tidak sehat. Oleh sebab itu perlu
adanya sarana dan prasarana pendidikan yang sekiranya dapat memenuhi kebutuhan dasar anak, yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana
pendidikan yang aman, bersih dan tidak mebahayakan anak. Supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Namun berdasarkan hasil observasi ditemukan satu TK yang mendapatkan skor terendah yaitu TK Pertiwi 27. TK tersebut mendapat skor terendah karena
belum memenuhi kedelapan segi teknik. Hal ini tentu dapat mengganggu kelancaran belajar mengajar. Guru sebaiknya memfasilitasi anak dengan
menyediakan sarana
dan prasaran
pendidikan yang
sekiranya tidak
membahayakan anak. Terlepas dari kekurangan tersebut secara rata-rata ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di TK se-Kecamatan Banguntapan
yang berakreditasi A sudah memenuhi segi teknik. Sarana dan prasarana pendidikan dilihat dari segi teknik di TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakrediatasi A akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini:
1 Lahan
Depdiknas Tahun 2006 menyatakan sarana dan pasarana pendidikan sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran, ukurannya sesuai konsep pembelajaran,
103 menggunakan bahan yang awet, konstruksi kuat, bentuk dan warnanya tidak
mudah berubah, mudah digunakan oleh guru atau anak, aman dan tidak membahayakan, terlihat luwes. Sedangkan Permendikbud tahun 2014 menyatakan
prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana pendidikan aman, bersih, sehat, nyaman. Untuk mempermudah melakukan penilaian pada lahan
ditetapkan indikator segi teknik terhadap lahan yaitu dengan membuat indikator segi edukatif diantaranya a dikelola dengan baik, b luasnya cukup untuk area
bermain terbuka c mudah diakses, d tidak mudah longsor, e tidak mudah berubah dalam kondisi hujan atau kemarau, f mudah didirikan ruang yang
relevan untuk kebutuhan anak, g letaknya jauh dari jalan raya, h lahanya rapi. Berdasarkan hasil analisis lahan yang digunakan untuk mendirikan TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya sebagian lahan yang dimiliki TK sudah dikelola dengan baik, luasnya
cukup untuk area bermain terbuka, mudah diakses, tidak mudah longsor, tidak mudah berubah dalam kondisi hujan atau kemarau, mudah didirikan ruang yang
relevan untuk kebutuhan anak, letaknya jauh dari jalan raya, lahanya rapi . Ketersediaan lahan yang memenuhi segi teknik tentu menjadi salah satu prioritas
dalam pemilihan lokasi untuk mendirikan ruang-ruang yang relevan untuk kelancaran pembelajaran. Segi teknik ini juga menjelaskan bahwa lahan untuk
mendirikan TK sebaiknya jauh dari jalan raya supaya menghindarkan anak dari resiko kecelakan lalulintas, selain itu supaya proses belajar mengajar tidak
terganggu dengan kebisingan kendaraan yang lewat, sehingga anak lebih tenang dan berkonsentrasi dalam belajar.
104 Berdasarkan hasil analisis data ditemukan enam TK yang belum memenuhi
kedelapan indikator yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu TK Karangbendo, TK ABA Mertosanan, TK Pertiwi 21, TK Pertiwi 27, TK Pertiwi 28, TK Qurrota
A’Yun. Berdasarkan hasil analisis TK Karangbendo, TK ABA Mertosanan, TK Pertiwi 27, TK Pertiwi 28, TK Qurrota A’Yun lahanya terlihat tidak rapi jika
dilihat sekilas, ada bongkahan kayu dan sisa-sisa konstruksi hasil perbaikan seperti gedung yang belum dibersihakan. Hal tersebut tentu mengurangi ruang
bermain anak diluar ruangan dan dapat mengganggu anak pada saat bermain. Sedangkan TK Pertiwi 21 dan TK Qurrota A’Yun luas lahannya kurang untuk
area bermain terbuka. Hal ini tentu saja dapat mengganggu motorik kasar anak, karena anak menjadi kurang bisa bermain dengan bebas, kurang mengeksplor
kemampuan dan kelincahan fisiknya.
2 Ruang
Depdiknas Tahun 2006 bahwa sarana dan pasarana pendidikan sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran, ukurannya sesuai konsep pembelajaran,
menggunakan bahan yang awet, konstruksi kuat, bentuk dan warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh guru atau anak, aman dan tidak
membahayakan, terlihat luwes. Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana
pendidikan aman, bersih, sehat, nyaman. Mengacu pada standar tersebut ditetapkan suatu indikator segi teknik terhadap ruang yaitu dengan membuat
indikator segi teknik diantaranya a tersedia perabot kelas, b ukurannya cukup untuk menampung perabot kelas, c menggunakan bahan yang awet, d
105 konstruksi tembok kokoh, e warna dinding tidak mudah berubah, f nyaman, g
bersih, h rapi. Ruang yang dianalisis berdasarkan indikator segi teknik adalah ruang kelas, ruang kelas yang ada fasilitas cuci tangan, ruang kepala, ruang guru,
UKS, dan jamban dengan air bersih. Berdasarkan hasil analisis dari segi teknik ruang yang dimiliki TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori lengkap artinya sebagian besar TK masing-masing memiliki ruang sudah tersedia perabot kelas,
ukurannya cukup untuk menampung jumlah siswa dan perabot kelas, menggunakan bahan yang awet, konstruksi tembok kokoh, warna dinding tidak
mudah berubah, keadaanya nyaman, bersih dan rapi. Ketersediaan ruang yang memenuhi segi teknik sangat penting untuk
diperhatian, mengingat kegiatan pembelajaran sebagain besar dilakukan di dalam ruang. Ruang kelas sesuai dengan jumlah siswa tujuannya adalah supaya kegiatan
pembelajaran lebih efektif dan efisien, ruang yang digunakan konstruksinya kokoh dan kuat supaya menjaga keselamatan para guru dan anak pada saat proses
KBM, menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti ruang yang digunakan runtuh, ruang yang nyaman bersih, cukup pencahayaan dan rapi tentu saja dapat
membuat kegiatan KBM menjadi lancar. Dari hasil analisis data dan observasi ditemukan satu TK yang paling
sedikit memenuhi kedelapan indikator segi teknik, TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 21. Berdasarkan analisis TK Pertiwi 21 memiliki tiga kelas yang penataan
ruang kelas tidak leluasa untuk bergerak anak, hal ini karena luas ruangan tidak seimbang dengan jumlah anak, sehingga terlihat aktifitas anak yang berdesak-
106 desakan satu dengan yang lain, ditambah lagi ruang kelas yang kurang
pencahayaan. Hal tersebut mengakibatkan kondisi di dalam ruang menjadi tidak nyaman. Tidak hanya itu, UKS yang dimiliki TK ini juga ukuranya sangat kecil,
ditambah lagi dinding ruang UKS yang kusam dan kurang pencahayaan. Jamban yang ada di TK ini lantainya licin terkesan tidak pernah dibersihkan yang dapat
membuat anak atau guru terpeleset. Hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip dari Permendikbud tahun 2014 yaitu aman dan bersih. Pihak TK sebaiknya merawat
dan menjaga kebersihan dan kerapian seluruh ruangan dengan cara membersihakan ruang secara berkala.
