Rencana Aksi Nasional Penenggulangan HIVAIDS di Lapas dan Rutan
22
2. Pelatihan analisis laboratorium untuk tes HIV bagi 47 staf kesehatan
dari 37 UPT Pemasyarakatan 3.
ToT komunikasi perubahan perilaku KPP dan pengurangan risiko pemakaian Narkotika, diikuti oleh 25 orang petugas Jajaran
Pemasyarakatan dari tingkat pusat dan provinsi yang kemudian berhasil melatih 187 petugas UPT Pemasyarakatan.
4. Pelatihan tentang konseling dan treatment adiksi, diikuti oleh 46
orang dari 36 LapasRutan. 5.
ToT tentang manajemen kasus MK diikuti oleh 10 orang petugas yang kemudian berhasil melatih 20 orang petugas lainnya berasal
dari 20 LapasRutan.
6. ToT tentang integrated management for adult and adolescence
illness IMAI diikuti oleh 10 orang dokter dan 7 orang perawat, kemudian berhasil melatih 79 dokter dan perawat berasal dari 74
LapasRutan.
6.1. Pelatihan tentang pengobatan ARV dan profilaksis pasca pajanan bagi ODHA, diikuti oleh 36 orang dari 27 LapasRutan.
6.2. Pelatihan tentang Program Pencegahan dan Pengobatan TBC, diikuti oleh 130 orang Petugas Kesehatan dari 65 LapasRutan
di 14 Provinsi. 6.3. Pelatihan tentang terapi dan rehabilitasi ketergantungan Napza,
diikuti oleh 98 orang dari 67 LapasRutan. 6.4. Pelatihan tentang PTRM, diikuti oleh 21 orang tenaga medis,
dan 21 orang paramedis.
IV. Kegiatan layanan program bagi WBP dan tahanan:
1. Membangun danatau memfungsikan 16 Lapas sebagai Lapas
Khusus Narkotika di 12 provinsi DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Yogya, Jatim, Bali, Lampung, Sumut, Sumsel, Kalsel, Sulsel, dan Papua 9
diantaranya adalah Lapas Khusus Narkotika yang berhasil dibangun Cipinang-Jakarta, Gintung Cirebon, Yogyakarta, Nusakambangan,
Wayhui-Bandar Lampung, Sungguminasa-Sulsel, Muara Beliti- Sumsel, Tanjung-Kalsel, Jayapura-Papua. Hal ini dimaksudkan
agar narapidana Narkotika dapat dipusatkan dan memiliki akses layanan pembinaan hukum, terapi dan rehabilitasi, dan layanan
sosial pemasyarakatan.
2. Penetapan 95 UPT Pemasyarakatan di 14 provinsi sebagai prioritas
nasional program penanggulangan HIV-AIDS dan penyalahgunaan Narkotika di UPT Pemasyarakatan.
Rencana Aksi Nasional Penenggulangan HIVAIDS di Lapas dan Rutan
23
6
Lapas Kerobokan Bali, Lapas Banceuy Bandung, Rutan Pondok Bambu Jakarta, Lapas Narkotika Jakarta
3. Hingga akhir tahun 2008, membuka satelit layanan terapi rumatan
metadon bagi WBP dan tahanan di 4 LapasRutan
6
di Indonesia. 4.
Pasokan alat dan bahan berupa peralatan laboratorium sederhana bagi 50 UPT Pemasyarakatan atas dukungan GF-ATM
melalui Kemkes R.I.
5. Jumlah LapasRutan yang sudah menjalankan program,
dikelompokkan sebagai berikut: 5.1. Lima puluh tiga 53 LapasRutan melaksanakan layanan
komunikasi, informasi dan edukasi KIE tentang HIV-AIDS, penegakan dan pembinaan hukum, terapi dan rehabilitasi,
pelayanan sosial pemasyarakatan.
a. 2,482 orang WBP dan tahanan telah mendapatkan
layanan terapi melalui Program Criminon. b.
Sedikitnya 18 ribu WBP dan tahanan telah mengikuti penyuluhan tentang HIV-AIDS.
5.2. Empat belas 14 dari 50 LapasRutan sebagaimana butir 5.1. di atas mememberikan layanan KIE, VCT, dan pengobatan
ARV. 5.3. Empat 4 dari 14 LapasRutan memberikan layanan
komprehensif KIE, PTRM, VCT, TBC-HIV, CST termasuk ARV dan pengobatan infeksi oportunistik, serta menjalankan sistim
perencanaan, pelaporan serta evaluasi.
a. Sebanyak 84 WBP dan tahanan tercatat sebagai peserta
aktif PTRM di 4 LapasRutan. b.
Sekitar 15 hingga 30 dari ODHA WBP dan tahanan mengikuti kegiatan skrining TBC, dan 30 WBP dan
tahanan pasien TBC mengikuti test HIV melalui mekanisme VCT.
C. Kelemahan dan Hambatan:
I. UPT Pemasyarakatan memiliki keterbatasan sumberdaya di dalam
pengelolaan pelaksanaan program penanggulangan HIV-AIDS dan penyalahgunaan Narkotika sebagaimana Stranas 2005-2009.
II. Pelaksanaan Stranas belum dikelola dengan memerankan secara aktif
semua unit kerja di dalam LapasRutan.