Penetapan PetunjukPedoman Teknis: Rencana Kerja Tahunan RAN 2010-2014

Rencana Aksi Nasional Penenggulangan HIVAIDS di Lapas dan Rutan 22 2. Pelatihan analisis laboratorium untuk tes HIV bagi 47 staf kesehatan dari 37 UPT Pemasyarakatan 3. ToT komunikasi perubahan perilaku KPP dan pengurangan risiko pemakaian Narkotika, diikuti oleh 25 orang petugas Jajaran Pemasyarakatan dari tingkat pusat dan provinsi yang kemudian berhasil melatih 187 petugas UPT Pemasyarakatan. 4. Pelatihan tentang konseling dan treatment adiksi, diikuti oleh 46 orang dari 36 LapasRutan. 5. ToT tentang manajemen kasus MK diikuti oleh 10 orang petugas yang kemudian berhasil melatih 20 orang petugas lainnya berasal dari 20 LapasRutan. 6. ToT tentang integrated management for adult and adolescence illness IMAI diikuti oleh 10 orang dokter dan 7 orang perawat, kemudian berhasil melatih 79 dokter dan perawat berasal dari 74 LapasRutan. 6.1. Pelatihan tentang pengobatan ARV dan profilaksis pasca pajanan bagi ODHA, diikuti oleh 36 orang dari 27 LapasRutan. 6.2. Pelatihan tentang Program Pencegahan dan Pengobatan TBC, diikuti oleh 130 orang Petugas Kesehatan dari 65 LapasRutan di 14 Provinsi. 6.3. Pelatihan tentang terapi dan rehabilitasi ketergantungan Napza, diikuti oleh 98 orang dari 67 LapasRutan. 6.4. Pelatihan tentang PTRM, diikuti oleh 21 orang tenaga medis, dan 21 orang paramedis.

IV. Kegiatan layanan program bagi WBP dan tahanan:

1. Membangun danatau memfungsikan 16 Lapas sebagai Lapas Khusus Narkotika di 12 provinsi DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Yogya, Jatim, Bali, Lampung, Sumut, Sumsel, Kalsel, Sulsel, dan Papua 9 diantaranya adalah Lapas Khusus Narkotika yang berhasil dibangun Cipinang-Jakarta, Gintung Cirebon, Yogyakarta, Nusakambangan, Wayhui-Bandar Lampung, Sungguminasa-Sulsel, Muara Beliti- Sumsel, Tanjung-Kalsel, Jayapura-Papua. Hal ini dimaksudkan agar narapidana Narkotika dapat dipusatkan dan memiliki akses layanan pembinaan hukum, terapi dan rehabilitasi, dan layanan sosial pemasyarakatan. 2. Penetapan 95 UPT Pemasyarakatan di 14 provinsi sebagai prioritas nasional program penanggulangan HIV-AIDS dan penyalahgunaan Narkotika di UPT Pemasyarakatan. Rencana Aksi Nasional Penenggulangan HIVAIDS di Lapas dan Rutan 23 6 Lapas Kerobokan Bali, Lapas Banceuy Bandung, Rutan Pondok Bambu Jakarta, Lapas Narkotika Jakarta 3. Hingga akhir tahun 2008, membuka satelit layanan terapi rumatan metadon bagi WBP dan tahanan di 4 LapasRutan 6 di Indonesia. 4. Pasokan alat dan bahan berupa peralatan laboratorium sederhana bagi 50 UPT Pemasyarakatan atas dukungan GF-ATM melalui Kemkes R.I. 5. Jumlah LapasRutan yang sudah menjalankan program, dikelompokkan sebagai berikut: 5.1. Lima puluh tiga 53 LapasRutan melaksanakan layanan komunikasi, informasi dan edukasi KIE tentang HIV-AIDS, penegakan dan pembinaan hukum, terapi dan rehabilitasi, pelayanan sosial pemasyarakatan. a. 2,482 orang WBP dan tahanan telah mendapatkan layanan terapi melalui Program Criminon. b. Sedikitnya 18 ribu WBP dan tahanan telah mengikuti penyuluhan tentang HIV-AIDS. 5.2. Empat belas 14 dari 50 LapasRutan sebagaimana butir 5.1. di atas mememberikan layanan KIE, VCT, dan pengobatan ARV. 5.3. Empat 4 dari 14 LapasRutan memberikan layanan komprehensif KIE, PTRM, VCT, TBC-HIV, CST termasuk ARV dan pengobatan infeksi oportunistik, serta menjalankan sistim perencanaan, pelaporan serta evaluasi. a. Sebanyak 84 WBP dan tahanan tercatat sebagai peserta aktif PTRM di 4 LapasRutan. b. Sekitar 15 hingga 30 dari ODHA WBP dan tahanan mengikuti kegiatan skrining TBC, dan 30 WBP dan tahanan pasien TBC mengikuti test HIV melalui mekanisme VCT.

C. Kelemahan dan Hambatan:

I. UPT Pemasyarakatan memiliki keterbatasan sumberdaya di dalam pengelolaan pelaksanaan program penanggulangan HIV-AIDS dan penyalahgunaan Narkotika sebagaimana Stranas 2005-2009. II. Pelaksanaan Stranas belum dikelola dengan memerankan secara aktif semua unit kerja di dalam LapasRutan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24