3 Perabot Kelas
Berdasarkan Depdiknas Tahun 2006 sarana dan pasarana pendidikan sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran, ukurannya sesuai konsep pembelajaran,
menggunakan bahan yang awet, konstruksi kuat, bentuk dan warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh guru atau anak, aman dan tidak
membahayakan, terlihat luwes. Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana
pendidikan aman, bersih, sehat, nyaman. Mengacu pada standar tersebut ditetapkan suatu indikator guna menetukan tingkat pemenuhan segi teknik
terhadap perabot kelas a dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, b ukurannya tepat dengan pengguna c bahannya awet, d konstruksinya kuat, e warna tidak
mudah berubah, f mudah dipindah-pindah oleh anak atau guru, g bersih, h penataanya rapi. Perabot kelas yang dianalisis berdasarkan segi teknik adalah
meja dan kursi anak, meja dan kursi guru, papan tulis dan kelengkapannya,
107 almari, almari obat, rak sepatu, papan absen anak, kapret, kipas angin, loker tas,
tempat sampah pilah, tempat untuk mencuci tangan Berdasarkan hasil analisis dari segi teknik perabot kelas yang digunakan di
TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya sebagian besar TK memiliki perabot kelas dimanfaatkan untuk
mendukung kelancaran proses pembelajaran, perabot kelas yang digunakan ukurannya sesuai dengan anak dan guru, bahan yang digunakan untuk membuat
perabot kelas awet, konstruksinya kuat, warna tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh anak atau guru, bersih, penataanya rapi.
Ketersediaan perabot kelas yang memenuhi segi teknik memang perlu diperhatikan, mengingat perabot kelas merupakan barang-barang yang sering
digunakan sehari-hari untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Perabot kelas seperti kursi dan meja anak sebaiknya dibuat dengan kayu yang kuat tetapi ringan
supaya anak mudah untuk memindah kursinya, penempatan perabot kelas seperti papan tulis, loker, rak sepatu sebaiknya diatur supaya mudah dijangkau oleh anak,
sedangkan tempat unuk mencuci tangan sebaiknya disesuaikan dengan tinggi anak supaya anak bisa dengan mudah mencuci tangan setelah melakukan aktivitas.
Sedangkan ketersediaan tempat sampah pilah ini juga menggunakan bahan yang kuat dan awet supaya sampah-sampah yang ada di dalamnya tidak mudah
tercecer. Keberadaan tempat sampah pilah ini juga dapat melatih perilaku disiplin untuk membuang sampah pada tempatnya. Kondisi tersebut sudah sesuai dengan
keadaan perabot kelas yang dimiliki oleh sebagian besar TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A.
108 Namun dari hasil analislis ditemukan satu TK yang belum memenuhi
kedelapan indikator segi teknik, TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 27, TK ini memiliki tiga kelas. Pada tiga kelas tersebut ditemukan 2 kelas yang perabot kelas
belum memenuhi segi teknik seperti papan tulis yang terdapat di dua kelas pada bagian sisinya sudah terlihat keropos dan berlubang hal ini menandakan bahwa
papan tulis tersebut memiliki bahan yang kurang awet. Tidak hanya itu papan tulis yang ada di dua kelas juga sulit digunakan oleh anak karena letaknya yang agak
tinggi tidak sesuai dengan tinggi rata-rata anak. Guru sebaiknya meletakkan papan tulis yang disesuaikan dengan tinggi masing-masing anak. Supaya anak
mudah untuk menjangkau papan tulis tersebut.
4 Alat Peraga
Permendikbud tahun 2014 yang menyatakan bahwa prinsip sarana dan prasarana TK adalah aman, bersih dan sehat. Sedangkan Depdiknas Tahun 2006
sarana dan pasarana pendidikan sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran, ukurannya sesuai konsep pembelajaran, menggunakan bahan yang awet, konstruksi kuat,
bentuk dan warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh guru atau anak, aman dan tidak membahayakan, terlihat luwes. Mengacu pada peraturan
tersebut dibuatlah suatu indikator yaitu alat peraga a dimanfaatkan dengan baik, b ukurannya tepat c menggunakan bahan yang tahan lama, d konstruksinya
kuat, e warnanya tidak mudah berubah, f mudah digunakan oleh anak atau guru, g bersih, h ditata rapi. Alat peraga yang dianalisis berdasarkan segi
teknik adalah miniatur tempat ibadah, miniatur hewan, boneka tangan, gambar urutan wudhu, dan tata cara shalat.
109 Berdasarkan hasil analisis dari segi teknik alat peraga yang digunakan TK
se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya bahwa alat peraga yang dimiliki TK pada masing-masing kelas
sebagian besar sudah dimanfaatkan dengan baik, ukurannya sudah sesui dengan usia anak, menggunakan bahan yang tahan lama, konstruksinya kuat, warnanya
tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh anak atau guru, bersih, dan ditata rapi. Terlihat pada saat observasi para guru dan anak-anak dengan mudah
memanfaatkan alat peraga untuk menunjang proses belajar mengajar. Ketersediaan alat peraga sesuai dengan segi teknik sangat penting
diperhatikan, mengingat alat peraga digunakan pada saat guru akan menjelakan materi pelajaran. Alat peraga seperti minatur tempat ibadah dan hewan sebaiknya
dibuat dengan bahan yang kuat namun ringan serta tidak tajam, supaya tidak membahayakan anak saat menggunakanya. Boneka tangan biasanya yang paling
sering digunakan anak, oleh sebab itu boneka tangan harus selalu dalam kondisi bersih dan terhindar dari debu supaya tidak mengganggu pernafasan anak dan
guru. Gambar uruan wudhu dan shalat biasanya terbuat dari kertas dan ditempelkan di dinding, penempelan gambar tersebut sebaiknya diletakkan pada
tempat yang mudah dilihat anak. Semua itu bertujuan supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Keadaan tersebut sudah sesuai dengan alat
peraga yang dimiliki sebagian besar TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A.
Namun, ditemukan satu TK yang belum memenuhi kedelapan indikator segi teknik, TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 27, TK memiliki tiga kelas,
110 dari ketiga kelas tersebut masing-masing memiliki alat peraga yaitu miniatur
tempat ibadah, miniatur hewan yang dipenuhi dengan debu hal ini tentu saja dapat mengganggu pernapasan anak jika ingin menggunakannya, hal tersebut tidak
sesuai dengan prinsip aman bagi anak, gambar urutan wudhu, dan tata cara shalat yang warnanya sudah terlihat pudar. Hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip dari
Depdiknas 2006 bahwa bentuk dan warnanya tidak mudah berubah. Guru sebaiknya membersihkan alat peraga tersebut secara bertahap dan segera
mengganti gambar urutan wudhu dan shalat dengan yang baru.
5 Media Pembelajaran
Permendikbud tahun 2014 yang menyatakan bahwa prinsip sarana dan prasarana TK adalah aman, bersih dan sehat. Sedangkan Depdiknas Tahun 2006
sarana dan pasarana pendidikan sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran, ukurannya sesuai konsep pembelajaran, menggunakan bahan yang awet, konstruksi kuat,
bentuk dan warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh guru atau anak, aman dan tidak membahayakan, terlihat luwes. Mengacu pada standar
tersebut dibuatlah indikator yaitu a dimanfaatkan dengan baik, b ukuranya standar dari pabrik, c tidak rusak, d komponenya lengkap, e memiliki warna,
f mudah digunakan oleh anak atau guru, g bersih, h media ditata rapi. Media yang dianalisis berdasarkan segi teknik adalah komputer dan tipe recorder.
Berdasarkan hasil analisis dari segi teknik media yang dimiliki TK se- Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori lengkap artinya
bahwa komputer dan tipe recorder yang dimiliki sebagian besar TK masih berfungsi dengan baik, kedua media tidak rusak, komponennya lengkap, warna
111 standar keluran pabrik, mudah digunakan oleh anak atau guru, bersih, media ditata
dengan rapi. Ketersediaan media yang memenuhi segi teknik memang perlu diperhatikan, supaya melindungi pemakai dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Untuk melihat media dari segi teknik memang lumayan sulit mengingat media seperti komputer dan tipe recorder buatan dari pabrik. Ketersediaan media yang
memenuhi segi teknik bertujuan untuk memperlacar kegiatan pembelajaran di masing-masing TK.
6 Alat Permainan Edukatif APE Luar dan Dalam
Permendikbud tahun 2014 yang menyatakan bahwa prinsip sarana dan prasarana TK adalah aman, bersih dan sehat. Sedangkan Depdiknas Tahun 2006
sarana dan pasarana pendidikan sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran, ukurannya sesuai konsep pembelajaran, menggunakan bahan yang awet, konstruksi kuat,
bentuk dan warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh guru atau anak, aman dan tidak membahayakan, terlihat luwes. Mengacu pada standar
tersebut dibuatlah indikator yaitu a dimanfaatkan dengan baik, b ditata sesuai konsep c bahan tahan lama, d konstruksinya kuat, e mudah digunakan anak
atau guru, g bersih, h dipasang rapi. APE luar dan dalam yang dianalisis berdasarkan segi teknik adalah meliputi bola dunia, ayunan, perosotan, jungkat-
jungkit, tangga majemuk, tangga lengkung, papan titian, balok kayu, puzzle, leggo, menara pelangi, papan pasak.
Berdasarkan hasil analisis dari segi teknik APE luar dan dalam yang digunakan TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat
kategori sangat lengkap artinya APE luar dan dalam yang dimiliki masing-masing
112 TK dimanfaatkan untuk bermain, ukurannya sesuai umur anak, bahan tahan lama,
kontruksinya awet dan kuat, mudah digunakan, bersih dan rapi. Terlihat pada saat observasi APE luar dan dalam yang digunakan oleh anak atau guru semuanya
aman dan tidak membahayakan. APE luar dan dalam yang dimiliki sebagian besar TK menggunakan bahan
yang tahan lama dan kuat, hal ini terlihat pada saat observasi seluruh APE luar yang dimiliki TK berasal dari buatan pabrik menggunakan bahan besi yang kuat,
sedangkan APE dalam yang terbuat dari pabrik dan buatan anak dalam keadaan bersih. Tujuannya APE luar dan dalam menggunakan bahan yang tahan lama,
kuat dan bersih adalah supaya aman saat digunakan oleh anak. APE luar yang dimiliki sebagain besar TK ditempatkan di atas pasir dan ada juga di atas rumput,
hal ini bertujuan untuk menghindarkan anak dari cidera parah apabila anak jatuh pada saat bermain. Ketersediaan APE luar dan dalam yang memehui segi teknik
memang sangat penting untuk diperhatikan mengingat alat permainan ini sering sekali digunakan oleh anak. APE luar menjadi salah satu alat permainan yang
sangat digemari anak untuk bermain pada waktu istirahat. Hal tersebut sudah sesuai dengan keadaan APE luar dan dalam yang dimiliki sebagian besar TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A. Dari keseluruhan analislis ditemukan satu TK yang paling sedikit mendapat
skor terkait APE luar dan dalam yang belum memenuhi kedelapan indikator segi teknik, TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 27 mendapatkan skor terendah
karena memang TK tersebut paling sedikit memiliki APE luar dan dalam ditambah lagi keadaan APE luar seperti bola dunia kondisinya sudah keropos dan
113 catnya sudah mengelupas, serta penempatanya di tanah yang berelombang dan
disebelahnya ada bekas lubang galian, kondisi tersebut tentu dapat membahayakan anak. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan prinsip dari
Permendikbud Tahun 2014 menyatakan bahwa prinsip sarana dan prasarana TK adalah aman, bersih dan sehat. Guru sebaiknya lebih intens dalam mengawasi
anak supaya menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
7 Sarana Sudut
Permendikbud tahun 2014 yang menyatakan bahwa prinsip sarana dan prasarana TK adalah aman, bersih dan sehat. Menurut Depdiknas Tahun 2006
sarana dan pasarana pendidikan sesuai tujuan dan fungsi pembelajaran, ukurannya sesuai konsep pembelajaran, menggunakan bahan yang awet, konstruksi kuat,
bentuk dan warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh guru atau anak, aman dan tidak membahayakan, terlihat luwes. Mengacu pada standar
tersebut dibuatlah suatu indikator sarana sudut yaitu a Dimanfaatkan dengan baik, b ukurannya tepat, c menggunakan bahan yang tahan lama, d
konstruksinya kuat, e warnanya tidak mudah berubah, f mudah digunakan oleh anak atau guru, g bersih, h ditata rapi. Sarana sudut yang dianalisis
berdasarkan segi teknik adalah sudut keluarga, sudut alam sekitar dan pengetahuan, sudut pembangunan, sudut kebudayaan, sudut keagamaan.
Berdasarkan hasil analisis dari segi teknik sarana sudut yang digunakan dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori
sangat lengkap artinya sarana sudut yang dimiliki sebagian besar TK sudah dimanfaatkan dengan baik, ukurannya tepat, menggunakan bahan yang tahan
114 lama, konstruksinya kuat, warnanya tidak mudah berubah, mudah digunakan oleh
anak atau guru, bersih, ditata rapi. Terlihat pada saat observasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas pada masing-masing TK memanfaatkan sarana sudut
dengan optimal untuk mendukung proses pembelajaran supaya berjalan dengan lancar. Ukuran barang-barang yang ada di dalam sarana sudut tidak terlalu besar
sehingga sesuai dengan umur anak, barang-barangnyapun menggunakan bahan yang tahan lama dan kuat, serta kondisi sarana sudut yang bersih, dan barang-
barangnyapun ditata dengan rapi oleh guru supaya mudah dicari pada saat digunakan.
Sarana sudut yang memenuhi segi teknik sangat penting untuk diperhatikan mengingat sarana sudut ini sering sekali digunakan pada saat pelajaran
berlangsung. Sarana sudut yang digunakan sebaiknya dipenuhi dengan barang- barang yang sesui dengan tema sudutnya namum tetap aman digunakan oleh anak
atau guru, dibuat dengan kayu yang ringan namun tetap kuat, warna yang ada pada barang-barangnya tidak mudah berubah, sarana sudut sebaiknya juga selalu
dibersihkan secara berkala supaya tidak banyak debu yang menempel pada barang-barang yang diletakkan pada sarana sudut sehingga tidak mengganggu
kesehatan anak. Kondisi tersebut sudah dimiliki oleh sebagian besar TK se- Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A.
Namun, ditemukan dua TK yang belum memenuhi kedelapan indikator segi teknik, TK yang dimaksud adalah TK PKK Mutihan dan TK Pertiwi 27. Pada saat
observasi TK PKK Mutihan memiliki dua kelas dari kedua kelas tersebut TK hanya memiliki empat sarana sudut di masing-masing kelas. TK ini mendapat
115 skor rendah karena sarana sudut yang ada di kedua kelas seperti sudut alam
sekitar dan pengetahuan yang kotor dan berdebu, hal tersebut tentu dapat menggaggu kesehatan anak terutama pada pernafasannya. Hal tersebut tentu tidak
sesuai dengan prinsip dari Permendikbud Tahun 2014 menyatakan bahwa prinsip sarana dan prasarana TK adalah aman, bersih dan sehat. Sedangkan TK Pertiwi 27
mendapatkan skor terendah karena TK ini memang tidak menggunakan sarana sudut dalam pembelajaran.
d Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dilihat dari Segi
Estetika
Kriteria tentang detail sarana dan prasarana pendidikan dilihat dari segi estetika memang tidak dijelaskan secara detail pada Pengelolaan TK yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006 dan Permendikbud tahun 2014. Namun berdasarkan Depdiknas Tahun 2006
menyebutkan sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, dicat dengan warna-warna cerah, dapat digunakan secara
individu, kelompok, klasikal. Menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana memenuhi unsur
keindahan. Mengacu pada peraturan tersebut sarana dan prasarana pendidikan yang ada di TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapatkan
kategori sangat lengkap artinya bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sebagian besar TK sudah indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai,
dicat dengan warna-warna cerah, dapat digunakan secara individu, kelompok, klasikal. Hal tersebut didukung dengan observasi kelapangan bahwa sebagian
besar sarana dan prasarana seperti, lahan yang banyak pepohonan dan tanaman,
116 ruang dihiasi dengan ornamen yang berwarna-warni, perabot kelas, APE luar dan
dalam, serta sarana sudut yang dicat dengan warna-warna yang cerah. Pada dasarnya usia anak TK itu masuk dalam masa keemasan dimana pada
masa ini anak belajar mulai dari hal-hal yang dapat dirasakan oleh indera. Anak- anak lebih tertarik belajar apabila melihat barang-barang yang ada unsur
keindahan dan berwarna-warni yang mencolok sehingga muncul rasa penasaran dan ingin tahu lebih dalam. Oleh sebab itu, ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan yang memenuhi segi estetika memegang peran yang lumayan penting pada pendidikan anak TK. Sarana dan prasarana yang ada di Tk se-Kecamatan
Banguntapan yang berakreditasi A sebagian besar sudah memenuhi unsur estetika. Sarana dan prasarana pendidikan dilihat dari segi estetika di TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A akan dijelaskan lebih lebih rinci di bawah ini:
1 Lahan
Depdiknas Tahun 2006 bahwa sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, di cat dengan warna-warna cerah, dapat
digunakan individu, kelompok, klasikal. Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana
memenuhi unsur keindahan. Mengacu pada peraturan tersebut ditetapkan indikator segi estetika terhadap lahan yaitu dengan membuat indikator segi
estetika diantaranya a ada pepohonan, b luas cukup untuk membangun ruang c dihiasi ornamen berwarna-warni, d ada area terbuka untuk belajar sendiri
atau kelompok.
117 Berdasarkan hasil analisis lahan yang digunakan untuk mendirikan TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapatkan kategori sangat lengkap artinya lahan yang dimiliki sebagian besar TK sudah ada pepohonan, luas
cukup untuk membangun ruang, dihiasi ornamen berwarna-warni, ada area terbuka untuk belajar sendiri atau kelompok. Perolehan tersebut didukung dengan
hasil observasi kelapangan bahwa lahan yang dimiliki oleh sebagian TK se- Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A memiliki banyak pepohonan.
Adanya pepohonan dilahan supaya TK tersebut terlihat sejuk dan terlihat asri. Sebagian besar lahan yang digunakan cukup untuk mendirikan bangunan yang
relevan dan masih tersisa ruang terbuka untuk bermain di luar ruangan. Lahan yang ada beberapa dihiasi dengan ornamen-ornamen yang berwarna-warni, seperti
memanfaatkan ban mobil bekas yang dicat berwarna-warni kemudian disusun untuk tempat duduk, lahan yang tersedia mencukupi untuk kegiatan individu
seperti bermain sendiri, kegiatan kelompok misalnya bermain bersama dengan temannya. Namun berdasarkan observasi ditemukan delapan TK yang lahan
belum memenuhi segi estetika yaitu TK ‘Aisyiyah Bodon, TK ABA
Karangbendo, TK ABA Ketandan, TK ABA Mertosanan, TK Pertiwi 21, TK Pertiwi 27, TK Pamardi Siwi, TK Qurrota A’Yun.
Berdasarkan observasi TK ‘Aisyiyah Bodon, TK ABA Karangbendo, TK
Pertiwi 21, TK Pamardi Siwi lahan yang digunakan tidak ada pepohonan yang mengakibatkan lahan terlihat tidak indah dan gersang, hal tesebut tidak sesuai
dengan prinsip dari Permendikbud tahun 2014 yang menyatakan sarana dan prasarana memenuhi unsur keindahan. Pihak sekolah sebaiknya berinisiatif
118 menanami lahan dengan bunga-bunga yang indah, bisa juga dengan menanam
bunga di dalam pot yang kemudian di letakkan disekitar halaman TK supaya TK menjadi lebih indah. Sedangkan TK ABA Karangbendo, TK ABA Ketandan, TK
ABA Mert osanan, TK Pertiwi 21, TK Qurrota A’Yun lahanya tidak terdapat
hiasan atau ornamen-ornamen di luar ruangan yang menunjukan unsur keindahan. Pihak sekolah sebaiknya berinisitaif memanfaatkan barang-barang bekas untuk
menjadi hiasan di halaman TK seperti memanfaatkan kaleng-kaleng bekas, ban bekas serta benda-benda disekitar lingkungan yang dapat dibuat sebagai hiasan,
tidak lupa pihak sekolah juga melibatkan anak dalam pembuatanya. Hal ini juga sebagai kesempatan bagi anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan sendiri,
sehingga anak dapat menemukan pengetahuan baru dan mengembangkan kreativitasnya.
2 Ruang
Depdiknas Tahun 2006 menyatakan bahwa sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, di cat dengan warna-warna cerah.
Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana memenuhi unsur keindahan. Mengacu
pada peraturan tersebut ditetapkan suatu indikator segi estetika terhadap lahan yaitu dengan membuat indikator segi estetika diantaranya a indah dan menarik
b sesuai dengan jumlah anak c ruang di cat dengan warna-warna yang cerah, d ruang dapat dimanfaatkan untuk belajar sendiri atau kelompok. Ruang yang
dianalisis berdasarkan segi estetika adalah ruang kelas, ruang kelas yang ada
119 fasilitas cuci tangan, ruang kepala, ruang guru, UKS, dan jamban dengan air
bersih. Berdasarkan hasil analisis dari segi estetika ruang yang digunakaan TK se-
Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori lengkap artinya ruang yang dimiliki TK sebagian besar indah, menarik dicat dengan perpaduan
yang serasi, dapat digunakan untuk kegiatan individu maupun kelompok. Ruang yang memenuhi segi estetika di TK seperti ruang kelas dan ruang bermain yang
dihiasi dengan ornamen berwarna-warni dari kertas buatan sendiri seperti bentuk bintang, bulan dan rantai yang diletakkan pada atap kelas, dindingnya yang di cet
dengan warna-warna cerah dan diberi gambar-gambar karakter yang positif seperti gambar anak sedang bermain bersama teman-temanya. Ruang Kepala dan guru
yang dicat dengan warna-warna cerah dan ditata rapi. Kondisi ruang seperti ini tentu saja dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran karena anak merasa
senang dan bersemangat untuk belajar. Namun pada saat observasi ditemukan satu TK yang belum memenuhi segi estetika pada ruang, TK yang dimaksud adalah
TK Pertiwi 21. TK Pertiwi 21 memiliki ruang kelas sebanyak tiga kelas. Dari ketiga kelas
masing-masing kelas ruangnya kurang menarik siswa untuk belajar seperti dinding-dinding kelas tidak dihiasi dengan pernak-pernik yang berwarna-warni,
tidak adanya ornamen-ornamen hiasan buatan sendiri yang dapat mengakibatkan anak cepat jenuh belajar diruangan. Hal tersebut tidak sesuai dengan
Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana memenuhi unsur keindahan. Dinding ruang kelas yang tidak
120 dicat dengan warna cerah penyebabnya karena TK tersebut miliki desa sehingga
tidak boleh dicat warna-warni oleh warga setempat. Pada waktu pagi hari TK ini untuk belajar mengajar TK, namun pada sore hari TK ini digunakan untuk
kegiatan mengaji anak-anak di sekitar TK Pertiwi 21.
3 Perabot Kelas
Depdiknas Tahun 2006 menyatakan sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, di cat dengan warna-warna cerah, dapat
digunakan individu, kelompok, dan klasikal. Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan
prasarana memenuhi unsur keindahan. Mengacu pada peraturan tersebut ditetapkan suatu indikator guna menetukan tingkat pemenuhan segi estetika
terhadap perabot kelas yaitu dengan indikator bahwa perabot kelas yang memenuhi segi estetika diantaranya a indah dan menarik b ukurannya sesuai
pemakain c di cat dengan warna-warna yang cerah, d bisa digunakan untuk sendiri atau kelompok. Perabot kelas yang dianalisis berdasarkan segi estetika
adalah meja dan kursi anak, meja dan kursi guru, papan tulis dan kelengkapannya, almari, almari obat, rak sepatu, papan absen anak, kapret, kipas angin, loker tas,
tempat sampah pilah, tempat untuk mencuci tangan. Berdasarkan hasil analisis dari segi estetika perabot kelas yang digunakan
di TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya perabot kelas yang dimiliki sebagian besar TK sudah indah dan
menarik, ukurannya sesuai pemakain, di cat dengan warna-warna yang cerah, bisa digunakan untuk sendiri atau kelompok. Hal tersebut tersebut didukung dengan
121 hasil observasi bahwa perabot kelas yang dimiliki sebagian TK indah dan menarik
seperti kursi dan meja anak yang sesui dengan usia anak, dicat dengan paduan warna yang serasi, meja dan kursi kursi guru yang di cat dengan warna cerah,
papan tulis yang bersih dan warnanya cerah, almari yang dihiasi dengan gambar- gambar lucu, rak sepatu dan loker tas yang disesuiakan dengan tinggi anak yang
dicat berwarna-warni, tempat sampah pilah yang berwarna-warni dan ditulisi dengan waran yang cerah, dan tempat cuci tangan yang dindingnya digambari
dengan karakter hewan yang lucu. Hal tersebut membuat anak-anak menjadi bersemangat dalam beraktivitas dan belajar. Namun ditemukan satu TK yang
paling sedikit mendapat skor karena belum memenuhi segi estetika, TK yang dimaksud adalah TK Pertiwi 27.
TK Pertiwi 27 memiliki tiga kelas, di masing-masing kelas kursi dan meja anak catnya sudah mulai memudar dan sudah mengelupas. Tidak hanya itu,
keadaan tempat cuci tangan yang berlumut dan kotor mengakibatkan anak tidak mau menggunakannya. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan prinsip Depdiknas
Tahun 2006 bahwa sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, di cat dengan warna-warna cerah. Pihak sekolah sebaiknya mengecat ulang kursi-kursi
anak tersebut supaya anak lebih merasa nyaman dan semangat dalam belajar. Pihak sekolah sebaiknya juga membersihkan tempat cuci tangan secara berkala
supaya tempat cuci tangan menjadi bersih.
4 Alat Peraga
Depdiknas Tahun 2006 adalah sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, di cat dengan warna-warna cerah dapat
122 digunakan individu, kelompok, dan klasikal. Sedangkan menurut Permendikbud
tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana memenuhi unsur keindahan. Mengacu pada peraturan tersebut
ditetapkan suatu indikator guna menetukan tingkat pemenuhan segi estetika terhadap alat peraga yaitu dengan indikator bahwa alat peraga yang memenuhi
segi estetika diantaranya a indah dan menarik, b ukurannya sesuai pemakai, c dicat dengan warna-warna yang cerah, d dapat digunakan sendiri atau kelompok.
Alat peraga yang dianalisis berdasarkan segi estetika adalah miniatur tempat ibadah, miniatur hewan, boneka tangan, gambar urutan wudhu, dan tata cara
shalat. Berdasarkan hasil analisis dari segi estetika alat peraga yang dimiliki TK
se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat lengkap artinya bahwa alat peraga yang dimiliki TK sebagian besar sudah indah
dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, di cat dengan warna-warna yang cerah, dapat digunakan sendiri atau kelompok. Pada saat observasi di masing-masing TK
sebagian besar TK alat peraga yang dimiliki miniatur tempat ibadah dan hewan bentuknya menarik dan di cet dengan perpaduan warna yang serasi, miniatur ini
juga bisa digunakan untuk bermain sendiri atau digunakan berkelompok pada saat pelajaran. Boneka tangan yang ada di masing-masing TK bentuknya lucu dan
menggunakan bahan yang berwarna-warni, sedangkan gambar urutan wudhu dan sholat dengan karakter anak kecil yang berwarna-warni. Unsur estetika yang ada
pada alat peraga ini mampu menarik perhatian anak karena pada usia TK anak lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat imajinatif.
123 Alat perga yang memiliki unsur keindahan terbukti mampu membuat anak
termotivasi untuk lebih mendengarkan materi yang diberikan oleh guru. Terbukti pada saat observasi di masing-masing TK, anak-anak sangat berantusias bertanya
pada saat guru menerangkan mengunakan alat peraga. Hal ini tentu sangat bagus untuk proses pembelajaran anak. Anak menjadi percaya diri untuk bertanya dan
mengemukakan pendapatnya. Namun pada saat observasi ditemukan satu TK yang belum memenuhi segi estetika, TK yang dimaksud adalah pada TK Pertiwi
27. TK Pertiwi 27 memiliki tiga kelas, dari ketiga kelas tersebut terdapat alat
peraga yang dipasang di dinding masing-masing kelas seperti gambar urutasn wudhu dan shalat, namun alat peraga yang ada di masing-masing kelas kondisinya
kusam dan banyak coretan-coretan pensil warna, hal ini tentu saja tidak menarik perhatian anak. Pihak sekolah sebaiknya segera mengganti gambar-gambar
tersebut dengan yang baru. Hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip Depdiknas Tahun 2006 adalah sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik. Terlihat
pada saat observasi anak-anak kurang merespon pada saat menjelaskan materi karena guru menjelaskan materi tidak menggunakan alat perga. Melalui
wawancara singkat terhadap Kepala TK Ibu Supartini, beliau mengungkapkan segera mengusahakan pengadaan alat peraga untuk menunjang peoses
pembelajaran.
5 Media Pembelajaran
Depdiknas Tahun 2006 adalah sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, di cat dengan warna-warna cerah. Sedangkan
124 menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK
adalah sarana dan prasarana memenuhi unsur keindahan. Mengacu pada peraturan tersebut ditetapkan suatu indikator guna menetukan tingkat pemenuhan segi
estetika terhadap media yaitu denga indikator bahwa media yang memenuhi segi estetika diantaranya a indah dan menarik, b ukurannya disesuaikan dengan
pemakain, c di cat dengan warna-warna yang cerah, d bisa untuk sendiri atau kelompok. Media yang dianalisis berdasarkan segi estetika adalah komputer dan
tape recorder. Berdasarkan hasil analisis dari segi estetika alat peraga yang dimiliki TK
se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori lengkap artinya media yang dimiliki sebagian besar TK sudah indah dan menarik,
ukurannya disesuaikan dengan pemakain, di cat dengan warna-warna yang cerah, bisa untuk sendiri atau kelompok. Komputer dan tipe recorder yang dimiliki
sebagian besar TK memenuhi unsur keindahan seperti komputer yang ada warnanya cerah dan menggunakan background yang lucu sehingga membuat anak
menjadi penasaran dan rasa ingin tahunya muncul. Namun komputer di masing- masing TK keberadaanya masih berada di ruang kepala tapi tidak menutup
kemungkinan untuk anak melihat komputer tersebut sebagai media pembelajaran. Hal tersebut terlihat pada TK Aisyiyah Pembina Banguntapan yang
memperbolehkan anak-anak untuk melihat komputer. Sedangkan tipe recorder yang dimiliki masing-masing TK menarik perhatian anak karena anak bisa
mendengar kan lagu-lagu atau suara-suara hewan. Tipe recorder yang dimiliki masing-masing TK bentuknya berbeda-beda dan warnanya cerah, walaupun
125 berbeda tentunya media ini dapat menumbuhkan motivasi dan perhatian siswa
untuk belajar. Namun berdasarkan observasi ditemukan satu TK yang paling sedikit
mendapat skor segi estetika. TK yang dimaksud adalah pada TK Pertiwi 27, TK ini mendapat sekor sedikit karena TK ini belum memiliki media pembelajaran.
Melalui wawancara singkat terhadap kepala TK Ibu Supartini TK Pertiwi 27 memang belum media karena belum adanya dana untuk membeli media seperti
komputer dan tipe recorder. Namun beliau mengungkapan akan segera mengusahakan pengadaan media supaya dalam pembelajaran anak mudah
memahami materi yang disampaikan oleh guru.
6 Alat Permainan Edukatif APE Luar dan Dalam
Depdiknas Tahun 2006 adalah sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, di cat dengan warna-warna cerah. Sedangkan
menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan prasarana memenuhi unsur keindahan. Mengacu pada peraturan
tersebut ditetapkan suatu indikator guna menetukan tingkat pemenuhan segi estetika terhadap APE luar dan dalam yaitu dengan indikator bahwa APE luar dan
dalam yang memenuhi segi estetika diantaranya a indah dan menarik, b ukurannya sesuai dengan pemakai, c di cat dengan warna-warna yang cerah, d
bisa digunakan sendiri atau kelompok. APE luar dan dalam yang dianalisis berdasarkan segi estetika adalah bola dunia, ayunan, perosotan, jungkat-jungkit,
tangga majemuk, tangga lengkung, papan titian, balok kayu, puzzle, leggo, menara pelangi, papan pasak.
126 Berdasarkan hasil analisis dari segi estetika APE luar dan dalam yang
dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori lengkap artinya APE luar dan dalam yang dimiliki sebagian besar TK sudah indah
dan menarik, ukurannya disesuaikan dengan pemakai, di cat dengan warna-warna yang cerah, bisa untuk sendiri atau kelompok. Pada saat observasi terlihat masing-
masing memiliki APE luar seperti bola dunia, ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, tangga majemuk, tangga lengkung, papan titian, balok kayu yang indah dan
menarik, dicat perpaduan warna-warna yang cerah. Pada saat observasi di masing- masing TK terlihat anak lebih antusias memilih mainan yang warnanya lebih
mencolok dan berwarn-warni. Seperti pada TK ABA Glagah memiliki dua tangga majemuk yang satu kondisi catnya masih bagus dan satu kondisi sudah kusam.
Sebagian besar anak lebih memilih tangga majemuk yang kondisi catnya masih cerah. Sedangkan pada saat di dalam kelas anak-anak memanfaatkan balok kayu,
puzzle, leggo, menara pelangi, papan pasak untuk bermain. Namun pada saat observasi terlihat sebagian besar anak lebih tertarik pada balok kayu, puzzle, leggo
yang bentuknya dan warnanya masih bagus. Hal ini menandakan bahwa anak lebih menyukai barang-barang yang berwarna-warnai.
7 Sarana Sudut
Depdiknas Tahun 2006 adalah sarana dan pasarana pendidikan indah dan menarik, ukurannya sesuai pemakai, di cat dengan warna-warna cerah, dapat
digunakan individu, kelompok dan klasikal. Sedangkan menurut Permendikbud tahun 2014 menyatakan prinsip sarana dan prasarana TK adalah sarana dan
prasarana memenuhi unsur keindahan. Mengacu pada peraturan tersebut
127 ditetapkan suatu kriteria guna menetukan tingkat pemenuhan segi estetika
terhadap sarana sudut yaitu dengan indikator bahwa sarana sudut yang memenuhi segi estetika diantaranya a indah dan menarik, b tempatnya sesuai dengan tema
barang-barang, c barang-barangnya di cat dengan warna-warna yang cerah, d bisa digunakan sendiri atau kelompok. Sarana sudut yang dianalisis berdasarkan
segi estetika adalah sudut keluarga, sudut alam sekitar dan pengetahuan, sudut pembangunan, sudut kebudayaan, sudut keagamaan.
Berdasarkan hasil analisis dari segi estetika sarana sudut yang dimiliki TK se-Kecamatan Banguntapan yang berakreditasi A mendapat kategori sangat
lengkap artinya sarana sudut yang dimiliki sebagian besar TK sudah indah dan menarik, tempatnya sesuai dengan tema barang-barang, barang-barangnya di cat
dengan warna-warna yang cerah, bisa digunakan sendiri atau kelompok. Perolehan tersebut didukung dengan observasi ke masing-masing TK yang
memiliki sudut alam sekitar dan pengetahuan yang di dalamnya terdapat bermacam-macam barang yang diperoleh dari lingkungan sekitar yang disusun
dengan rapi supaya terlihat indah dan anak mudah untuk mencarinya. Sudut pembangunan yang di dalamnya terdapat kayu berbentuk segitiga, balok,
lingkaran yang di cat berwarna-warni. Sudut kebudayaan yang di dalamnya terdapat bermacam-macam barang dan gambar yang menjelaskan kebudayaan
seperti gambar sedang menari, miniatur rumah ada yang ditata rapi dan dicat dengan warna-warna yang cerah. Sudut keagamaan yang di dalamnya terdapat
miniatur orang yang sedang melakukan ibadah seperti shalat yang dibuat dengan karakter orang dan dicat dengan warna yang cerah. Pada saat observasi masing-
128 masing TK sebagian besar sudah memiliki sarana sudut yang sudah memenuhi
segi estetika. Tujuan sarana sudut sebaiknya memenuhi segi estetika karena pada usia anak TK mereka lebih tertarik pada barang-barang yang berwarna-warni yang
memenuhi unsur keindahan. Oleh sebab itu sarana sudut yang tersedia sebaiknya disesuikan dengan kebutuhkan anak. Namun pada saat observasi ditemukan tiga
TK yang sarana sudut yang belum memenuhi segi estetika. TK yang dimaksud adalah pada TK ABA Mertosanan, TK Pertiwi 21, dan TK Pertiwi 27.
TK ABA Mertosanan memiliki lima kelas dimasing-masing kelas terdapat sarana sudut seperti sudut keluarga, sudut alam sekitar dan pengetahuan, sudut
kebudayaan, dan sudut keagamaan, namun keberadaan sarana sudut di masing- masing kelas bentuknya sudah tidak beraturan dan warnanya sudah kusam.
Sedangkan TK Pertiwi 21 mendapat skor terendah karena sarana sudut yang dimiliki seperti sudut keluarga, sudut alam sekitar dan pengetahuan, sudut
kebudayaan, dan sudut keagamaan yang kurang menarik dan indah. Kurang menarik maksudnya adalah sarana sudut yang bentuknya sudah warnanya sudah
kusam dan penataanya tidak rapi. Hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip Depdiknas Tahun 2006 bahwa sarana dan prasarana indah dan menarik.
Sedangkan TK Pertiwi 27 mendapatkan skor terendah karena TK ini memang tidak menggunakan sarana sudut dalam pembelajaran sehingga tidak bisa meneliti
sarana sudutnya. Hal tersebut mengakibatkan TK ini tidak bisa dianalisis sarana sudut yang memenuhi segi estetika.
129
2. Kondisi Sarana Dan Prasarana Pendidikan di TK se-Kecamatan